Bab 72

1257 Words
"Kak Chandra!" Aira memekik senang begitu melihat Candra di depan sana tengah menatap ke arahnya. "Hai cantiknya kakak, kamu terlihat semakin menakjubkan saja Aira." Chandra berkata demikian sembari melangkah mendekati ke ranjang pasien di mana Aira masih berbaring di atasnya. Sebuah pelukan hangat pun tercipta di antara kedua orang tersebut. Aira yang begitu merindukan Chandra dapat melepas rindunya setelah beberapa hari ini tidak lagi melihat Chandra pada terakhir kali mereka bertemu. "Bagaimana kabarmu sweet heart?" tanya Chandra sembari mengelus pangkal kepala Aira dengan sayang. "Alhamdulillah baik dong Kak, Kakak sendiri apa kabar? Kakak baik-baik saja kan?" mendapat pertanyaan bertubi dari Aira membuat Candra terkikik geli. Masih mempertahankan dekapan mereka, Chandra mengangguk singkat dan menjawab dengan, "Alhamdulillah Sayang, Kakak juga sehat dan baik-baik saja seperti yang kamu lihat sekarang." "Syukurlah." Dekapan Aira pada tubuh jagung Chandra semakin mengerat. Melihat keduanya yang seperti perangko saling menempel satu sama lain, membuat Alpha yang berada di sana turut terkekeh dan bercanda dengan mengatakan, "Wah wah wah ... serasa dunia milik berdua ya, Bun. " Ungkapan itu langsung membuat Candra dan Aira yang masih berpelukan pun melirik ke arahnya sembari menampilkan senyum. Sementara Aira, bersama dengan senyumannya Ia juga menjulurkan lidah ke arah Alpha. "Ini yang membuat aku sangat merindukan Kak Chan, aroma parfumnya pas sekali di penciuman Aira," kata gadis itu sembari mendusel-duselkan hidungnya ke jaket yang Chandra kenakan. Hal itu pun membuat Chandra kembali tertawa melihat tingkah laku Aira yang menggemaskan. Ia mengusap puncak kepala Aira beberapa kali karena saking tidak tahannya melihat kegemasan itu. "Kak Winny apa kabar Kak?" Kembali Aira bertanya. Pertanyaan itu membuat Chandra sontak saja terdiam seribu bahasa. Sementara di depan sana masih dengan kegiatannya yang memeriksa berkas-berkas di atas meja, Alpha segera berdiri dan mendekati keduanya. Pertanyaan Aira memang tidak salah, tapi Alpha merasa bahwa pertanyaan itu bisa membuat Chandra sedih karena kembali mengingat kekasihnya yang masih terbaring tidak bisa apa-apa di atas ranjang pasien. Menurut kabar yang Alpha dengar dari Bintang, keadaan Winny semakin memburuk. Dan sepertinya kabar itu bukanlah kabar burung semata, karena bisa Alpha lihat sekarang wajah Chandra yang sedang tidak baik-baik saja. Kelihatan sekali dari caranya memandang seseorang, tubuhnya yang semakin mengurus, dan juga lingkaran hitam yang tercetak jelas di bawah kedua kantung matanya. "Ekhem, Chan kamu kelihatannya lelah ya? Mau makan dulu tidak?" Alfa bertanya begitu sampai di sebelah Chandra. Ia sengaja mengalihkan topik pembicaraan agar Aira paham maksudnya untuk tidak bertanya mengenai Winny sekarang. Karena situasi dan kondisinya sedang yang belum tepat. "Tidak, Al. Terima kasih. Aku ke sini karena mengingat janjiku pada gadis kecil ini untuk sering-sering menjenguknya. Lihat, sekarang dia sudah sangat merindukanku kan sampai tidak mau melepaskan pelukannya seperti ini." Aira yang tidak mengerti apa-apa pun memanjangkan bibirnya alias manyun dengan cute. Tapi dia juga tidak bisa mengelak dari apa yang kakaknya ucapkan barusan. Karena benar, dia sangat merindukan Kak Chandranya itu. "Huum, Aira sangat-sangat merindukan Kakak tahu. Kenapa sih datangnya lagi lama sekali?" Chandra jawil pucuk hidung Aira dengan gemas. "Hei Princess kecilnya Kakak, Kakak kan sedang merawat Kak Wini yang sedang sakit. Jadi kakak tidak bisa sering-sering datang menjenguk kamu. " Kalimat yang keluar dari lisan Chandra itu terdengar sangat sendu sekali di telinga Alpha. Begitupun dengan Aira yang merasakan hal yang sama. Sepertinya keadaan Kak Winny memang sedang tidak baik-baik saja. Batin Aira dipenuhi tanda tanya. "Kak Winny dirawat di rumah sakit ini juga kan, Kak? " Tanya Aira. Dan Chandra mengangguk singkat sebagai jawaban. "Kalau begitu boleh ya Kak, kalau Aira menjenguk Kak Winny hari ini?" Pertanyaan itu Aira tujukan kepada dua orang lelaki yang ada di dalam ruangannya sekarang. Ya, Alpha dan Chandra. Dalam beberapa sekon setelahnya tidak ada yang menjawab pertanyaan Aira. Baik Alpha maupun Chandra keduanya memilih diam. Namun Tatapan yang Aira berikan kepada Chandra begitu sendu. Dan itu membuat Chandra tidak tega untuk mengatakan tidak. Namun juga ia tidak sanggup untuk menjawab iya karena, Chandra takut setelah melihat kondisi Winny yang sekarang dapat mengguncang batin Aira. Kekhawatiran yang sama yang juga dimiliki oleh Alpha saat ini. "Hmm ..." Chandra menggumam sesaat. Kemudian melarikan tatapannya ke arah Alpha. "Kak?" "Aira, sayang ... Kak Winnyya sedang istirahat secara total. Kan Kakak sudah bilang kepada Aira kalau tidak bisa semua orang bisa menjenguk Kak Winny sekarang. Mungkin nanti kita bisa menjenguk Kak Winny tapi ya memang belum saat ini yang tepat." Alpha menjawab dengan terbata-bata. Sesekali juga dia melirik kearah Chandra yang hanya bisa tersenyum lembut. Dan di balik senyuman itu tersimpan kesedihan yang dalam. Oleh sebab itu, sebelah tangan Alpha terangkat dan menepuk pundak Chandra beberapa kali seolah menguatkan sosoknya yang sedang rapuh itu. Aira tampak terdiam dengan pandangan menerawang. Kemudian ia memberi spasi dengan Chandra yang masih dipeluknya. Lantas mendongak untuk menatap wajah Chandra dan berkata, "Maaf ya Kak, Aira tidak bermaksud membuat Kakak sedih." Chandra segera menggelengkan kepalanya, dielusnya puncak kepala Aira dan pipi gadis itu secara bergantian. "Kenapa minta maaf, Princess? It's okay, I'm fine," jawab Chanda dengan logat ala kebarat-baratan. Aira yang merasa tidak enak pun kembali memeluk Chandra. "Sudah dong pelukannya, kalau sedang rindu memang berat ya. Rasanya mau menempel terus seharian tidak mau dilepas," celetuk Alpha sembari menampilkan raut wajahnya yang manyun. Melihat hal tersebut, Chandra menyemburkan tawanya. Bukannya merenggang, justru Chandra semakin erat memeluk tubuh mungil Aira. "Denganku pun masih saja cemburu," gumam Chandra pelan sembari melirik Alfa di depan sana. Tak lupa dengan kekehannya yang membuat Alpha menutar bola matanya malas. Ya bagaimana ya, kalau sudah bucin memang susah. Bucin, b***k cinta. Begitu kata Bintang. "Apa, Kak?" tanya Aira. "Ha? Tidak. Memang Kakak bilang apa?" Chandra mengalihkan perhatian. "Kakak bilang apa tadi?" "Tidak bilang apa-apa." "Oh ... Aira pikir Kakak bertanya dengan Aira," balas Aira polos. Dan pagi itu sama seperti hari sebelumnya ketika airnya begitu sangat merindukan Chandra, sampai memasuki waktu siang tepat saat jam makan siang, ia tidak mau jauh-jauh dari Kak Chandranya. Mulai dari bangun dan membantunya berjalan untuk ke kamar mandi untuk membersihkan tubuh pun Chandra yang menuntunnya sampai ke depan pintu kamar mandi. Berlanjut, menyisirkan rambutnya, menyuapinya makan, dan bercerita bersama sembari tertawa. Pun juga menyuapi Aira ketika makan siang. Sampai membacakan buku hingga gadis itu kembali tertidur. Baru di saat itulah Chandra pamit pergi untuk kembali ke ruangan Winny. Dan tentunya dia hanya bisa berpamitan dengan Alpha saja, karena princess kecilnya sudah memasuki alam mimpi. "Chan, titip salam untuk winny ya. Semoga lekas sembuh," kata Alpha kepada Chandra. "Terima kasih, Al." "Aku akan ke sana saat jam makan malam nanti, Aira akan ada pemeriksaan bersama Tae Young. Dan saat itu aku ingin melihat Winny dulu," kata Alpha. Ya, sebagai dokter yang bekerja di rumah sakit yang sama dengan tempat Winny berobat, tentunya Alpha dan teman-teman dokternya yang lain sering mengunjungi Winny secara diam-diam tanpa sepengetahuan Aira. Bintang dan Kaindra adalah dokter utama yang mengurus Winny, sementara Alpha, Julio, dan Tae Young akan menjenguk juga sesekali jika sedang ada waktu kosong. Chandra menganggukkan kepalanya beberapa kali, kemudian menepuk pundak Alpha sekali. "Aku juga minta maaf karena tidak bisa menjenguk Aira lebih rutin. Lihat tadi, dia begitu merindukanku ternyata," ucap Chandra. "Ya ... kamu dan Bintang memanh sangat berarti juga untuknya. Kalian kan sudah Aira anggap sebagai kakaknya sendiri." "Tapi kamu masih saja cemburu kalau aku memeluk Aira. Itu namanya kakak?" ejek Chandra. Melihat Alpha yang tak bisa menjawab dan hanya terdiam dengan salah tingkah, Chandra pun terkekeh. "Oh ya, Al. Bagaimana mengenai kasus jatuhnya Aira? Sudah ketahuan siapa dalang di balik semuanya?" tanya Chandra. Alpha menggeleng. "Belum ketahuan," katanya lesu. "Sabar, kita akan cari tahu bersama." Sekali lagi Chandra dan Alpha sama-sama saling menguatkan satu sama lain.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD