" Hello, bro. What's up? " sapa Nathan langsung memeluk sang kakak.
" i'm good. Kamu?"
" Wild, young, and free..." jawab Nathan dengan bangga sambil membentangkan kedua lengannya.
" Kapan kamu mau berubah?"
" Oneday kak. Tenang aja"
" Kiara mana?"
" Di taman sama mama papa"
" Kamu mau kemana?"
" Biasa. Janjian ketemu sama teman-teman aku."
" Nathan, cari pacar yang benar. Serius. Jangan main terus"
" Oke bro. Besok gue mau ketemuan sama cewek anak teman mama. Ini kesempatan terakhir mama. Finally..." ucap Nathan lega.
" Ya udah, gue jalan ya bro. Nanti gue main ke rumah ya"
" Iya, kabarin dulu"
" Yes, sir"
Niel lalu memperhatikan kepergian adiknya sambil menggelengkan kepalanya. Dan harus diakui, dia dan Nathan memang sama berbeda. Nathan adalah orang yang suka bermain-main dan senang bercanda juga cenderung santai. Semua orang suka berada di dekatnya karena pembawaannya yang riang dan menyenangkan. Sedangkan Niel adalah orang yang tidak suka membuang-buang waktu dan sedikit kaku.
Niel lalu berjalan memasuki taman belakang rumahnya di mana Kiara dan kedua orang tuanya sedang menghabiskan waktu bersama. Gadis kecil tersebut langsung berlari dengan riang ketika melihat sosok sang ayah yang kian mendekat.
" papaaaaa"
" Halo sayang."
" Papa kok cepet banget jemput aku sih?"
" Emang kenapa?"
" Kiara udah punya banyak janji sama oma sama opa."
" Trus gimana?"
" Papa, papa marah nggak kalau Kiara nginap disini?" tanya Kiara hati-hati.
Niel yang mendengar pertanyaan Kiara barusan langsung melirik pada kedua orangtuanya yang langsung berpura-pura melihat ke sembarang arah dan salah tingkah. Niel tahu jika ini adalah salah satu taktik kedua orang tuanya agar Kiara meminta hal tersebut. Lalu kemudian Niel akan protes karena merasa kesepian dan disitulah Alya, mama dari Niel akan kembali menawarkan Niel untuk menikah lagi.
" Trus papa gimana?"
" Ya kalau papa mau, bisa nginap disini juga. Kalau nggak papa ijinin juga nggak apa-apa kok pa" lirih Kiara.
Niel lalu mencium pipi putrinya yang kini menunduk lesu tersebut.
" Ya udah, papa ijinin"
" Bener pa?" tanya Kiara kembali girang.
" Makan yang banyak. Jangan banyak main"
" Iya, papa. Makasiiih. Papa paling baik sedunia" ucap Kiara sambil menghujani pipi Niel dengan banyak kecupan.
" Nanti malam papa suruh orang bawain pakaian kamu"
" Nggak usahlah Niel, pakaian Kiara banyak kok di kamar mama"
" Terserah mama aja. Ma, Niel lapar. "
" Oh sayangku, bayi besar mama. Ayo, sini mama siapin makanan kamu. Pa, jagain Kiara" ucap Alya sambil mengusap lembut punggung Niel yang ia rangkul.
Mereka berdua lalu berjalan menuju meja makan dan sesekali nampak mengobrol.
" Eh Niel, besok Nathan mau ketemuan sama cewek lho"
" Baguslah kalau gitu. Asalkan mama tahu betul karakter perempuannya. Jangan salah lagi" sindir Niel karena mengingat pernikahannya.
" Tenang aja. Kali ini mama kenal juga perempuannya. Kamu juga kenal kok"
" Siapa?"
" Papaaaaa....Omaaaa...." teriak Kiara yang langsung membuat Niel dan Alya sontak berdiri dari kursi mereka bersamaan dan berlari menuju Kiara.
" Ada apa sayang? Kamu jatuh? Apa yang sakit?" tanya Niel langsung berlutut di hadapan putrinya.
Kiara menggeleng lalu menunjuk ke arah kolam ikan dimana Ferdy, ayah Niel sedang duduk.
" Opa? Kenapa opa?" tanya Niel khawatir.
" Papa? Papa kenapa? Kiara kok nangis?" tanya Alya tak kalah khawatirnya lalu berjalan menuju tempat suaminya sedang duduk di sisi kolam ikan.
" Ikan aku mati, pa. Ini karena opa perginya lama. Nggak ada yang sayang sama ikan aku"
***
Niel memarkirkan mobilnya di sebuah restauran fast food yang letaknya tidak begitu jauh dari rumah orang tuanya. Niel hendak memenuhi janjinya pada Kiara yang tiba-tiba ingin memakan Pizza dan pasta.
Ia hendak membelinya sendiri saat pulang lalu memesan kurir untuk mengantarkannya pada gadis kecilnya.
Niel lalu berjalan menuju meja kasir sambil membaca papan menu yang berada di bagian atas.
" Selamat datang di---"
" Pak Niel..." sapa Bella kini telah berubah menjadi kasir.
" Kamu..." Niel mengerutkan keningnya sambil memperhatikan penampilan Bella.
Bella lalu tersenyum kikuk.
" Ngapain kamu disini?"
" Saya...Saya kerja disini pak. Part time saja sih. Oh ya, bapak mau pesan apa?"
" Beef pepperoni sama cheese mania. Dua- dianya yang thin crust“ jawab Niel datar.
" Baik. Apa bapak mau nambah extra topping?"
" Tidak"
" Ada lagi pak?"
" Fettucini carbonara satu"
" Baik. Ada lagi pak? Kami sedang ada---"
" Tidak usah"
" Baik pak. Tunggu sebentar"
Bella lalu menekan tombol mesin kasir lalu menyebutkan total yang harus Niel bayar dan segera pria tersebut mengeluarkan dompet dan memberikan Bella sebuah kartu berwarna hitam yang membuat Bella menggaruk keningnya yang tidak gatal karena salah tingkah.
Setelah memasukkan beberapa digit angka, Niel yang tadinya ingin menunggu di mobil malah nampak duduk di sebuah sofa sambil memainkan ponselnya tanpa berkata apapun lagi pada Bella. Bella pun segan untuk mengganggu pria yang kini nampak serius tersebut.
Tanpa sengaja mata tajam milik Niel melirik kepada Bella yang kini sedang bercakap sambil sesekali tersenyum dengan seorang pria yang nampaknya adalah manajer atau mungkin pemilik restoran ini.
Niel lalu berjalan ke arah Bella dan pria tersebut namun belum sampai Niel dihadapan mereka, Bella tiba-tiba meninggalkan pria tersebut dan berjalan menuju ruangan di balik sekat didekat mereka.
" Ada yang bisa saya bantu pak?"
" Ada kurir yang akan ambil pesanan saya."
" Baik pak. Maaf, bisa saya lihat struk nya?"
" Ada sama dia." ucap Niel sambil menunjuk ke arah Bella tadi.
" Sama Bella?"
Niel hanya mengangguk.
" Baik pak. Akan saya sampaikan. Ada lagi pak?"
" Tidak ada" jawab Niel sambil berjalan menjauhi meja kasir tersebut.
" Bell, katanya pesanan bapak tadi akan di jemput sama kurir."
" Yang mana?"
" Yang ganteng"
" Loh, orangnya emang kemana?"
" Pulang kayaknya"
" Tapi kartu dia belum aku kasih"
" Tadi kamu bilang itu papa anak yang lagi les sama kamu kan?"
" Iya sih"
" Ya udah, kamu anterin aja"
***
Disinilah Bella sekarang, di depan sebuah pintu besar berwarna putih bersih sambil menunggu sang pemilik membuka pintu untuknya.
Bella dapat mendengar suara pintu yang sedang dibuka namun selanjutnya tidak ada orang yang membuka pintu tersebut.
Bella lalu meraih handle pintu tersebut dan benar saja, pintunya sudah tidak terkunci. Ia kemudian mendorong pintu tersebut lalu masuk dan kembali menutupnya.
" Selamat malam..."
Hening...
" Kiara..."
" Kiara tidak ada. Dia nginap di rumah orang tua saya" ucap seseorang yang baru keluar dari dapur dan sedikit mengagetkan Bella.
" Oh..." ucap Bella akhirnya. Ia lalu fokus pada otot lengan dan perut rata Niel yang kini hanya mengenakan baju kaos putih polos berlengan pendek.
" Ada apa?" ucap Niel sambil meraih sebuah tempat duduk didekat meja makan.
" Oh, ini pak. Saya mau kembalikan kartu bapak. Tadi ketinggalan. Saya lupa kembaliin ke bapak. Ini pak" ucap Bella sambil mengulurkan kartu tersebut pada Niel.
" Bapak baik- baik saja?" tanya Bella sambil sedikit menunduk ingin melihat pada wajah Niel yang nampak memegangi perutnya dan menjawab Bella dengan gelengan kepalanya.
" Saya nggak tahu kenapa perut saya tiba- tiba sakit"
Bella lalu berlutut di hadapan Niel.
" Bapak mau saya bawa ke rumah sakit?" Niel menggelengkan kepalanya kembali.
Bella yang melihat Niel nampak kesakitan lalu mencoba meletakkan punggung tangannya pada pipi Niel.
" Bapak juga demam. Ayo pak" ucap Bella mengulurkan tangannya pada Niel.
" Kemana?"
" Ke sofa biar bapak lebih nyaman"
Niel mengangguk dan mencoba berdiri namun ia sedikit kesusahan karena tiba- tiba merasa begitu lemas.
Bella lalu dengan cekatan meraih lengan Niel dan meletakkannya di atas bahu miliknya dan memapah Niel hingga sampai di ruang tengah.
Bella lalu membantu Niel meluruskan kakinya ke atas meja yang telah Bella dorong agar lebih mendekat pada Niel dan memberikan bantal kecil sebagai sandaran di balik punggung lebarnya.
" Bapak mau saya panggilkan bu Wirna ?"
" Bu Wirna sedang ke rumah saudaranya sama pak Adi. Mereka baru pulang hari senin."
" Bapak tunggu sebentar ya. Saya ambilkan air ."
Bella lalu melepaskan tas dan jaket miliknya dan hanya mengenakan baju kaos lengan pendek yang juga berwarna putih dengan balutan celana jins skinny berwarna yang menutupi kakinya yang nampak sempurna. Bella lalu sedikit berlari menuju dapur untuk mengambilkan Niel segelas air hangat tanpa ia sadari jika tadi Niel memperhatikan setiap gerakannya. Niel pun menyadari jika Bella nampak lebih segar dari hari biasanya saat ia melihat Bella dalam balutan kemeja yang menyembunyikan bentuk tubuhnya yang menawan.
" Ini pak. Bapak minum dulu" ucap Bella sambil membantu Niel dengan memegangi gelas tersebut.
Ada desir aneh di dalam hati Niel ketika tanpa sengaja tangan mereka bersentuhan saat Niel juga ikut memegangi gelas tersebut.