Khilaf 2

1377 Words
Entahlah, aku sendiri bingung dan tak mengerti. Harus seperti apa menanggapinya. Apakah harus dianggap anugerah atau justru musibah. Raut wajah dan potongan rambut yang sedikit mirip dengan salah seorang artis ternama, menurutku bukanlah sesuatu yang terlalu istimewa tapi orang lain menanggapinya berbeda. Banyak teman yang lebih mirip dengan selebriti famous, bahkan memenangkan ajang pencarian bakat mirip artis. Tapi mereka santuy saja tidak terlalu kepedean. Masa iya aku yang menurutku biasa-biasa saja harus kegeeran sendiri. Penampilan yang sederhana dan terkesan cuek, dimaknai berbeda. Bahkan banyak yang terang-terangan mengatakan jika aku memiliki hot s*x appeal. Daya tarik seksual yang menggairahkan hingga menjadikan siapapun berhasrat dan berfantasi untuk bercinta denganku. Sungguh mengerikan. "Wajah lu sebenarnya biasa aja, tapi kalau sudah berada di lapangan futsal atau lagi main bola, pasti bikin cewek-cewek histeris dan berdebar tak karuan. Tonjolan di selangkanganmu itu loh yang bikin jantung dag-dig-dug mau copot, uuuh..." Serly, kakak kelas yang terkenal sedikit nakal, ceplas ceplos dan frontal kalau bicara. "Gak tahu. intinya unik aja, Ndra. Jika memandangmu dari atas sampai perut, hati ini rasanya damai dan teduh. Namun jika memandang dari perut ke bawah, hati ini panas membara hingga bisa membuat pikiran traveling kemana suka." Astrid, salah seorang mahasiswi yang juga tetangga dekat berpendapat lebih diplomatis. "Henhen, gua sangat yakin lu liar and romantis banget di atas ranjang. Gue bahkan sering berkhayal dan sangat berharap jadi salah satu cewek lu!" Ferdy berpendapat lain. Lelaki bertulang lunak itu memang sangat ajaib pemikirannya. "Apapun zamannya, tak bisa dipungkiri lagi pelet masih tetap menjadi andalan banyak orang yang ingin selalu terlihat lebih menarik di mata lawan jenisnya. Melihat kenyataan itu, lu gak perlu munafik lagi jika asihan dan sejenisnya memang ada dalam diri lu." Herman salah seorang sahabat satu geng, lebih ekstrim dalam menuduh. Ini benar-benar sangat menyedihkan sekaligus menjengkelkan. Apa bangganya dikategorikan sebagai lelaki yang menarik namun dengan cara-cara tidak wajar. Apalagi menariknya itu lebih pada hal-hal yang berbau m***m. Masih adakah yang punya pendapat lebih terhormat dari mereka? Bagaimana dengan pemikiran Bu Asti, Bi Kokom, Tante Yuli, Bu RT dan para wanita penggemar brondong lainnya? Oh my Lord! Lindungi hambaMu yang lemah ini dari godaan perempuan-perempuan genit yang lebih fokus memperhatikan s**********n para brondong dibanding isi kepala dan prestasinya yang menonjol. Apapun yang mereka katakan tidak pernah aku merespon berlebihan. s*x appeal atau apapun namanya, hanyalah persepsi yang bersifat relatif. Menarik bagi seseorang belum tentu untuk yang lainnya. Dari semua pendapat itu, hal yang menyakitkan justru datang dari sahabat-sahabat terdekat yang keukeuh menuduh aku memiliki pelet asihan. Tuduhan yang sangat keji, tak berdasar dan sangat mengenaskan. Brondong semodern dan segaul aku masih dituduh sebagai penganut aliran kemusyrikan. Memang mereka terkadang menyampaikannya dalam canda, namun jika diucapkan berulang-ulang, seolah menjadi sebuah kebenaran. Nauzubillah. Terlepas dari candaan dan tuduhannya yang kelewat batas, aku tetap bersyukur dianugerahi enam sahabat yang super absurd, sedikit diragukan kewarasannya dan yang pasti justru mereka yang super m***m. Kami dipersatukan dalam Soeseno - Soesah Senang Nongkrong. Kami memang sukanya nongkrong. Hendra Irawan (Jack), Ajiz Purnama Sidiq (Baper) Enda Kurniawan (Acuy), Fahmi Rahmatullah (STMJ) Aldi Awaludin (Lontar), Herman Pelangi (Bawang) dan Ferdy Fasya Gemilang (Inces). Itulah susunan anggota Soeseno yang setia mengisi hari-hariku dengan segala keabsurd-an dan keajaibannya masing-masing. Seantero kampung Lebak Asih, sudah tahu kalau aku dinobatkan sebagai ketuanya. Sesungguhnya Ferdy alias Inces belum sepenuhnya diterima gengs. Ajiz dan Enda dengan terang-terangan menolak dan tidak menyukai lelaki yang bertulang lunak seperti dia. Tapi kami tak bisa melepaskan Ferdy, karena pasokan akomodasi memang sangat mengandalkannya. Ferdy satu-satunya anggota geng yang paling tajir sekaligus royal. Sejak SMP kami sudah dipersatukan oleh banyak persamaan. Sama-sama kismin, norak, nyeleneh, gesrek dan sedikit nakal. Android masih merupakan barang mewah bagi hampir sebagian Soeseno gengs. Kamarku menjadi markas resminya. Jangan ditanya tentang privacynya. Kamarku laksana kapal pesiar milik bersama, setiap malam tetap berpenghuni bahkan ketika aku tidak sedang di rumah. 'Jika ada pembaca yang terseret arus kegilaan mereka yang super absurd, nyeleneh dan m***m permanen, mohon jangan menyalahkan Ketua RT setempat. Kasihan beliau sedang sibuk mengatur warganya yang masih kurang patuh terhadap protokol kesehatan serta masih membudayakan buang sampah sembarangan.' Dalam catatan akta kelahiran dan semua absensi sekolah dari mulai SD hingga kini kelas 2 SMA, Hendra Irawan adalah nama yang tersemat sederhana sebagai identitasku. Keluarga dan orang-orang yang mencintaiku biasa memangil Aa atau A Ndra. Sahabat dekat seluruhnya memanggilku Jack. Namun banyak juga yang memanggil Cogan, terutama kaum ciwi. Sayangnya banyak yang tak rela mendengarnya. Apakah karena kecogananku masih diragukan atau memang hati mereka dihinggapi iri yang akut. Ya, sudahlah, apa arti sebuah nama. Usiaku baru 17 tahun menuju 18. Anak sulung dari tiga bersaudara. Dua adikku semuanya perempuan. Herlina, biasa dipanggil si Teteh, kelas 2 SMP. Sedangkan si bungsu, Ferlita. Biasa dipanggil Dede atau Deblo saat ini kelas O besar PAUD. Kami terlahir dari pasangan W. Sanjaya dan Euis Maryati. Usia Bapak 48 tahun sedangkan Mama sepuluh tahun lebih muda. Keduanya berprofesi sebagai pedagang bubur ayam. Bapak jualan keliling, sedangkan Mama mangkal depan rumah. Kehidupan keluarga kami normal seperti kebanyakan lainnya. Harmonis, bahagia dan sejahtera menurut ukuran keluarga sederhana. Kami berdarah Sunda. Bapak asli from Bogor sementara Mama from Sukabumi. Dalam keseharian kami berkomunikasi menggunakan bahasa Sunda atau Indonesia, dan lebih banyak menggunakan bahasa nasional. Bapak hanya mengenyam pendidikan sampai SMP tidak sampai tamat. Mama lulusan SMA Negeri yang hampir saja masuk perguruan tinggi. Aku dan Herlina hampir selalu dipastikan menjadi juara kelas setiap tahunnya. Bapak dan Mama bahu membahu memberi sokongan penuh pada anak-anaknya untuk senantiasa berada pada posisi terbaik di di manapun. Tentu saja sesuai kemampuan maksimal yang bisa kami lakukan. Di mataku, Bapak adalah Kepala Keluarga yang sangat ideal. Taat beribadah, rajin dan giat bekerja. Ramah dan santun dalam bertutur sapa pada semua orang. Lemah lembut, ngemong dan mengayomi anak-anaknya. Bapak sering menjadi tempat curhat para tetangga. Tak sedikit yang mendapat solusi sederhana untuk masalah yang dihadapi, setelah berdiskusi dengannya. Beliau juga terkenal sebagai pribadi yang irit bicara namun bijaksana. Aku dan Herlina mewarisi hampir 73.46 % sifat dan kepribadian Bapak. Karakter Mama berbanding terbalik dengan Bapak. Beliau super gaul, ceplas ceplos, galak dan cerewetnya 'Masya Allah.' Ekspresif dalam berbicara dan mudah tersulut emosinya. Namun demikian, dia tetaplah ibu terbaik yang kami miliki. Selain cantik, beliau pun sangat pandai memasak dan tak mengenal lelah dalam mengurus dan merawat kami sekeluarga. Mama sangat menggemari sinetron dari stasiun ikan terbang. Pandai membawakan lagu-lagu qasidah juga lagu dangdut. Tidak menyukai kumpul-kumpul gosip dengan tetangga. Namun sangat suka belanja dan sifat matrenya sangat kentara. Mama terlahir dari keluarga cukup berada dan rela meninggalkan semuanya demi Bapak yang memang sejak lahir ditakdirkan menjadi orang kismin. Si bungsu Ferlita atau Deblo, nyaris mewarisi 89,98 % sifat dan kepribadian Mama. Sama-sama cerewet dan keras kepala. Rumah kami selalu berwarna, tak pernah sepi dari perang badar antara mereka yang meletus kapan saja. Hiburan harian yang terkadang membuat kami ngakak, pusing tujuh keliling sekaligus gemas saking jengkelnya. Tak ada yang menonjol dalam diriku, kecuali yang selalu dibahas oleh Serly dan beberapa orang pemerhati s**********n. Padahal menurutku, bagian paling pribadiku itu tidak terlalu menonjol terutama ketika memakai kain sarung. Namun saat memakai celana panjang apalagi celana kolor, sulit untuk tidak mengatakan menonjol pake banget. Memiliki tonjolan yang sedikit berbeda dengan kebanyakan teman sebaya, kusadari setelah salah seorang tetangga yang matanya sangat awas memperhatikan. Mulut usilnya bahkan sangat rajin berkomentar untuk hal yang sangat tidak berfaedah itu. Ternyata bukan hanya kaum hawa yang suka memperhatikan bagian pribadi lelaki. Ferdy, Ali dan Bang Yonas pun masuk dalam jajaran pemerhati s**********n sesama. Bang Yonas memang sangat terkenal usil. Apalagi jika sedang main futsal. Entah iri atau memang mulutnya gatel tak ketulungan. Dia selalu saja punya topik yang menjadi bahan komentarnya. Menurut gosip yang tidak terlalu bisa dipertanggung jawabkan, Bang Yonas yang sudah berusia 33 tahun dan masih betah membujang itu termasuk dalam golongan bujangan 'Lapuk' atau Lelaki Penyuka Kerupuk. Menurut gosip yang tidak terlalu bisa dipertanggung jawabkan, Bang Yonas yang sudah berusia 33 tahun dan masih betah membujang itu termasuk dalam golongan bujangan 'Lapuk' atau Lelaki Penyuka Kerupuk        Keluargaku menempati rumah kontrakan yang sederhana namun cukup nyaman dan luas. Tinggal di kawasan padat penduduk sehingga sangat cocok untuk berjualan bubur ayam. Kehidupan sosialis dengan para tetangga terjaga baik. Semua relatif hidup rukun, damai dengan masih memegang teguh budaya gotong royong, tepo seliro dan saling membantu dalam segala suasana. ^^^
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD