3. Sang Pangeran Kedua

1053 Words
Zuna menatap sebuah taman besar yang ditengahnya, ada pantung pancuran yang indah. Zuna tertarik untuk mendekat kepada pancuran tersebut. Disekelilingnya, Zuna bisa melihat bunga lily dan beberapa jenis bunga lainnya bermekaran indah disana. Zuna tersenyum, dia masih merasa tidak percaya bisa melihat ini semua. Kaki jenjangnya, dengan langkah lebar berlari kecil disekitaran pancuran. Tidak ada yang melihat tindakannya, karena taman ini memang ada dibelakang kamar, Zuna. Seperti inikah kerajaan? Wah, Zuna sampai merasa ini hanyalah khayalan yang akan membawanya kesurga. "Nona." Seseorang menghentikan langkahnya. Zuna menoleh, lalu tersenyum pada wanita paruh baya yang menjadi pelayan pribadinya. Wanita paruh baya itu bernama Elle, wajahnya tampak hampir keriput karena usianya memang sudah tidak lagi muda. "Ada apa?" Zuna bertanya sopan, Elle tersenyum mendengarnya. Entah karena Zuna tau diri, atau memang dia aslinya bersikap seperti itu. "Ini jadwal untuk hari ini, nona dipersilahkan mengisi semua jadwal dan latihan ini." Zuna mengambil seecarik kertas portofolio yang menurutnya panjang dan lebar. Zuna mengamati setiap jadwal dan tulisan pukul berapa dia harus tiba. Zuna menelisik lebih jauh lagi, Merasa hal ini tidak berujung. Zuna menyerah, "Astaga! Kenapa jadwalnya banyak sekali?" Pekiknya. Dia baru tau kalau semua ini harus dilakukan dalam 12 jam kedepan. Bagaimana hidupnya akan sesibuk ini. "Nona, bertahanlah. Ini belum seberapa, Nona pasti bisa." Zuna menatap Elle dengan sayang. Lalu memeluknya erat, "Terimakasih mama Elle." Ucapnya. Mendengar sebutan Zuna untuknya, Elle tersenyum senang. Baru kali ini ada nona yang berbaik hati padanya. "Baik, sekarang bantu aku persiapkan segalanya, Mama Elle." Elle mengangguk ketika Zuna melepaskan pelukannya dan langsung masuk kembali kedalam kamar. Hah... benar-benar kehidupan yang sibuk tengah menunggunya untuk dikerjakan. Zuna berjalan dengan anggun melewati lorong. Zuna sebenarnya tidak suka kalau cara berjalan pun harus sesuai dengan standar putri kerajaan, tapi mau bagaimana lagi, Dia sebentar lagi akan menjabat menjadi permaisuri pangeran kedua. Zuna melewati lorong yang pernah ia lewati sebelumnya. Lorong yang sanggup membawanya kembali ke masa lalu, dengan ukiran-ukiran klasik memenuhi dinding. Sulur dan bunga lily, menjadi poin utaman interior dari pembangunan koridor ini. Setelah sampai didepan pintu kayu jati yang berwarna cokelat gelap. Zuna menarik nafas dalam sebelum menghembuskannya dengan pelan. Menatap kesekelilingnya. Ceklek! Pintu terbuka lebar, Zuna melangkah kakinya dengan anggun. Dalam hati, wanita itu sangat cemas. Dia takut pangeran kedua mungkin tidak akan menyukai selera pakaiannya yang terkesan sederhana. Sebelum kesini tadi, Mama Elle sudah memperingatinya memilih gaun mewah. Karena ada pertemuan antar perdana mentri dan pejabat lainnya, mengenai pengenalan Zuna sebagai calon istri, Pangeran kedua. Namun, Zuna sepertinya tak menurut malah mengambil gaun lain yang tampak sederhana. Sebuah gaun berwarna cream dengan ukiran sulur dari d**a sampai leher.  "Selamat pagi, Pangeran kedua." Zuna membukuk hormat. Ingat, dia hanya sebagai teman atau partner pangeran kedua. Pangeran kedua berdiri didepan jendela. Dengan tangan dibawa kebelakang lalu terdengar helaan nafas setelahnya. "Bagaimana pagimu?" Jake bertanya, dia masih ingin berbasa-basi dulu membentuk sebuah chemistry yang akan meyakinkan, seluruh pejabat mengenai pernikahannya. "B-baik, Pangeran kedua." Jawab Zuna dengan hormat dan menjujung tinggi dirinya. Jake berdecak, dia tidak boleh membiarkan Zuna tampak gemetar ketika ia bertanya, "Ulangi sekali lagi, aku tidak mau kamu terdengar seperti sebuah korban, yang kupaksa menjawab pertanyaan ku." Ucap Jake dingin. Jantung Zuna berdebar kencang, astaga kenapa hal ini bisa terjadi padanya. Ditatapnya lekat pria yang enggan berbalik menoleh padanya. "M-maafkan saya, pangeran kedua." "Shh.." Zuna langsung bungkam, ketika pangeran kedua mencoba berbalik menatapnya. Saat itu, waktu seakan berhenti berputar. Zuna menatap mata hazel milik pangeran kedua. Rambut yang begitu rapi berwarna cokelat keemasan, serta wajah yang tegas dengan kulit putih kemerahan.  Oh astaga! Zuna tidak salah lihat kan? Kenapa pangeran kedua terlihat begitu tampan dan berwibawa. "Panggil saja aku, Jake." Zuna merasakan, Jantungnya berdetak dua kali lebih kencang dari sebelumnya. ### Keadaan Aula kerajaan yang begitu luas dan megah. Diisi oleh para pejabat dan mentri. Kebetulan, perdana mentri sudah tiba terlebih dulu. Kali ini, mereka hanya perlu menanti kedatangan pangeran kedua. Membahas ulang mengenai pergantian tahta, yang kemungkinan dimenangkan oleh pangeran Aldrik, selaku pangeran pertama. Walaupun pangeran Aldrik adalah putra sulung yang lajir dari rahim seorang selir, tetap saja pangeran Jake harus bisa mengalahkan pangeran Aldrik mengenai rencana terakhir. Pangeran Jake, belum menemukan calon pengantin. Sementara pangeran Aldrik sudah menikah beberapa bulan yang lalu. Para mentri beranggapan, Kali ini tahta akan direbut oleh pangeran Aldrik. Ada sebagian mentri yang menolak hal tersebut, namun sebagian lainnya menyetujui. Mengingat kondisi yang mulia raja semakin melemah. Negeri ini butuh pemimpin dengan segera, apalagi ekonomi negri sedang ada masalah. Tak lama, Pintu aula dibuka dengan lebar. Menampilkan sosok pangeran kedua, yang saat ini tengah menggandeng seorang wanita cantik, dengan tinggi sedada Pangeran kedua. Jake tersenyum memasuki Aula, dilihatnya barisan para mentri yang seakan terkejut melihatnya. Kini matanya tertuju menatap Aldrik, sang kakak yang lebih terkejut lagi daripada yang lain. "Selamat datang, pangeran kedua." Aldrik menyapa dengan sebuah senyuman palsu seperti biasanya. Jake membalas dengan senyum tipis, mengajak Zuna untuk duduk tenang disampingnya. "Hei, siapa wanita yang ada disampingmu?" Aldrik bertanya ketika pandangannya jatuh pada perempuan cantik dengan gaun sederhana berwarna cream. "Nanti, kau akan tau kak." Jawab Jake sopan. Zuna memainkan jarinya karena gugup. Banyak pasang mata yang menatap kearahnya. Seakan, Zuna adalah mangsa yang mungkin bisa berubah menjadi musuh. Zuna tidak tau, kalau para orang disini adalah orang terkemuka yang Zuna pernah lihat wajahnya di televisi. Perdana mentri memulai agenda pada pagi hari yang cerah ini. Tanpa mau membuang waktu, Jake menggenggam tangan Zuna. Membuat perempuan itu terkejut bukan main. Ketika Jake membawa Zuna berdiri didepan banyak pasang mata yang menatap, seolah ingin menelanjangi mereka. Zuna balas menggenggam tangan Jake dengan erat. Jake tersenyum, "Selamat pagi semuanya, Maaf karena saya. Para tetua disini harus datang pagi-pagi menuju Aula."  Perdana mentri mengangguk lalu tersenyum, "Sudah sepatutnya pangeran, karena ini tugas kami. Jadi silahkan jelaskan, mengapa anda membawa seorang wanita cantik kesini." Ucapan perdana mentri membuat Jake tersenyum penuh arti. "Baik, tanpa menunggu waktu lebih lama lagi. Saya akan memperkenalkan calon istri saya dihadapan kalian semua."  Ucapan Jake Saerobin, seorang pangeran kedua yang terkenal dingin, perfectionis, dan tidak tersentuh. Justru membuat seluruh orang tampak terkejut dan tidak ada yang menyangka sama sekali. "Minggu ini, kami akan melaksanakan pernikahan secara tertutup lebih dahulu. Baru setelah Ayahanda dinyatakan sehat, Kami akan mengadakan pesta besar." Kalian tau, Zuna daritadi tidak berhasil fokus karena nafasnya tertahan. Ketika  setiap ucapan demi ucapan dikeluarkan oleh Pangeran Jake. ### Instagram : @im_yourput ##
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD