Niel langsung mematikan kompor dan menarik pergelangan tangan Bella menuju bak cuci piring dan langsung memutar keran air untuk membersihkan bekas darah di jari Bella.
" Tunggu sebentar, saya ambilkan plester luka"
" Pak,.saya nggak apa- apa. Ini cuma luka ringan karena kegores."
" Tunggu disini"
Bella hanya bisa menatap Niel yang nampak mencari plester luka di dalam kotak obat dengan kening berkerut.
Tak lama kemudian Niel kembali beridiri di hadapan Bella dan memasangkan plester luka tersebut ke jari telunjuk lentiknya.
" Makasih , pak" ucap Bella.
" Kamu nggak usah masakin saya. Kamu pesan saja"
" Tapi ini----"
" Udah. Kamu pesan saja."
Bella lalu berjalan menuju ruang tengah ketika melihat tatapan Niel yang tidak menerima bantahan lagi. Ia berjalan tepat di belakang Niel sambil menggerutu dalam hatinya.
(" Tadi itu dia apa-apaan sih? Tadi aja sok care, sekarang malah galak lagi. Lagian kalau mau pesan, kenapa nggak dari tadi sih? Kan sayang banget tadi jadi mubazir. Atau dia nggak suka masakan gue ya?") Bella nampak berpikir sendiri dan bahkan tidak sadar ia ikut duduk di sofa tepat di samping Niel.
" Kamu nggak dengarin saya?" tanya Niel yang kini sedikit memajukan tubuhnya dan menoleh pada Bella yang bengong sendiri dengan matanya yang beputar-putar.
" Ah? Apa pak?" tanya Bella.
" Kamu nggak dengar?"
Bella menggeleng ragu.
" Tadi saya tanya, kamu sudah pesan makanan atau belum?"
Bella kembali menggeleng pelan dan menggigit bibir bawahnya.
" Baik. Biar saya yang pesan". ucap Niel lalu kembali menatap ponselnya.
" Kamu mau makan apa?"
" Saya?" tanya Bella memastikan.
Niel kembali menoleh padanya dengan kening berkerut.
" Apa ada orang lain disini? Apa selain kita berdua ada orang lain yang kamu lihat?"
Bella tiba-tiba menggeser sedikit tubuhnya lebih dekat ke arah Niel.
" Ih, kok ngomong gitu sih? Saya kan takut" ucap Bella dengan wajah memelas.
" Kamu takut? Maksudnya, kamu takut hantu?"
" Kok gitu siiihh"
Tanpa sadar kedua sudut bibir Niel terangkat dan membuatnya tersenyum dengan sangat menawan.
" Kok ketawa sih?"
" Saya nggak ketawa"
" Iya, tapi pasti mau ketawa"
" Habisnya hari gini, masih ada aja orang yang takut hantu! Kiara aja udah nggak" ejek Niel.
" Astaga. Tadinya saya nggak percaya, tapi sekarang saya jadi percaya" ucap Niel menatap ke arah di balik Bella.
" Mak-- Maksud bapak apa?" tanya Bella mulai panik.
" Itu...Di belakang kamu..."goda Niel.
Dan Bella pun dengan sigap langsung menggeser tubunnya menempel pada Niel dan memeluk lengannya dengan kuat dan menyembunyikan wajahnya ke dalam lengan Niel.
" Sa--- Saya cuma bercanda" ucap Niel gugup kalau saja Bella bisa mendengar detak jantungnya yang tak.karuan saat ini.
Bella lalu mengangkat wajahnya dan menatap Niel dengan ketakutan.
" Serius?"
" Iya, saya--- Saya cuma bercanda. Nggak ada apa-apa disana" jawab Niel dengan menatap mata Bella untuk meyakinkannya.
Bella lalu melirik perlahan pada arah yang Niel maksudkan tadi. Dan setelah yakin bahwa memang tak ada apapun, Bella lalu melirik kesal pada Niel.
" Bapak kok gitu sih..?"
" Saya kan cuma bercanda. Lagian kamu ada-ada aja takutnya"
" Emang bapak nggak punya ketakutan apa gituuu?" tanya Bella sambil kembali duduk pada posisinya semula.
Niel menggeleng.
" Serius? Tapi liat aja ya pak, nanti kalau bapak punya hal yang paling ditakutin, trus kejadian, saya bakalan ketawain bapak"
Niel mengubah posisi tubuhnya agak menyamping.
" Kamu nyumpahin saya?"
" Iya, nggak pak. Cuma bercanda"
Niel menggelengkan kepalanya.
" Ini, kamu pesan saja makanan yang kamu mau"
Bella lalu dengan ragu menerima ponsel yang Niel ulurkan dan membuka aplikasi dimana Niel biasa memesan makanan.
" Saya baru tahu, kalau bos-bos juga suka pake aplikasi ini"
" Kalau kamu punya anak kecil, kamu pasti punya aplikasi ini."
" Nggak ada hubungannya pak" ucap Bella asal.
Dan Bella benar, aplikasi ini sebenarnya baru Niel unduh beberapa saat lalu sebelum Bella datang. Untuk berjaga andai saja Bella tidak kembali dan ia merasa kelaparan.
" Bapak mau makan sate nggak?" tanya Bella.
" Mana?"
Niel lalu menggeser tubuhnya dan menoleh pada layar ponsel miliknya yang kini berada dalam genggaman jari lentik pengasuh anaknya itu.
" Saya nggak mau sate yang seperti itu. Oh ya, saya pernah makan sate di kantor, tapi bukan pakai bumbu seperti itu. Bukan kecap atau bumbu kacang. Warnanya tetap pu---"
" Taichan pak. Itu namanya sate taichan. Sate ayam kan? Yang kayak gini kan?" tanya Bella sambil memperlihatkan sebuah gambar hidangan pada Niel.
" Benar. Saya mau ini saja"
***
" Disini saja pak" ucap Bella pada Niel ketika mereka tiba di depan rumah kontrakan Bella.
Niel memaksa untuk mengantarkan Bella pulang entah karena alasan apa. Ia berdalih tidak ingin Bella pulang sendirian karena sudah larut malam. Dan inipun karena menemani Niel yang sedang sakit.
" Ini rumah kamu?"
Bella mengangguk.
" Sebenarnya ini rumah teman saya. Kami tinggal bertiga. Kami juga nggak perlu bayar sewa sih, cuma kami nggak enak dan sesekali ngumpulin uang untuk biaya perbaikan rumah dan lain- lainnya."
Niel mengangguk mengerti.
" Ya sudah, saya jalan dulu. Mau jemput Kiara"
" Iya, pak. Makasih ya sudah nganterin saya pulang" ucap Bella sambil membuka sabuk pengamannya dan keluar dari mobil meski masih berdiri di sisi mobil milik Niel tersebut.
" Hati- hati ya pak"
Niel mengangguk dan nampak berpikir ketika Bella sudah membalikkan tubuhnya.
" Bella..." panggil Niel dengan lembut dan membuat Bella terkejut. Pasalnya, sudah seminggu lebih Bella bekerja di rumah itu, Niel sama sekali tidak pernah memanggil namanya.
" Iya, pak" ucap Bella kembali membalikkan tubuhnya dan sedikit menunduk pada Niel yang kini mengulum senyumnya.
" Makasih karena sudah menemani saya selama sakit"
Bella mengangguk dengan senyum manisnya.
" Sama-sama pak"
" Ng... Dan juga, makasih untuk morning kiss nya tadi. Saya jalan ya. Sampai ketemu besok" ucap Niel tersenyum lalu mulai menjalankan kendaraannya meninggalkan Bella yang wajahnya kini bagai kepiting rebus.
" Jadi, tadi itu dia udah bangun? Serius? Dia tahu kalau gue nyium dia?" ucap Bella masih berdiri di posisinya sambil memegangi kedua pipinya yang ia rasa memanas.
" Begooo... Begooo.. Apa yang udah loe lakuin Bella??!!"
***
Bella meraih ponselnya dan menulis pesan untuk Niel agar Niel tidak salah paham dengannya.
-- Pak Niel, saya minta maaf soal yang tadi. Saya nggak bermaksud apa-apa, saya hanya senang karena bapak sudah tidak sakit. Saya harap bapak tidak salah paham dan mengira saya punya niat tidak baik pada bapak---