Action 3

1193 Words
Pada jam istirahat, Dylan sedang duduk di bawah pohon ketika Pretty mendekatinya. "Dylan ganteng ..., " sapa Pretty manja. Bulu kuduk Dylan meremang mendengarnya. Mengapa akhir~akhir ini cowok berwajah cantik di depannya selalu mendekatinya? Membuatnya risih dan jengah. Dylan terpaksa bergeser menjauh saat Pretty duduk di sebelahnya. "Dylan, denger~denger Dylan punya kerjaan sampingan ya selain belajar untuk sekolah? Wihh, Dylan hebat ya! Udah ganteng, pinter sekolah, pinter cari duit lagi...jempol deh! Pretty sukaaaa," cerocos Pretty dan dengan centilnya dia memilin~milin ujung lengan baju Dylan. Dylan berusaha melepas genggaman tangan Pretty dari bajunya. "Ah, biasa aja Pretty," katanya canggung. "Dylan merendah, ah. Jarang-jarang lho siswa SMA kek gitu. Apalagi jenis kek Libby, cih..pasti bisanya ngabisin duit ortu aja," cibir Pretty. Dylan tersenyum geli mendengar nama sohibnya disebut. Libby memang gadis kaya yang manja tapi dia baik, setidaknya pada Dylan. "Dylan kerja apa sih?" tanya Pretty sok polos. "Macam~macam. Serabutan," jawab Dylan enggan. "Termasuk jadi kurir? Bisnis apa?" tanya Pretty penasaran. Belum sempat Dylan menjawab, muncullah Libby. "Dylan, kamu dipanggil Bu Ika tuh. Di ruang BP," kata Libby lembut. "Hah? Kenapa By?" Libby mengangkat bahunya pura~pura tak mengerti. "Oke, aku kesana dulu." Sepeninggal Dylan, suasana pertempuran mulai terasa diantara Libby dan Pretty. Petir seakan menyambar keluar dari mata mereka berdua. "Kauuuu!!!" bentak Libby sambil menuding Pretty. "Ayo kita bertarung!" tantang Libby gagah berani. Pretty menatap Libby dengan pandangan melecehkan. Lalu ia melengos sambil berkata dengan gaya menyebalkan, “malessss kelesss ...." Pretty melenggang kangkung dengan gaya gemulai khasnya. Mana mau Libby melepas mangsanya? Ia menerjang Pretty, kakinya diarahkan untuk menjegal kaki Pretty. Namun dengan santai tapi cepat, tiba-tiba Pretty berbelok arah. Tendangan kaki Libby mengenai tempat kosong, Libby hampir saja tersungkur jatuh karena kehilangan keseimbangan. Buru~buru ia menarik lengan Pretty, hingga cowok gemulai itu terjatuh menimpa Libby. Cup. Bibir mereka bertemu tanpa sengaja. Seakan ada aliran listrik yang menjalari bibir mereka berdua. Mereka terpaku dan saling menatap dengan perasaan terguncang. Hingga tak ada seseorang pun yang berinisiatif melepas tautan bibir itu. Pemandangan itulah yang disaksikan Dylan. Cowok itu terpana, bibirnya menyeletuk secara spontan, "Libby, Pretty ... kalian?" Libby terkejut mendengar suara Dylan, ia berusaha bangkit dan dahinya langsung membentur dagu Pretty. "Aduww!" Pretty menjerit dengan alaynya. Kampret! Mengapa setiap ada kejadian aneh~aneh antara dia dan si bences ini, Dylan selalu memergoki mereka? pikir Libby kesal. Libby mengutuk kesialannya! "Dylan, apa yang terjadi gak sesuai yang kamu pikirin. Kami ... kami ...." Libby berusaha menerangkan, sedangkan Pretty bersikap acuh tak acuh. Libby memaki~maki bences itu dalam hatinya. "Aku gak mikir apa~apa," sergah Dylan sambil tersenyum kikuk. Ia mengambil hapenya yang ternyata tertinggal. Entah mengapa menyaksikan pemandangan tadi membuat Dylan merasa resah. "Aku tinggal dulu," pamit Dylan lagi. 'Dylan, ikut!" Libby memeluk lengan Dylan.. Dylan balas mengacak poni gadis itu. Pretty menyaksikan semua itu dengan kening berkerut. Diakah Tuan Dragon? Tak sesuai gambarannya, tapi menurut kabar pria itu licin bagai belut, kan? *** Suasana di tempat klubing itu semakin malam terasa semakin semarak. Hentakan musik dengan irama disko tema oldies membuat pengunjung bergoyang penuh semangat. Suasana terasa sangat panas dan b*******h. Diantara pengunjung yang bergoyang itu terlihat seorang gadis yang bergoyang dengan s*****l, dia meliuk~liukkan tubuh sintalnya seirama dengan musik yang berkumandang. Gadis itu adalah Libby. Tanpa mempedulikan tatapan lapar para pria yang melihatnya dia terus bergoyang hingga peluh membasahi tubuhnya. Keringat itu menyebabkan kulitnya terlihat mengkilat dan membuatnya semakin eksotis. "Libby, mereka pada ngeces tuh liat elo," bisik Decky, si tomboy sobat karibnya. "B aja!" teriak Libby keras untuk menyaingi musik yang menghentak. Decky menyengir kuda, dia tahu tabiat sohibnya yang cuek abis. "Panas!" Libby mengipas~ngipas wajahnya. "Gue ke toilet dulu ya!" teriak gadis itu kemudian. Decky mengacungkan jempolnya, gadis tomboy itu terus bergoyang dengan heboh di lantai disko. Libby berjalan agak terhuyung ke arah toilet. Sialan! Sepertinya malam ini dia terlalu banyak minum vodka. Kepalanya agak pening hingga Libby tak sadar telah salah memasuki restroom khusus pria. Ia buang air kecil di salah satu toilet. Beberapa saat kemudian Libby mendengar suara dua pria berbisik. Mengapa ada cowok di toilet cewek? pikir Libby yang tak menyadari kesalahannya. Dia berniat menegur cowok-cowok kurang ajar itu. Libby keluar dari toiletnya. Baru saja dia hendak melangkah, ada tangan yang membekap mulutnya dan menyeretnya masuk kembali ke toilet. Libby berusaha memberontak, namun orang berpakaian serba hitam itu mendekapnya erat dan menutup bibirnya rapat hingga ia tak berkutik. Libby tak bisa melihat wajah orang itu dengan jelas, yang ia tahu orang itu memakai topi hitam yang ditutupi dengan tudung hitam lebar yang menutupi mukanya. Meski demikian Libby yakin yang mendekapnya adalah pria. "Jadi ini yang kau janjikan padaku, apa kualitas super?" tanya seorang diluar sana. "Ini yang terbaik. Didatangkan langsung dari Kuba," jawab yang lain. "Pantas harganya selangit." "Hei Bung! Ada harga ada rupa." "Oke, ini uangnya. Mana barangnya?" Cowok yang membekap Libby asik memperhatikan ucapan dua pria didepan toilet itu, hingga tak sadar telah melonggarkan pertahanannya. Libby yang melihat kesempatan itu langsung menggigit tangan yang membekap mulutnya. Libby segera membuka pintu toilet untuk melarikan diri. Blak!! Dua pria yang bertransaksi n*****a itu menatap Libby terkejut. Yang satu pria berusia sekitar tiga puluh tahun yang sekujur tubuhnya banyak dihiasi tindikan. Sedang yang lain mungkin masih pelajar atau mahasiswa, penampilannya terlihat masih muda. Libby perlahan menyadari bahaya yang mengancamnya. Si tindik menatapnya tajam, tangannya mengeluarkan pisau tajam dari dalam tas punggungnya. Libby berlari sekencang mungkin meninggalkan restroom, namun pria bertindik itu dengan cepat mengejarnya. Saat Libby melewati kamar yang biasa disewa untuk karaoke, ada tangan yang menariknya ke dalam ruangan itu. "Kau!" desis Libby begitu mengenali pria bertopi dan bertudung hitam itu. Pria itu membekap mulut Libby dan mendorongnya ke sofa. Libby jatuh terlentang di atas sofa. Belum sempat ia beranjak bangun, pria berkostum serba hitam itu telah menindihnya dan mencium paksa bibirnya! Libby terkejut, dia diam terpaku. Entah mengapa ciuman pria itu membuat tubuhnya bergelora. Akal sehatnya menghilang. Libby membalas ciuman pria itu tak kalah panasnya. Sementara itu pintu ruangan karaoke perlahan terbuka. Pria bertindik mengamati keadaan di dalam. Dia melihat seorang pria yang sedang mencumbu wanita yang ditindihnya. Sementara layar televisi di depan pasangan m***m itu menampilkan lirik lagu karaoke yang terabaikan. Pria bertindik itu tersenyum m***m, lalu menutup pintu ruang karaoke. Begitu pintu tertutup, pria yang menindih Libby menghentikan ciumannya. Libby yang terlanjur menikmati kemesraan mereka spontan protes, dia menarik wajah pria itu dan menciumnya paksa! Kini ganti cowok itu membelalakkan mata kaget, dia berusaha memberontak. Didorongnya tubuh Libby, lalu berlari keluar dari ruang karaoke. Libby mendesah kecewa. Astaga, mengapa ciuman cowok itu terasa nikmat? Sepertinya dia sudah mabuk parah! *** Iptu Handoko menerima laporan dari intel andalannya, Rex Dewantoro. "Jadi mereka tahu wajah gadis yang telah memergoki transaksi n*****a mereka?" tanya Iptu Handoko khawatir. "Sialnya begitu," jawab Rex gusar. "Bila demikian keselamatan gadis itu terancam, padahal dia adalah saksi mata kita," Iptu Handoko mengetuk-ngetuk jarinya ke meja. "Rex, kau tahu identitas gadis itu?" Rex berkata dengan wajah flat, "aku tak tahu, tapi Pretty tahu." Iptu Handoko terkekeh geli. "Jadi, mintalah Pretty untuk mengawasi dan melindungi gadis itu." Rex tersenyum kecut. "Pretty pasti melaksanakan dengan hati dongkol, cewek itu amat mengesalkan baginya!" Iptu tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi kesal di wajah dingin Rex Dewantoro. Pemuda ini memang sangat unik. Bersambung
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD