2. Luka Terpendam

1010 Words
"Ummi!" Arsyila tersenyum begitu ia turun dari mobil. Ia merentangkan tangannya saat Naura, Rayyan, dan Zubair berlomba meraih pelukannya terlebih dahulu. Gadis cantik berusia tujuh tahun itulah yang berhasil memeluknya. "Ummi dari mana? Kok subuh-subuh udah keluar rumah?" tanya Rayyan, putra Arsyila yang berusia enam tahun. Jarak kelahirannya dengan sang kakak memang sangat dekat karena saat Naura berusia tujuh bulan, Arsyila mengandung Rayyan. Arsyila menunduk, menatap satu per satu wajah tak berdosa yang mengharapkan jawabannya. "Ummi ada urusan tiba-tiba, Nak," jawab Arsyila. "Terus kenapa mata Ummi bengkak?" cecar Zubair, bocah empat tahun yang paling peka terhadap kondisi sang ibu. Arsyila bungkam. Jika salah menjawab, putra bungsunya akan terus bertanya hingga merasa puas akan jawabannya. "Eh, anak-anak, ayo masuk! Ummi kelihatan capek itu, jadi perlu istirahat!" seru Ratna, sang ibu mertua. Tiga bocah itu menurut. Mereka kembali masuk ke dalam rumah bersama baby sitter mereka, sedangkan Ratna yang masih berdiri di depan pintu segera menghampiri menantu kesayangannya dengan mata berkaca-kaca. "Masuklah, Nak! Mama tahu kamu lelah," ucap Ratna. Arsyila menjawab dengan anggukan kepala. Ia pun rela dituntun sang ibu mertua masuk menuju salah satu kamar tamu di rumah itu. "Maafkan Mama yang gagal menjadi ibu untuk Daniel, Nak!" Tangis Ratna pecah. Ia bisa merasakan pilu di hati Arsyila saat putranya tega mengkhianati kesetiaan menantu yang sudah ia sayangi seperti anaknya sendiri. Mau tak mau Arsyila kembali menangis. Ia tak peduli jika matanya akan semakin bengkak dan mengundang pertanyaan dari anak-anaknya. Yang ia butuhkan saat ini adalah bahu untuk bersandar. "Ini bukan salah Mama, tapi ini adalah pilihan Mas Daniel untuk menjadi pria berengsek! Akhirnya Allah membongkar kebusukan mereka tanpa harus aku bersusah payah mencari tahu sejauh mana perselingkuhan mereka," ucap Arsyila. "Apa? Jadi Daniel sudah lama berselingkuh?" tanya Ratna. Tentu saja wanita itu terkejut, mengingat selama usia pernikahan mereka, Daniel terlihat sangat mencintai Arsyila. "Mas Daniel sudah beberapa kali berselingkuh dengan beberapa wanita sepanjang pernikahan kami, Ma," jawab Arsyila dengan nada lirih. "Tapi hubungannya dengan mereka hanya sebentar dan hanya lewat chatting. Setidaknya itu yang aku tahu. Sayangnya dengan wanita yang ikut tertangkap bersamanya sudah lebih dari setahun." "Anak kurang ajar! Nanti setelah dia keluar dari penjara, Mama akan memarahinya habis-habisan! Tega sekali dia menghancurkan hati kamu, Nak." Ratna memeluk erat Arsyila sambil menangis lagi. "Mama bisa memahami perasaan kamu, Nak. Mama minta maaf atas nama Daniel meskipun Mama tidak yakin kamu akan menerima Daniel lagi sebagai suami kamu." Arsyila hanya mampu menangis tanpa memberikan pernyataan apa pun. Saat ini ia butuh istirahat sebentar sebelum ia ke kantor polisi lagi untuk bertemu dengan suami Fanny, perempuan yang telah tega menghancurkan dua rumah tangga sekaligus. *** Seorang pria berusaha menahan amarahnya saat ia melihat istrinya terus menundukkan kepalanya. Ia kembali berdecih sinis, mengingat istrinya telah tega berselingkuh saat ia tengah berusaha mencari nafkah demi menyenangkan hati wanita yang telah menorehkan luka di hatinya. "Masih belum bicara?" Fanny memberanikan dirinya untuk menatap wajah pria yang sudah menemaninya selama dua tahun pernikahan mereka. Mereka memang menikah di usia muda, saat Fanny baru saja menyelesaikan pendidikan SMA-nya. Sementara pria bernama Bara itu berusia dua tahun di atasnya. Pernikahan mereka memang tidak lagi harmonis sejak sang suami menunjukkan tabiat aslinya sebagai pria tempramental. Tak jarang Fanny harus menerima tindak kekerasan jika ia melakukan kesalahan. Ia pun lelah dan berusaha lari dari rumah suaminya, akan tetapi Bara selalu saja bisa menemukannya dan membawanya kembali ke rumahnya. Rasa sakit akibat tindak kekerasan yang Fanny alami membuat cintanya untuk Bara pudar. Ia justru kini jatuh cinta pada Daniel, pria beristri yang sudah membuatnya merasa dihargai sebagai wanita. Ia tak peduli dengan status Daniel. Asalkan pria itu tetap bersamanya, itu sudah cukup baginya. Terlebih lagi setelah ia resmi bercerai dari Bara, ia akan menikah dengan Daniel. Ia pun kembali merasa tak peduli dengan penolakan Arsyila maupun keluarga besar Daniel padanya. Yang penting baginya adalah Daniel masih bersamanya. "Kak, maafkan aku," cicit Fanny. Bara tertawa sinis. "Maaf? Kau meminta maaf untuk perbuatan menjijikkan yang sudah kau lakukan itu? Kau masih punya muka untuk meminta maaf?" "Kak, aku-" "Kau sudah melemparkan dirimu ke ranjang lain bersama pria lain yang jelas-jelas suami orang! Aku tak menyangka kalau kamu bisa bertindak murahan seperti itu! Setelah ini, apa yang kau dapatkan, hah?" potong Bara. Pria itu menatap Daniel. "Laki-laki ini jelas tidak akan bisa memberimu apa-apa. Dia hanya bisa meminta pada istrinya. Kau pikir uang yang dia pakai untuk jalan-jalan denganmu itu adalah hasil jerih payahnya?" Bara menggeleng. "Yang aku tahu, selama ini istrinya yang menjadi tulang punggung keluarganya." "Aku tahu itu, Kak, tapi aku gak peduli. Suatu saat nanti Mas Daniel akan menjadi pria bertanggung jawab," kata Fanny. "Wah, kau secara terang-terangan membelanya di depanku!" Bara kembali menertawakan pasangan laknat itu. "Dengarkan aku baik-baik, Fanny Anastasya! Mulai hari ini, kau bukan lagi istriku!" Fanny tersentak. Ia tak menyangka bahwa Bara berani menjatuhkan talaknya padanya. Suara langkah kaki terdengar, membuat tiga orang yang berada di ruangan tersebut menoleh kepada sang pemilik. Wanita dengan gamis merah bata dan jilbab hitam itu tampak tersenyum ramah pada Bara. "Maaf membuat Anda menunggu lama," ucap Arsyila. Bara menggeleng. "Saya mengerti. Silakan duduk!" Seorang pria berseragam polisi masuk ke ruangan tersebut, kemudian duduk di satu-satunya kursi yang kosong. "Maafkan saya yang sudah membuat Anda semua menunggu lama," ucap pria yang diperkirakan berusia empat puluh tahun. "Jadi, apakah kalian akan melanjutkan kasus ini ke proses hukum selanjutnya atau ... kalian ingin membebaskan mereka dengan syarat tertentu?" tanyanya pada Arsyila dan Bara. "Saya serahkan urusan ini pada pihak kepolisian!" sahut Bara, lugas. Arsyila kini menghela napas panjang, kemudian memberanikan diri menatap suaminya yang juga menatapnya. Ia bisa mengartikan tatapan itu begitu sarat akan permohonan maaf dan penyesalan. "Demi anak-anak saya, saya meminta suami saya dibebaskan!" kata Arsyila. Daniel terkejut. "Benarkah, Sayang? Kamu kasih aku kesempatan?" tanya Daniel dengan mata berbinar. "Aku hanya sedang menjaga perasaan anak-anak kita, Mas. Aku juga menjaga nama baikmu agar tetap dikenal sebagai ayah yang baik untuk mereka," jawab Arsyila datar. Daniel terhenyak. Tak ada lagi cinta di mata sang istri. Ia sadar jika ini adalah dosa besar dan ia harus kembali berjuang untuk memenangkan hati istrinya lagi.

Great novels start here

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD