Lunch

1162 Words
Bella dan Kiara memasuki rumah besar putih itu dengan saling berpegangan tangan. Benar saja apa kata Niel, rumah tidak berpenghuni dan kembali sepi dan hening saat siang hari. " Ayo, sayang. Tante bantuin kamu ganti baju" ucap Bella yang langsung di angguki oleh Kiara. Mereka lalu berjalan menaiki tangga dan melewati kamar Niel. Bella teringat akan ucapan Niel yang mengatakan tidak ada satu orang pun yang boleh masuk ke kamarnya. Satu-satunya yang bisa masuk ke ruangan itu hanyalah Rully, selain Kiara tentunya. Itupun Rully hanya sebatas merapikannya saja setiap pagi. " Halo, pa" jawab Kiara pada jam tangan miliknya saat baru memasuki kamar tidurnya. " Kiara udah di rumah?" " Iya, pa. Ini lagi di kamar." " Kiara kan udah ada yang temani di rumah. Jadi nggak apa-apa kan kalau Kiara di rumah aja? Nggak main sama tante Wina lagi di kantor papa" " Nggak apa-apa kok, pa. Kiara di rumah aja. Kiara suka kok main sama tante Bella." " Oh ya?" " Iya. Lagian kalau di kantor papa, Kiara bosan. Mana tante Wina sering banget nanya- nanya Kiara. Kiara lebih suka main di rumah. Papa, jangan pulang telat ya" " Iya, sayang“ " Udah dulu ya, pa. Kiara mau main sama belajar dulu sama tante" " Jadi papanya dilupain nih?" " Nggak kok, papa tetap nomer satu. Kiara juga udah bilang tante tadi. Kiara sayang sama papa, cuma...cuma Kiara juga udah sayang sama tante" " Iya, iya...Papa ngerti" " Ya udah kalau gitu, bye papa. I love you" " I love you too. Bye" ( " I love you two?! Maksudnya kami berdua gitu? iiihh, Niel aku nggak nyangka ihh") halu Bella dalam hati yang malah membuatnya tertawa sendiri. Entah sejak kapan Bella memikirkan pria itu. Ia merasa pernah melihatnya namun ia lupa dimana dan kapan. Hanya saja saat melihat Niel semalam, ia baru sadar jika sepertinya mereka pernah bertemu namun ia tidak memiliki bayangan sedikitpun. Lamunan Bella terhenti saat ponsel miliknya berdering dan nomor yang tertera adalah nomor yang tidak dikenalnya. " Halo?" " Halo. Saya Niel, papanya Kiara" DEGH... Jantung Kiara langsung merespon mendengar suara bariton khas Niel menyapanya saat ini. " Iya, pak" " Ini nomer ponsel saya. Kamu bisa simpan kalau saja ada hal mendadak dan penting yang mau kamu sampaikan ke saya soal Kiara" " Ba-- Baik ,pak" " Itu saja" " Iya, pak" Niel langsung mematikan ponselnya dan mengehal napas panjang. Ia lalu kembali teringat ucapan Bella saat mendoakan mantan istrinya yang Bella kira telah meninggal. Namun wajah Niel kembali tegang saat mengingat wanita yang dulu pernah ia nikahi tersebut. Wanita yang ia dapati berselingkuh karena merasa Niel tidak punya banyak waktu untuknya meski Niel telah menjelaskan jika ia masih beradaptasi dengan perusahaan yang baru di berikan padanya, dan meminta wanita itu untuk sedikit bersabar dan mengerti. Niel bahkan telah menyiapakan liburan keluarga di Luar negeri untuk mereka bertiga setelah semua urusan perusahaannya selesai. Namun, takdir berkata lain. Niel malah memergoki wanita tersebut bersama pria lain di rumah mereka saat tidak sengaja Niel melupakan sebuah berkas. Itulah sebabnya hingga saat ini, Niel melarang siapapun selain anggota keluarganya untuk masuk ke rumahnya saat semua pekerjaan mereka telah selesai. " Maaf pak, waktunya makan siang" ucap Rully yang membuyarkan lamunannya. " Baik. Tapi saya mau makan siang di rumah saja. Kamu bisa makan siang, biar saya menyetir sendiri" ucap Niel sambil berjalan keluar dari ruangannya. " Baik,.pak" *** Setelah mengajarkan Kiara berhitung, Bella menawarkan anak berambut sebahu itu untuk mengepang rambutnya yang tentu saja di sambut antusias oleh gadis kecil itu. " Tante belajar dimana? Kok tante bisa banyak hal sih? Bisa ngajarin aku belajar, bisa main piano, bisa ngepang rambut. Siapa yang ajarin tante? Berarti sekolahnya tante banyak dong!" Bella tersenyum mendengar pertanyaan Kiara sambil terus mengepang rambutnya dengan rapih. " Belajar sendiri aja sih. Tante nonton trus tante coba deh sendiri. Piano juga nggak bisa- bisa amat. Nggak jago. Tapi bisa. Nah, udah selesai. Coba lihat deh" ucap Bella sambil memutar tubuh Kiara menghadap dirinya lalu mengusap pipinya dengan lembut. " Kamu cantik banget sayang" Kiara lalu berlari menuju cermin yang berada di sudut kamar berwarna pink putihnya, lalu tersenyum sumringah. " Tante, Kiara cantik banget" ucapnya girang sambil memeluk leher Bella dengan erat. " Ekhemmm" " Papa..." seru Kiara lalu berlari memeluk Niel yang bersandar di pintu kamarnya entah sejak kapan. " Papa, papa lihat deh rambut aku. Bagus banget kan pa?" tanyanya antusias. " Iya sayang. Bagus banget. Cantik" puji Niel lalu mengecup pipi putrinya. " Eh, tapi kok papa ada di rumah?" " Papa mau makan siang sama Kiara" " Yeaayy..." riuh Kiara lalu kembali mengecup pipi Niel. " Mau saya siapin makanannya sekarang?" Niel hanya mengangguk bahkan tanpa menoleh. " Iya" " Baik, pak. Permisi" ucap Bella sambil berjalan di samping Niel. (" Gila, wanginya enak banget") batin Bella. Bella lalu berjalan menuruni anak tangga sambil mengulum senyumnya. Ia memasuki dapur dan memanaskan semua makanan yang telah bu Wirna siapkan ke dalam microwave sesuai petunjuk bu Wirna padanya. Ia kemudian menata meja makan dan kembali ke kamar Kiara untuk memanggil anak dan ayah itu untuk makan siang. Bella melihat Niel yang nampak memeriksa buku latihan milik Kiara yang telah ia ajarkan tadi. Bella ingin melihat ekspresinya, namun karena pria itu memunggunginya, alhasil ia hanya bisa melihat sisi samping wajah pria tersebut dan bahunya yang lebar. Bella mengetuk pintu kamar Kiara yang memang terbuka sejak tadi. " Permisi pak, makanannya sudah saya siapkan. Niel lalu berdiri dan meraih tangan Kiara untuk turun bersama ke ruang makan. Dan sesampainya di meja makan, Bella langsung membantu Kiara untuk duduk dan mengambilkan makanan. " Segini cukup?" tanya Bella lembut dan diangguki oleh Kiara. " Tante makan disini ya?" Bella lalu melirik pada Niel yang nampak acuh dan mulai menyendokkan makanan ke dalam mulutnya. " Mmm...Nggak usah sayang. Tante makan di dalam aja ya. Kiara ngobrol aja sama papanya. Tante mau ngerjain sesuatu di dapur." " Ya udah. Tante makan yang banyak ya" Bella tersenyum dan menaikkan satu jempolnya. " Saya permisi pak" " Hmm.." Dan yang di ajak bicara hanya mengangguk sambil menatap makanannya. " Papa, tante Bella baik ya?" tanya Kiara. " Iya" " Cantik lagi! Iya kan pa?" Niel hanya mengangguk. " Tapi kok papa nggak pernah ngobrol sama tante Bella? Papa malu ya?" " Kok malu?" tanya Niel sedikit heran. " Atau papa nggak suka sama tante Bella?" Niel lalu meneguk air putihnya lalu mencubit pipi putrinya dengan lembut. " Anak kecil banyak nanya. Makan cepet. Papa udah mau balik ke kantor." " Iya, papa" " Kiara dengerin apa kata tante ya" " Oh ya, kamu dapat salam dari oma. Bentar lagi oma pulang" " Bener pa? Sama om Nathan? Berarti nanti Kiara bisa nginap di rumah oma lagi. Yeayyy" Niel mengangguk sambil tersenyum. Senyum yang memamerkan giginya. Tampan, sangat tampan. Dan membuat Bella mengulum senyumnya karena ini pertama kali ia melihat pria itu tersenyum yang tentu hanya ia perlihatkan pada putrinya. " Tante... Kok senyum- senyum sendiri sih?" tanya Kiara.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD