Ronan dan Dennis

1376 Words
"Si Edgar memang ganteng Mbak, tapi ya itu, b******k. Aku kecewa Mbak." Siska menunjukkan ekspresi kecewanya. Franja menatapnya jengkel. "Kenapa kamu kecewa? Memangnya kamu kenal mereka?" tanyanya ketus. "Aku memang tidak kenal dia secara langsung, Mbak, tapi aku ngefans banget sama cowok-cowok cakep seperti mereka," jawab Siska antusias. Franja melotot padanya. "Pernah dengar istilah, Don't judge a book by it's cover ? Melihat Ganteng, tampan dan menari juga seperti itu, Siska, yang ganteng belum tentu baik." Siska mengangguk sedih. "Tapi Ronan itu tidak b******k ‘kan Mbak?" "Sama saja," jawab Franja ketus. Siska langsung terbelalak. "Dia juga melecehkan Mitha, Mbak?" "Tidak, tapi ‘kan mereka berteman, pasti kebiasaan mereka sama. Satu circle." "Mbak Fra, pernah dengar istilah, don't judge a book by its cover?" Siska menyipitkan matanya menatap Framja dan wanita itu langsung mendelik jengkel pada Siska, sedangkan gadis itu tertawa terbahak-bahak setelah berhasil mengembalikan perkataan Franja tadi. "Ronan Tahitu memang ganteng, Mbak Fra. Aku pernah bertemu dengan dia sewaktu dia mengambil pemotretan di kota tua. Waktu itu aku sedang di sana belajar memotret juga. Aslinya ganteng banget Mbak! Ramah lagi, murah senyum. Terus senyumnya itu bikin nagih, Mbak, lumer sampai ke hati." Siska menerawang sambil membayangkan wajah Ronan. "Sok tahu kamu! Kamu ‘kan tidak kenal dia secara pribadi. Laki-laki ramah justru lebih berbahaya!" Franja memberikan asistennya itu peringatan. "Siapa coba yang tidak kenal Tahitu brothers, Mbak! Ringgo Tahitu yang hot as hell. Sutradara paling cakep di negara ini. Harusnya dia jadi aktor bukan sutradara. Lalu ada Langit Tahitu, oke, ini saudara angkat mereka dan akhirnya jadi saudara ipar Ringgo dan Ronan karena menikah dengan Rizka Tahitu yang sangat cantik. Dan Langit ini ternyata keturunan dari Fredy Syaledra. Mbak pasti tahu siapa Fredy Syalendra pemilik banyak gedung ter-mahal dan ter-indah di Indonesia dan Asia tenggara.” Franja mengangguk. Dia tahu siapa Syaledra Grup. “Dan terakhir adalah Ronan Tahitu! Pemimpin perusahaan Tahitu Grup yang besar dan yang paling manis, ramah, kalem, pintar, tidak cukup kata mendekripsikan bagaimana kerennya Si Ronan ini, Mbak Fra. Belum lagi sepupu mereka yang hot sekaligus penuh misteri Bram Anugerah pemilik Anugerah Steel dan perusahaan tambang lainnya. Dan mereka juga berteman dengan Clara Wiraatmadja putrinya raja media terbesar di Asia yang menikah dengan teman mereka Jack Bameswara yang coolnya tiada tara Mbak! Dan−" "Cukup, Siska. Aku tidak tertarik." Franja mendengus lalu menatap Siska takjub. "Tapi kamu tahu banyak tentang mereka ya?" "Aku ‘kan suka dunia fotografi, Mbak. Sekarang aku juga sedang belajar. Nah, iseng-iseng aku cari tau siapa fotografer handal di negeri ini, dan nama Ronan Tahitu masuk ke dalam daftar," Siska memandang Franja dengan antusias "Aku cari tau tentang dia Mbak, jadi penasaran untuk cari tau semua. Dan ternyata ya, Mbak, karya fotonya Ronan ini keren. Tapi sejak dia memimpin perusahaan keluarganya, Ronan sudah jarang foto-foto gitu, Mbak." Siska menjelaskan dengan sangat antusias. Franja menyimak perkataan Siska sambil mengangguk. Asistennya tersebut tersenyum melihat ekspresi penasaran di wajah Franja, sehingga dia melanjutkan kembali. "Mbak tahu Ray Tahitu ‘kan?" "Tahu. Dia bapaknya kan? Dia juga cucu Edward Tahitu." "Widihh ... Mbak Fra udah tahu banyak dong." Siska mengerling padanya. "Hanya karena aku tahu siapa bapaknya dan kakeknya, kamu langsung berpikir kalau aku tahu banyak?" Franja manarik nafas penuh kesabaran sambil menggeleng. Profesinya dulu memang membuat dia tahu beberapa orang terkenal di negeri ini. Tapi Ray Tahitu belum pernah menjadi tamunya. Siska langsung terkekeh. "Mbak Fra tidak berminat untuk tahu banyak tentang Ronan?" "Tidak! Sekarang kamu kirim buku itu dan jam sembilan kita meeting." "Siap, Mbak Fra!" Lalu Siska keluar dari ruangan Franja. Franja memeriksa dokumen yang terletak di mejanya. Wanita itu tidak menyangka jika produk kecantikan yang dia produksi laris di pasaran. Masa lalunya sebagai seorang p*****r menarik banyak perhatian publik, ada yang memuji perubahan dalam hidupnya, tapi banyak orang-orang yang tidak menyukainya bahkan menjatuhkan namanya dengan menggunakan kehidupan masa lalunya tersebut. Franja memang sangat vokal dalam kesetaraan gender dan membela hak kaum perempuan, serta mempelajari hukum untuk membela kaum perempuan. Dia adalah feminis sejati. Ayah dan ibunya juga membentuk karakternya menjadi wanita yang kuat dan mandiri walau melewati banyak kekelaman. Mengingat kedua orang tuanya, selalu saja membuatnya sedih dan marah. Sekarang dia dan seluruh stafnya berada di ruang rapat. "Menurut laporan yang saya terima produk terbaru Fra Skin care milik kita untuk penjualan pertama sangat bagus." Franja menatap timnya yang terdiri dari bagian produksi, marketing dan juga keuangan. "Permintaan sekarang sangat tinggi dan kita akan memproduksi banyak untuk skin care ini. Saya ucapkan terima kasih untuk semua tim dan juga seluruh yang sudah bekerja keras," ucap Franja sambil tersenyum dan seluruh stafnya bertepuk tangan. "Dan saya ingin kita membuat produk varian baru untuk keperluan mandi, saya ingin mendengar pendapat dan juga ide untuk produk baru ini." Suasana rapat pun semakin semangat saat Franja dan timnya membahas produk terbaru yang akan mereka keluarkan. *** "Hai, Fra." Seorang pria bertubuh tinggi, berwajah campuran memasuki ruang kantor Franja siang itu. Franja yang baru saja selesai rapat, sedikit terkejut mendapati Dennis Donald Kalangi yang adalah putra pemilik firma hukum terkenal di Indonesia dan berprofesi sebagai financial planner. "Hai Dennis, sudah lama?" balas Franja sambil tersenyum. Bisa dikatakan saat ini Dennis lah laki-laki yang dia percaya sebagai teman yang juga perencana keuangan untuk perusahaannya. "Baru sepuluh menit. Bagaimana kalau kita langsung makan siang saja?" Ajak pria itu. "Oke." Lalu keduanya meninggalkan kantor Franja menuju restoran yang telah mereka tentukan untuk makan siang. "Penjualan kosmetik dan semua produk kecantikanm juga perawatab tubuh, Franja Co. sedang naik. Keuangan perusahaanmu stabil. Jadi sejauh ini keuanganmu aman, Fra," ujar Dennis begitu mereka sudah di restoran. Sekarang mereka berbincang sambil menunggu pesanan makan mereka. "Thank, Den. Saranmu untuk membuat harga yang terjangkau sangat bagus." Franja tersenyum senang. “Dan Produk premium juga sangat laris.” "Harga yang terjangkau akan membuat penjualan tinggi. Dan penjualan yang tinggi lebih menguntungkan bukan? Produk yang mahal juga akan dilirik kalau merek sudah dikenal banyak orang." Mereka berdua tertawa. "Walaupun banyak kontroversi juga, tapi kadang hal itu di perlukan dalam marketing," tambah Dennis. "Aku tidak peduli pada hujatan atau pun kritikan yang menjatuhkan. Yang penting produk terjual, bisnis tetap jalan, dan bisa membantu orang lain," ucap Franja santai. Dennis tersenyum melihat gadis cantik dan penuh semangat di hadapannya itu. "Benar, dan produk kecantikan milikmu justru semakin laris di pasaran." Akhirnya pesanan makanan mereka datang dan dihidangkan di hadapan keduanya. Franja pun bercerita tentang produk barunya yang akan dibuat. "Dennis, kemarin tunanganmu datang menemuiku, dia bilang aku merebutmu darinya," ucap Franja sambil menyantap makanannya. "Elsa bukan tunanganku." Dennis menatapnya tajam. Franja mengangkat bahunya, "Terserahlah, tapi aku tidak suka drama dilabrak oleh tunangan orang lain." "Fra, kami tidak memiliki hubungan apapun.” Dennis menjelaskan. "Tolong bilang padanya, jangan pernah menemuiku seperti kemarin. Jelaskan padanya hubungan kita hanya hubungan profesional." "Kenapa aku harus menjelaskan hubungan kita pada Elsa? Lagi pula itu bukan urusan dia, apakah hubungan kita profesional atau tidak. Dan kamu tahu bagaimana perasaanku padamu Franja." Dennis sambil menatap Franja lekat. Franja meneguk air putih, lalu meletakkan sendoknya dan membalas tatapan pria itu. "Dan untuk sekian kali aku katakan padamu, Dennis, kita tidak bisa bersama dan aku tidak memiliki rencana untuk menjalin hubungan, apalagi pernikahan seperti yang kau inginkan." "Kenapa, Fra?" Desak pria itu. "Apanya yang kenapa?" "Kenapa kau selalu menolakku? Kalau kau pikir masa lalumu menjadi penghalang untuk kita berdua, kau tidak …" "Ibumu pernah menemuiku, Dennis,” sela Franja. “benar yang dikatakan oleh ibumu, mungkin saja aku pernah tidur dengan relasi bisnis ayahmu dan aku bukan perempuan yang cocok untukmu." "Aku tidak peduli, Fra," jawab Dennis tajam. Franja mengambil rokok dari dalam tasnya dan menyalakannya. Wanita itu menghembuskan asap rokoknya dan menatap Dennis. "Kau bukan anak remaja yang tidak bisa berpikir secara logika Dennis. Kenyataannya aku tidak pantas menurut duniamu untuk menjadi kekasih apa lagi istrimu. Dan aku tidak pernah ingin menikah dengan siapapun," tandas wanita itu tegas. "Kau hanya takut karena masa lalumu Fra. Aku bukan laki-laki b******k seperti yang selama ini di sekelilingmu." Franja terkekeh, sambil menghisap rokoknya. "Dennis−" "Hai, Mbak Franja." Tiba-tiba sebuah suara menginterupsi pembicaraan mereka. Franja dan Dennis menoleh ke arah suara tersebut. "Mbak Franja makan siang di sini juga?" Franja terbelalak melihat Ronan yang berdiri di sampingnya sambil tersenyum ramah, sedangkan Ronan ingin menendang dirinya sendiri dengan pertanyaan bodoh itu. "Kau?"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD