Kamelia genit (BRAYEN POV)

755 Words
Setelah selesai membayar tagihan, aku langsung menuju meja tempatku berada dan ingin segera pergi dari tempat terkutuk ini. Bagaimana bisa Kamelia sangat mencintai tempat yang cukup sempit ini? Dengan makanan yang belum tentu tersaji dengan higienitas yang baik. Parahnya gadis itu nampak sangat nikmat kala melahap makanan yang mungkin menjadi favoritnya. Bagaikan disambar petir, aku terkejut mendapati meja yang kosong. Celingak-celinguk di tempat asing mencoba mencari keberadaan Kamelia yang menghilang begitu saja. Namun berikutnya mataku menangkap sosok yang kucari, benar-benar genit gadis itu. Dengan senang hatinya memeluk seorang cowok, siapa cowok berambut gondrong itu? Anehnya mereka sangat akrab sekali bahkan saling berpegangan tangan. Apa-apaan ini! Apa Kamelia tak sadar dengan statusnya sekarang yang menjadi nyonya? Dengan penuh kekesalan ahkirnya kupilih menyusul Kamelia yang berjalan lebih dulu ke arah mobil. Ya, tanpa memperhatikannya aku langsung memerintahkan Kamelia untuk masuk kedalam mobil. Curiga, gadis itu bersikap tak sewajarnya seperti ada yang di sembunyikan. Aku benar-benar penasaran, sebagai seorang suami tentu aku berhak tahu. "Ada apa?" Kataku membuka suara, kulirik Kamelia sekilas ia nampak begitu gelisah. "Tidak." Gelengan kepala yang kuat, membuatku semakin yakin bahwa Kamelia menyembunyikan sesuatu tentang cowok gondrong itu. Hanya saja aku enggan menanyakannya, biar Kamelia yang menjelaskan atau mungkin akan menjadi kebohongannya. "Kita akan kemana Mr.?" "Bukan urusanmu." "Baiklah." Lirihnya. Yang membuatku merasa bersalah. Ah, persetan! Gadis itu benar-benar membuatku selalu merasa bersalah dan ingin selalu membuatnya merasa istimewa berada denganku, bukan dengan cowok lain ataupun cowok gondrong lainnya. "Siapa dia?" Kataku mengintimidasi, dingin dan datar sudah tak tahan menyembunyikan semuanya Kamelia menoleh ke arahku. "Di..di dia siapa Mr.?" Tanyanya gugup. Cih, dasar gadis lugu aku benar-benar gemas melihatnya "Bukan siapa-siapa." Putusku dan memilih fokus mengemudi. Keadaan lapar benar-benar membuat emosi tak terkendali. Yang bisa kupastikan membuat Kamelia merasa tak nyaman di tempatnya terbukti gadis itu menjadi canggung dan kaku. Biarlah, aku tidak peduli dengannya, lambungku sudah sangat perih dan aku meninggalkannya begitu saja. Lalu memilih masuk kedalam restoran yang menjadi tempat favoritku. Sialnya kepalaku justru menoleh kebelakang, mendapati Kamelia yang keluar dari dalam mobil dan berjalan menyusul ku. Anehnya aku justru merasa senang mendapati Kamelia yang kemungkinan akan membuatku malu karena lagi-lagi melihat bangunan dengan arsitektur yang ciamik. "Mr." Panggilnya "Hmm." Gumamku malas, "Apa Mr. Marah denganku?" Tanyanya, sudah seperti anak kecil yang takut dimarahi oleh ayahnya "Sudahlah, aku tidak ingin membahas apapun. Sekarang aku ingin makan. Apa kau ingin ikut denganku?" Gadis itu mengangguk dengan keluguannya, entahlah mengapa hatiku justru berdesir hangat?. "Makanan apa yang ingin kau pesan?" Kamelia nampak membolak-balik buku menu, dari raut wajahnya ia nampak kebingungan melihat berbagai jenis makanan yang mungkin asing baginya. "Aku masih kenyang." Aku mengangguk. "Baiklah, lalu apa yang ingin kau minum?" Tawar ku "Yang ada saja." Jawabnya, aku mengangguk lalu memberitahukan pesanan kami kepada pramusaji. Mataku kembali beralih kearah Kamelia yang mengedarkan pandangan keseluruh ruangan. Helaan napas maklum keluar dari mulutku. Kamelia memang tak terbiasa dengan Tempat seperti ini, membuatku sedikit malu. "Kamelia." Panggilku Gadis itu buru-buru menoleh ke arahku. "Ya, ada apa Mr.?" "Jangan seperti itu. Kau akan di tertawakan nanti." "Oh, emm maaf Mr. Aku tidak terbiasa melihat tempat secantik ini." "Mulai sekarang, aku akan membuatmu terbiasa." "Baik Mr." Senyumku mengembang, melihatnya yang begitu penurut membuatku bangga dan senang sekaligus. Tetapi anehnya justru gadis itu gugup ditempatnya kala aku menghadiahkan senyuman untuknya. Ada apa sebenarnya dengan Kamelia? Apa senyumku begitu menakutkan untuknya? ___________________________________________________________ "Setelah ini, aku akan mengantarkanmu pulang." "Baik Mr." "Jangan keluar kemana-mana. Jika ada perlu panggilah dayang-dayang. Oke?" Kamelia mengangguk, lalu tersenyum tipis. Jujur, responnya membuatku tak begitu puas. Dari pergerakannya saja Kamelia menunjukan sikap kurang apresiatif pada apa yang kukatakan. Gadis itu nampak tak bersemangat seperti biasanya. Padahal seharusnya Kamelia sangat antusias menempati rumah mewah yang kuhadiahkan untuknya serta dayang-dayang yang siap melayani Kamelia bahkan semua permintaan gadis itu langsung terkabulkan. "Ada apa denganmu?" Tanyaku yang benar-benar penasaran "Tidak Mr. Aku hanya mengantuk saja." "Tidurlah jika kau mengantuk." "Baik Mr." Jawabnya tanpa melihat kearah ku. Dalam perjalanan hanya keheningan yang ada. Berbagai spekulasi bermunculan, harusnya aku yang bersikap acuh pada gadis itu karena telah mendekati cowok gondrong namun mengapa justru Kamelia yang terkesan ogah berbicara denganku? "Mr. Apa aku boleh membeli sesuatu?" Kamelia membuka suaranya "Katakan apa itu?" "Aku ingin membeli sepeda motor Mr." Dahiku mengenryit. "Untuk apa?" Sambil sesekali menoleh kearahnya "Mengunjungi ayah dan ibu." "Tidak perlu!" Tegasku, kalimat itu membuatku benar-benar tak suka. Bagaimana bisa gadis yang sudah ku beli ingin kembali dengan orang tuanya "Kenapa?" Tanyanya "Sudah kukatakan, jangan pernah pergi kemana-mana Kamelia!" "Ta.. tapi aku merindu.." "Sudah cukup!" Hardikku membuat kameliat terkejut dan memejamkan mata. Persetan dengan perasaanya, Kamelia sudah menjadi hak miliku aku berhak atas hidupnya. Dan tak sedikitpun memberikan celah bagi gadis lugu itu untuk keluar dari istanaku.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD