Pertemuan Kembali

2043 Words
Ruang rapat saat ini sangat mencekam, belum pukul sembilan tapi mereka semua sudah ada didalam ruangan. Direktur yang mengepalai operasinal dan tiga orang kadivnya sidah ada disini. Mereka hanya saling tatap entah apa yang akan dibicarakan oleh Dirut mereka tanpa adanya Kepala divisi SDM dan Humas. Terlihat Anne dan Violet memasuki ruangan itu mereka hanya diam. Anne duduk dan didampingi oleh Violet yang akan menjadi notulen rapat mereka saat ini. Setelah ruangan tertutup mereka memulainya. "Yang ingin Saya sampaikan pada hari ini adalah yang berhubungan dengan management pengolahan Sumber Daya Manusia yang kita miliki. Sebelum Saya tiba disini, Saya sudah menyelidiki beberapa kasus terkait pegawai-pegawai yang bakal bekerjasama dengan Saya." Pembukaan yang diberikan Anne ini sebenarnya membuat bulu kuduk Violet merinding, entah kenapa wanita ini sangat dingin sekali dan auranya benar-benar menyeramkan. Sudah lama setelah Pak Agata, mereka tak pernah mendapat pemimpin yang seperti ini lagi. Mungkin sudah tiga tahun yang lalu. Kali ini mereka kembali mendapatkan seorang pimpinan dengan suasana horor dan bedanya adalah dia seorang wanita. "Saya ingin bertanya pada kalian dan dengan jawaban yang benar jujur dari dalam hati kalian. Apakah saat ini pengolahan managemen kepegawaian kita menurut kalian ada ketidakadilan?" Pertanyaan ini membuat yang hadir saling pandang. "Silahkan sampaikan pada Saya sekarang," ucap Anne lagi sambil menatap bergantian peserta rapat yang ada disini. Tatapannya ini sangat sulit diartikan. "Katakan saja. Bagaimana Pak Handoko?" Tanyanya pada Direktur operasional ini. Ada ragu disana. "Managemen SDM memang belum sebaik seperti yang ada pada aturan-aturan perusahaan, semuanya dikarenakan beberapa hal yang berkaitan erat dengan orang-orang yang mendapatkan hukuman disiplin," jawab pria itu dengan sedikit gugup. "Misalnya?" "Ada yang terkena hukuman disiplin, tapi putusan untuk itu terlalu lama sehingga selagi menunggu hukuman itu pegawai tersebut masih menerima upah sesuai dengan gaji yang seharusnya. Jika putusan keluar biasanya pegawai yang terkena hukuman tersebut hanya ditarik ke kantor tak melakukan tugas apapun tapi gaji masih berjalan normal." Pria itu menjelaskan maksudnya. "Lalu? Kenapa hal ini bisa terjadi? Rata-rata orang yang terkena hukuman disiplin itu mendekati yang memiliki kuasa untuk memperkecil hukumannya?" Pertanyaan ini membuat Direktur operasional ragu untuk menjawabnya, karena yang dimaksud oleh Anne jelas sekali adalah untuk menyingkirkan Kepala Divisi SDM dan Humas yang merupakan salah satu anggota keluarganya, yakni paman dari Anne. "Oke aku mengerti. Bagaimana yang lain?" Bla ... Bla ... Bla ... Rapat ini benar membuat yang hadir merasa serba salah untuk bicara karena ini berkaitan dengam keluarga yang memiliki kuasa diperusahaan ini. Anne dia berbeda, dia ingin membumihanguskan semua yang bisa merugikan perusahaan, karena jelas dia harus membawa perusahaan ini lebih maju. Ini langkah awal baginya untuk mendapatkan yang lebih besar. Dia memang anak bungsu dari Antonio tapi dia lebih ambisius dari keluarganya yang lain. Rapat selesai dalam satu jam pertemuan saja. Semua sudah keluar dari ruang rapat kecuali Violet dan Anne. "Voldie, nanti salinan yang kau buat berikan padaku. Jangan sampai diketahui orang lain." Anne mempercayai Violet sepenuhnya karena sebelum masuk disini dia memang sudah menyelidiki para pegawai yang akan bekerjasama dengannya, Violet sepertinya cocok dengannya. "Baik Bu," jawabnya. "Dan tentang NGE, ada yang ingin Saya tanyakan lagi," ucap Anne. "Tentang apa Bu?" Karena Violet merasa laporan yang dia sampaikan sudah cukup detail, termasuk track record kerjasamanya. "Tentang CEO nya," ucapnya sambil tersenyum penuh arti. DEG! Tiba-tiba rasa lain menjalar dihati Violet. Maksudnya tentang Nevan. "CEO nya, maksud Ibu tentang Pak Nevan?" Violet berusaha untuk menyembunyikan kegugupannya. "Ya, apa kau bisa menyelidiki pribadinya?" Anne bertanya dengan tatapan semangat dan berbunga. Jelas Violet bisa melihatnya karena dia pernah merasakan yang namanya cinta. Mungkinkah? Ah ... tidak Violet berusaha menyingkirkan pikiran-pikiran gilanya. "Voldie!" Anne menyadarkan Violet yang terdiam cukup lama yang sepertinya berpikir tentang sesuatu. "Ah ... iya maaf Bu, apa maksudnya saya harus mencari tahu tentang kehidupannya?" Violet berharap kalau ini tidak benar. "Sudahlah. Aku rasa ini tidaklah perlu." Anne tersenyum lalu melangkah keluar. Dalam hati Violet merasa penasaran ada apa sebenarnya. Mungkinlah mantan suaminya itu memiliki hubungan dengan bosnya? 'Gak ... gak mungkin ... gak mungkin." Berkali-kali Violet meyakinkan bahwa Nevan tak pernah berhububgan dengan wanita yang berkepribadian seperti bosnya. 'Tapi bisa jadi ... bukankah mereka sudah lama sekali tidak bertemu sejak perceraian. Lagipula tak mungkin dia tidak pernah berhubungan dengan wanita manapun.' Entahlah tapi saat nama Nevan disebut rasa yang bergemuruh dalam hatinya kembali menyala. Entah sebenarnya apa yang dirasakan oleh Violet. Jelas sudah lama sekali dia tidak mendengar dan tak mau tahu hal yang berhubungan dengan mantan suaminya itu. *** "Voldie, nanti cari tempat yang bagus untuk makan siang sambil ngobrol santai dengan calon kolega kita." Perintah Anna sesaat setelah Violet menyerahkan hasil rapat padanya. "Baik Bu, mau di restoran apa?" tanyanya. "Bagaimana dengan seafood saja?" ucap Anna. "Baik Bu, saya akan pesankan tempatnya. Jika saya boleh tau dengan siapa Ibu akan pergi? Nanti bisa Saya cari tahu dengan beberapa orang apa makanan yang dia sukai." Violet menawarkan bantuannya lagi. "Aku tahu dia menyukai seafood. Lobster makanan kesukaanya tapi aku tak tahu lobster itu dibuat menu apa agar dia lebih menyukainya." Anne terlihat berpikir. DEG! Lagi ... 'Ini makanan kesukaan Nevan. Apa artinya mereka memiliki hubungan yang lain?' Lagi-lagi Violet membatin. "Voldie!" Anne menyadarkan Violet yang tampak bengong. "Kau kenapa?" tanyanya. "Ah .. tidak Bu ... bagaimana kalau Lobster bakar dengan saus tomat. Marine Restaurant salah satu tempat yang menyajikan Lobster yang enak." ucap Violet, karena memang Nevan senang makan disana tempatnya bukan restaurant mewah, tapi lumayanlah untuk suasananya. "Dimana itu? Coba aku cari tahu dulu." Anne langsung mencarinya di smart phone tapi sepertinya bukan selera Anne makan direstoran seperti itu. Dia menginginkan restaurant mewah yang menyajikan makanan terbaik. Dia ragu kalau tempat seperti ini bisa menyajikan makanan yang nikmat. "Oh God Voldie! C'mon ... apa kau mau mempermalukan aku mengajak calon rekanan kita untuk makan ditempat ini? Carikan saja Restauran seafood terbaik dikota ini." Perintah Anne. Memang sih, restaurant itu bukan restaurant mewah, tapi rasanya tidak kalah dari restoran mewah. Pemandangan tepi lautnya membuat kita merasa lebih nyaman untuk makan disana. "Uhm ... tapi disini makanan seafoodnya enak Bu. Chefnya sudah sangat terkenal," tambah Violet lagi. "Oke baiklah tapi jika sampai nanti ternyata yang kau rekomendasikan ini tidak sesuai ekspektasi awas saja," anca. Anne. "Ba ... baik Bu." Violet berkata dengan sedikit terbata. "Nanti kau hubungi ini. Dia adalah sekretaris dari NGE, katakan dimana tempat itu, nanti kau ikut saja sekalian kau cetak yang Saya Email barusan!" perintah Anne. "Baik, Bu." Violet keluar dari ruang itu merasa sangat menyesal. Dipikirannya jelas terbayang bahwa Itu adalah Nevan, dan jika dia sampai harus ikut artinya dia harus bertemu dengan Nevan! Tidak mungkin. Ini tidak mungkin terjadi. Violet terlihat panik sendiri. Dia berusaha untuk tetap tenang, menarik nafas dengan perlahan lalu menghembuskannya. Beberapa kali dicoba akhirnya dia bisa kembali tenang. 'Baiklah aku akan menelpon restauran dulu memesan tempat lalu menghubungi si Mario ini.' ucap Violet. Dia melakukan tugasnya dengan cepat dan terlihat sangat cekatan sekali. Setelah proses telpon dan lainnya selesai dia mencetak proposal kerjasama itu. Dia sudah menyiapkan semuanya, tinggal pergi saja kerestauran. Dia takut bahwa nanti akan benar-benar bertemu dengan Nevan apa yang akan dilakukannya. "Voldie, ayo kita berangkat." Anne sudah menenteng tasnya dan siap berangkat. Violet juga sudah menyiapkan semuanya. "Kau bisa menyetir?" Anne bertanya pada Violet sambil berjalan menuju lift. "Ya, Bu." jawabnya sambil melihat kesekitar, karena beberapa orang sedang berbisik mengenai bos baru dan tentu saja dirinya. "Kau saja yang bawa kendaraan. Aku tak suka kita membawa driver." perkataan ini sudah seperti perintah bagi Violet. Dia akan melakukan semuanya dengan semaksimal mungkin. "Baik Bu Anne." Dia lalu mengambil kunci mobil dari tangan Anne. Bosnya ini tak suka orang lain menyentuh barangnya, dia akan memarkirkankendaraannya sendiri dan menyimpan kuncinya tanpa menyerahkan dengan orang lain. Anne menunggu di lobby sementara Violet mengambil mobilnya. Sepanjang perjalanan menuju restaurant itu, mereka tak banyak bicara, Anne yang duduk dibangku belakang meminta agar Violet menyalakan musik instrumentnya, sedang Violet dia sibuk memikirkan kata pertama jika memang benar bertemu dengan Nevan. *** Mobil terparkir rapi, Anne sudah turun duluan, Violet berjalan tergesa menuju kedalam, dari jauh matanya dsuah menangkap ssook yang sangat dia kenal. Dia memang tak banyak berubah. Dia makin tampan saja. Badannya jauh lebih berisi dibanding dulu, terlihat jauh lebih dewasa. Jika melihat Nevan dan Anne sepertinya mereka berdua sangat serasi. Memikirkan hal ini ada sedikit rasa tersentil dihatinya. Sakit tapi tak berdarah! Dia berusaha menyetabilkan langkahnya karena dia membawa berkas dan barang-barang milik Anne. Dia melihat disebelahnya juga masih berdiri seorang laki-laki yang tak kalah tampan dari Nevan. Mungkin ini yang namanya Mario, batin Violet. Violet berjalan makin lambat, ada keraguan untuk melanjutkannya. God, dia benar-benar bingung apa yang harus dia katakan pada Nevan saat bertemu. Nevan benar banyak berubah, berubah jauh lebih baik, sedangkan dirinya hanya seperti ini saja. Bahkan untuk perawatan kesalon dia harus berpikir panjang karena lebih baik dia menggunakan uangnya untuk biaya sekolah Alby dan les melukis. "Voldie, kemarilah!" Panggil Anne, Nevan tak melihatnya, dia masih berdiskusi dengan Mario. Langkahnya makin dekat dengan Nevan, jantungnya makin berdebar kencang bahkan kakinya terasa lemas. "Okay, thanks Voldie. Oh iya Nevan, ini sekretaris pribadiku, Voldie dia yang akan mengurus segala sesuatu tentang kerjasama kita." Anne menyela Nevan yang daritadi sibuk dengan Sekretarisnya, bahkan dia terkesan tak menghiraukan kehadirannya. Nevan langsung melihat kearah Anne lalu beralih ke arah seseorang yang bernama Voldie. Dia terdiam begitupun Violet. Dia hanya menunduk tak mampu menatap mantan suaminya ini. "Voldie?" ucap Nevan menatap Violet dengan tanya. "Ah iya ... namanya sebenarnya Violet, tapi dikantor dia dikenal dengan Voldie." Anne menjelaskan, sedang Nevan menelan air ludah untuk membasahi kerongkongannya yang terasa sangat kering. Violet menanggukan kepalanya, "Saya Violet, tuan bisa panggil saya Voldie saja." Kata-kata itu akhirnya keluar dari mulut Violet. "Oh ... baiklah," jawab Nevan. Jangan tanyakan tentang rasa saat ini pada Nevan, karena saat ini diapun tak tahu dengan apa yang dia rasakan untuk mantan istrinya, tapi jelas dimatanya sangat merindukan wanita yang bernama Violet itu. "Aku memesankan lobster bakar untukmu. Sepertinya kau sangat menyukainya, kan?" ucapan Anne ini tak terlalu dihiraukan oleh Nevan, dia hanya melirik ke arah Violet saat Anne menyebutkan lobster bakar. Violet hanya menyerahkan berkas-berkas itu, setelahnya dia dan Mario duduk dimeja terpisah. Melihat mantan yang sudah susah payah dilupakan, Violet benar-benar membuatnya merasa sangat sia-sia melakukan segala hal itu. "Nona Voldie, apa anda sakit?" tanya Mario padanya, karena jelas sekali saat ini Violet terlihat seperti sedang banyak pikiran, dia juga sesekali melihat kemeja tempat bosnya menikmati makan siang. Sama halnya dengan Nevan kali ini dia benar tak bisa berkonsentrasi, melihat mantan istrinya yang sudah sebelas tahun tak bertemu membuat perasaanya kacau saat ini. Nevan menangkap bayangan Violet yang pergi kearah restroom restaurant, dengan cepat dia pun bangkit dari tempat duduknya. "Aku kebelakang dulu," ujarnya pada Anne yang masih menikmati makan siangnya. "Silahkan," jawab Anne sekenanya. *** Violet keluar dari sana, Nevan sudah menunggunya di depan pintu keluar. "Vio, jelaskan padaku," ucap Nevan dingin, sama seperti saat pertama kali dia mengucapkan kata pisah padanya. Violet diam, dia tak tahu harus mengatakan apa. "Jika aku bisa memilih, aku tak ingin bertemu lagi denganmu." Violet berkata sesungguhnya nada suaranya bergetar. "Tunggu Vio!" Nevan menghalangi Violet yang akan meninggalkannya. "Kupikir, kita hanya sebatas urusan kerja saja Van," ucap Violet terdengar sangat sinis dan membuat Nevan terdiam. *** "Jamuan makannya cukup baik, lain kali aku yang akan memilihkan tempat untukmu," ucap Nevan pada Anne saat mereka diluar. Violet hanya melihatnya sekilas, "Dan Anne, kupikir sekretarismu ini sangat luar biasa mengetahui selera orang lain. Lobster bakar di tempat ini memang yang terbaik." Nevan berkata lagi dengan penuh penekanan sambil melihat ke arah Violet. "Aku duluan," ucap Nevan lagi pada Anne dan menyuruh Mario mengambil kendaraannya. "Nevan, aku akan sangat penasaran dengan sikap angkuhmu itu." Anne membisikkan sesuatu ditelinga Nevan membuat Violet melihat pemandangan di depan matanya itu ingin melempar sepatunya pada Nevan. 'Dasar playboy tak pernah berubah,' rutuknya dalam hati. "Bu, Anne, saya mengambil mobil dulu." ucap Violet. "Okay Voldie. Aku masih ada sedikit yang perlu kukatakan pada Pak Nevan." Dia berkata penuh arti. "Baik Bu, Pak Nevan Saya permisi dulu." pamitnya pada Nevan, sedang Nevan hanya menatapnya dengan dingin. "Ah, aku antar saja kalian ke parkiran." Nevan sengaja melakukannya dia sangat ingin tahu apa yang sebenarnya dirasakan oleh Violet. "Ayo!" Nevan kemudian melingkarkan tangannya dipinggang Anne, Violet melihatnya dengan pandangan jijik. Violet berjalan mendahului mereka, tanpa sadar Nevan tersenyum penuh kemenangan. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD