Intimacy

1088 Words
Bella menatap ponselnya berjaga- jaga kalau saja Niel membutuhkannya. Bella nampak cantik dengan dress selututnya dan rambutnya yang tergerai indah. Hari ini Bella diajak bertemu oleh Shinta, sepupu dari ibunya yang ingin mengenalkannya lagi dengan seorang pria. Entah sudah berapa kali Bella mengikuti blind date yang Shinta ajukan dengan iming- iming ini yang terakhir kalinya. Dan selalu berakhir dengan penolakan Bella yang masih ingin menyelesaikan kuliahnya yang tersendat biaya. " Tante Shinta mana sih?" Bella lalu memainkan ponselnya dan sebuah pesan masuk dengan nama --Pak Niel-- Tertera pada nama pengirimnya. Bella lalu dengan cepat membuka gambar yang Niel kirimkan yaitu piring roti bakar dan gelas s**u yang telah Bella siapkan tadi dan semuanya telah kosong tak bersisa. Tanpa sadar kedua sudut bibir Bella terangkat dan hatinya pun ikut berbunga tanpa sebab. " Bella..." sapa seorang wanita. " Tante Shinta..." Seru Bella sambil berdiri memeluk wanita tersebut. " Bels, kamu makin cantik aja sayang. Iiih, tante kangen banget sama kamu" Mereka berdua nampak saling berpelukan dan saling memuji. " Ekhemm....saya gimana tante?" tanya seorang pria yang sejak tadi mereka abaikan. " Astaga... Maaf sayang. Tante sampai lupa. Ayo, sini tante kenalin." ucap Shinta pada pria muda tampan itu. " Bella, kenalin ini anak teman tante. Anak tante Alya. Dia baru pulang kuliah di London." " Hai, saya Nathan" sapa Nathan ramah dan mengulurkan tangannya pada Bella. " Bella." " Sama seperti nama kamu, kamu cantik" puji Nathan yang membuat Bella tersenyum. " Gimana?" bisik Shinta pada Nathan saat Bella sedang sibuk membaca buku menu di tangannya. " Cantik. Sangat cantik" *** Bella mengetuk pintu rumah Niel yang telah memberitahukan penjaga di depan untuk membiarkan Bella masuk. Karena tidak mendapatkan jawaban dari Niel, Bella langsung membuka pintunya dan berjalan dengan cepat sambil mencari keberadaan Niel. Bella khawatir kalau saja terjadi sesuatu pada pria tersebut. " Pak Niel... Pak..." Tidak ada jawaban. Bella lalu menemukan sosok Niel yang sedang bersandar di sofa tempat ia tertidur semalam. " Pak Niel...Pak Niel..." panggil Bella sambil menggoyangkan tubuh Niel dengan telunjuknya. Karena tidak mendapatkan respon, Bella lalu mendekatkan tubuhnya pada Niel dan menangkup wajah tampan itu dengan kedua tangannya. " Pak Niel... Pak Niel kenapa?" panggil Bella dengan wajah yang sangat ketakutan. " Pak, bapak kenapa?" ucap Bella lagi. " Saya---" Jawaban dari Niel barusan membuat Bella menghela napas dengan lega. Kedua telapak tangannya bahkan masih menempel di rahang tegas Niel yang menatap sangat dalam pada Bella yang kelihatan begitu lega. Bella yang kini sadar akan posisinya lalu dengan cepat menarik tangan dan tubuhnya menjauh dari majikannya tersebut. " Ma-- Maaf pak, saya kira bapak kenapa tadi" " Kenapa? Kamu kira saya sudah mati?" tanya Niel sambil membenarkan posisi duduknya. " Ya ampun pak. Amit - amit ih" ucap Bella sambil mengetukkan punggung ruas jarinya pada meja. Niel makin mengerutkan keningnya. " Kamu ngapain" " Ini biar nggak kejadian pak. Amit- amit" Niel menggelengkan kepalanya akan ke- absurd- an Bella saat ini. " Bapak sudah makan?" " Belum" " Lho kenapa? Asisten bapak nggak bawain?" " Tidak" " Pa-- Pacar bapak?" " Pacar?" Bella nampak salah tingkah dan merutuki dirinya setelah menanyakan hal pribadi semacam ini pada majikannya. " Ii-- itu, yang kemarin di ---" " Wina? Saya lapar" jawab Niel kemudian tanpa menjawab pertanyaan Bella. " Bapak mau makan apa?" tanya Bella sambil berdiri dan bersiap menuju dapur. " Apa saja, asal cepat dan bisa saya makan" Bella nampak menggaruk tengkuknya. " Kalau gitu, saya liat dulu ada bahan apa di dapur. Bapak tunggu sebentar" Niel tidak menjawab dan hanya mengamati Bella yang tidak seperti biasanya. Ia nampak cantik dengan rambutnya yang ia buat bergelombang dan kini ia baru saja mengambil ikat rambut dari tasnya dan mengikatnya bagai ekor kuda. Gaun biru muda dengan motif bunga- bunga kecil berkerah segi empat tersebut nampak sangat pas untuknya. Niel lalu terhenyak dari pandangannya pada Bella saat ponsel miliknya berdering. " Halo..." " Hai Bro, lagi dimana?" " Di rumah" " Mama bilang loe lagi sakit. Mau di jengukin nggak? Kebetu---" " Jangan. Nggak usah!" ucap Niel dengan cepat. " Wohoaa... Rileks bro... Kenapa? Ahh, ada cewek ya? Suit suit..." goda Nathan sambil tertawa. Ia tahu Niel bukanlah orang yang gampang dekat dengan wanita. Niel kaku jika berurusan dengan wanita. Ia bahkan tidak pernah melihatnya memanjakan mantan istrinya dulu. " Maksud saya-- Kamu nggak perlu datang. Saya udah agak baikan" " Gue mampir ah. Bentar aja. Udah dekat juga" goda Nathan lagi padahal sebenarnya ia masih jauh dari rumah kakaknya tersebut. " Saya akan bilang security untuk tidak biarin kamu masuk. " " Cieehhh... Pengen berduaan ya?" Tuuttt... Tuuttt... Tuuutt... Niel langsung mematikan ponselnya saat ia merasa wajahnya memerah. Entah kenapa ia harus melarang Nathan untuk datang menjenguknya. Ia bahkan menolak tawaran Rully yang tadi ingin membawakan makan siang untuknya. Ia pun sendiri tidak tahu mengapa ia mengharapkan Bella untuk datang menemaninya. Niel lalu berjalan menuju dapur dan melihat Bella yang nampak riang memasak makanan untuknya. Ia bahkan sedikit bernyanyi kecil dan sesekali tertawa saat ia melupakan liriknya. Bella lalu sedikit berjinjit dengan tangannya yang coba menggapai sesuatu pada rak yang berada di atas kepalanya. Niel yang melihat Bella yang nampak kesulitan, langsung mendekati Bella dan berdiri tepat di belakangnya dan langsung membuka penutup rak tersebut. " Mau ambil apa?" tanyanya lembut. Bella yang terkejut dengan pergerakan Niel hanya bisa menelan ludahnya sambil mencoba menenangkan detak jantungnya. Ia bisa merasakan tubuh Niel begitu dekat dengannya dan itu membuat wajahnya memanas. " Yang mana?" tanya Niel lagi. Tanpa sepengetahuan Bella, Niel pun merasa ada desir aneh di dirinya saat mereka berdekatan seperti saat ini. Niel bahkan bisa mencium wangi rambut Bella yang berada tapat di bawah hidungnya. " Itu pak... ke-- Keju" Niel lalu kembali mendongakkan kepalanya untuk mengambilkan barang yang Bella inginkan. Bella lalu juga sedikit mendongakkan kepalanya dan tanpa sengaja menatap rahang tegas Niel dan juga lehernya yang bersih dan kokoh. Dengan cepat Bella mengalihkan pandangannya saat Niel sepertinya telah menemukan benda tersebut. " Ini..." ucap Niel sambil mengulurkan keju yang baru di ambilnya " Ma-- Makasih pak" " Kamu mau masak apa?" tanya Niel sambil memutar tubuhnya dan bersandar di sisi meja. " Pasta. Bapak makan pasta kan?" " Kadang." " Ya sudah. Saya sisa buat sausnya saja. Sebentar lagi jadi kok" " Baik" ucap Niel lalu hendak berjalan keluar dari dapur namun ia dengan cepat kembali pada Bella saat mendengar Bella yang kesakitan. " Ada apa?" Bella menunjukkan jari telunjuknya yang berdarah terkena benda tajam. Dengan spontan Niel langsung memasukkan jari telunjuk Bella tadi ke dalam mulutnya dan menghisap darah yang keluar tersebut.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD