Bab 22

1009 Words
Beberapa hal yang tidak disukai : Merokok, dibantah, timun, seseorang yang agresif dan menunjukkan rasa sukanya secara terang -terangan sehingga membuatnya tidak nyaman. Hal yang disukai : Aira. "Aira? Maksudnya apa coba?" Aku membaca sebuah pesan masuk yang dikirim oleh orang suruhanku yang bertugas mencari tau identitas Alpha lebih jauh. "Aira Sabila, nama adik perempuannya kan? Ah ... berarti dia sayang banget sama adiknya. Tipe Kakak yang lovely banget sama adiknya kali ya." Ya, anggap saja begitu. Aku tidak terlalu suka berpikir sebenarnya. Tapi, mengenai Alpha seperti mulai hari ini akan menjadi pengecualian. Alpha itu, serius deh. Tampang dan postur tubuhnya adalah idaman semua kaum hawa. Rahangnya tegas, hidungnya mancung, kuliy seputih s**u. Aku jadi merasa agak insecure. Lalu, Alpha itu pria yang jarang sekali kulihat dengan ekpresi wajah sedatar itu namun tetap terlihat tampan. Dengan hanya memandangnya saja, perutku terasa penuh. Seperti banyak kupu - kupu berterbangan di dalam sana. "Ganteng, baik, gerus penyayang lagi. Ya ampun, jadi kepengi disayang Alpha." Aku mulai meracau tidak benar. Dari semenjak mengenal K-Pop, impianku hanya satu. Yakni, menikah dengan kloningan mereka yang versi seiman. Dan Alpha, he is look a like my idol. Jadi, aku bertekad akan memilikinya. "Oke tenang, Sheila. Lo itu cantik, berkelas, bergelimang harta. Pasti Alpha akan dengan mudah masuk ke dalam pesona lo." "Intinya gue gak boleh keliatan jelas banget kalo lagi suka sama dia. Tipe - tipe yang suka dialusi. Hmm ... oko." Setelah pertemuan itu, aku sengaja merencanakan pertemuan - pertemuan lain namun seolah pertemuan berikutnya tidak disengaja. Hal yang dia sukai yaitu Aira, berarti aku harus mengambil hati adiknya lebih dulu. Aira akan ku taklukan dengan caraku sendiri. Itu mengapa, aku bisa ada di sini sekarang. Berkunjung ke rumah sakit tempat Kakakku dirawat. Padahal baru saja pulang, tapi aku memutiskan kembali ke sana setelah mendapat kabar dari anak buahku kalau adiknya dirawat di rumah sakit yang sama dengan Kak Gio. Bagus, bukankah akan lebih terlihat sangat natural lagi kalau seperti itu? "Kamu mau ke mana? Kenapa berkeliaran sendirian?" tanyaku. Aku berinisiatif mengambil kursi roda untuk ia naiki. Sementara aku yang mendorongnya. Aku tidak pernah suka direpotkan karena orang lain. Apalagi seseorang itu oramg asing, baru ku kenal. Tapi, demi Alpha ... It's okay. Detail rencana yang telah ku susun sedemikian rupa adalah, mengorek informasi sebanyak - banyaknya melalui gadis bernama Aira ini. Tak kuduga, rencanaku justru lebih cepat dari dugaanku. Saat aku hendak mengunjungi Kakakku, aku melihat seorang perempuan yang melintas sendirian di koridor lantai 12. Dari pakaiannya, ia seorang pasien. Oh tapi bukan itu yang menjadi fokus utamaku saat ini. Melainkan, wajah gadis ini yang sama persis seperti foto di dalam genggamanku. Saat aku mendekat, dan mendapati wajahnya memang sama seperti foto. Dia Aira yamg haris ku ambil perhatiannya demi mendapatkan hati sang kakak. "Tidak ingin ke mana - mana. Terima kasih ya, Kak. Kalau begitu aku permisi dulu." "Mau ke mana?" Ia menghentikan laju kursi rodanya sesaat. "Mau kembali ke ruanganku, Kak." Gadis ini, cantik sekali. Tidak salah kalau dia adiknya Alpha. Mereka sama - sama megangumkan. Satu hal yang baru ketahui dari Aira. Dia, tuna netra. Jadi benar informasi yang ku dapat? Ku pikir hanya hoaks. Aku pun tersenyum lembut meski dirinya tidak akan bia melihat itu. "Sini, Kakak hantar saja ya. Kamu bisa tersesat kalau sendirian." "Tidak usah, Kak. Nanti merepotkan Kakak." Well, memang sedikit merepotkan tapi, demi Alpha ini akan terlihat seperti sebuah kebetulan yang sangat baik. Apalagi lelaki itu tahu kalau Kakakku dirawat di rumah sakit ini juga. "Nggak kok. Jadi, di mana ruangan kamu?" "VIP nomor 264." "Oke, Kakak bantu balik ke sana ya. Seharusnya kamu tidak boleh berkeliaran sendirian. Nanti kenapa - napa lho." "Hanya merasa bosan sedikit, Kak." "Ngomong - ngomong kita belum berkenalan. Siapa nama kamu?" Kalau ini sebuah film, seharusnya sejak tadi sudah ada seorang sutradara yang mengatakan, 'ready? Action!' Karena peranku sebagai Sheila si baik hati dimulai dari sekarang. Haha ... Karena masalah perasaan aku jadi melakukan hal konyol yang tidak pernah kuduga sebelumnya. Siapa sangka aku akan melakukan hal childish seperti ini? Astaga, siapa pula yang bisa melewatkan pria setampan Alpha. "Aku Aira, Kak," jawabnya. Bravo! gak salah orang gue. "Nama yang cantik. Secantik wajahmu." Itu fakta. Gadis ini memang cukup indah dipandang. Padahal wajahnya tidak terpoles make up, bahkan kulitnya sangat pucat tapi, aura kecantikkannya tak dapat membantah bahwa dirinya memang cantik. Ya ... meski cantik itu relatif. "Nama Kakak siapa?" Dia bertanya. Aku tersenyum sekali lagi. Gadis ini adik kesayangan Alpha kalau begitu akan menjadi orang spesial juga di hidupku mulai sekarang. "Aku Sheila. Btw Aira, kenapa kamu pergi sendirian? Apa tidak ada yang menjagamu?" "Kakakku sedang menyelesaikan urusannya di ruangannya sebentar, Kak. Mungkin akan segera balik nanti." Di ruangannya? Bukannya Alpha sedang dalam masa cuti dari pekerjaannya ya? "Kakak kamu ... dokter?" Aku bertanya hati - hati. Aira mengangguk. Sepertinya benar. "Maaf kalau boleh tahu siapa nama Kakakmu? Berhubung Kakakku juga dirawat di rumah sakit ini karena kecelakaan tadi sore." "Astaga, aku turut bersedih, Kak." Aku mengangguk singkat. Satu hal lagi, dia gadis yang sopan. "Namanya Alpha. Dia seorang dokter bedah umum, Kak." Aku mengangguk - anggukan kepala beberapa kali secara pelan. Jadi memang benar Alpha seorang dokter? Tapi, kenapa dia menjadi seorang pianis di cafe waktu itu? "Alpha ya?" "Iya, Kak." "Ah ... sepertinya bukan dia yang menangani Kakakku. Lagi pula luka Kakakku tidak separah itu sampai harus dibedah." "Yasudah, ayo Kakak hantar." Saat kami telah tiba di depan pintu ruang rawatnya. Kami dikejutkan oleh suara seseorang yang berteriak dari dalam. "Aira, sepertinya ada yang membuat keributan di ruanganmu," kataku. Namun, gadis ini malah menggeleng dan tersenyum biasa saja. "Itu pasti Kak Alpha, Kak. Dia pasti sedang mencariku." "Benar? Bukan orang jahat kan?" "Bukan, Kak. Ayo kita masuk saja." "Kak Alpha?" "Aira?!!" Dari sana bisa kutarik kesimpulan bahwa Alpha memang benar - benar sangat menyayangi gadis ini. Terlihat dari wajahnya yang sangat panik. Mungkin ini akan terdengar menggelikan tapi, dalam situasi seperti ini pun pria itu bahkan berlipat - lipat ganda lebih tampan lagi. Ya Tuhan, sepertinya aku benar - benar sedang dimabuk asmara.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD