PROLOGUE

228 Words
                                                                "Ketika tidak ada lagi ruang di Neraka,                                                           mereka yang mati akan berjalan di muka Bumi."                                                                                              * * * * * Lelah, haus, ketakutan... Ketiganya tak henti mengorbit kami dalam perjalanan nestapa ini. Setidaknya kami masih memegang... Harapan... Untuk melihat dunia yang masih indah, di bagian lain dari negeri ini. Perjalanan kami diwarnai kengerian. Mimpi buruk dan realitas tak lagi memiliki batas. Sepuluh hari terakhir bagai algojo neraka bagi akal sehat kami, semakin jauh mengasingkan...      Kewarasan kami. Orang-orang diserang penyakit, mereka yang telah mati bangkit kembali. Tidak sebagai manusia, tapi sebagai entitas keji, lebih keji dari ulah manusia pada alam selama ini. Kita telah menjadi makhluk yang paling arogan di muka bumi. Kita menyakiti Sang Alam, lalu mengabaikan kenyataan, berharap semua akan baik-baik saja. Kali ini, ia menghajar wajah kita. Ego umat manusia pada akhirnya terbalas lewat penyakit ini. "Mana mungkin orang mati kembali berjalan lagi?" Pertanyaan itu, kini terdengar naif. Mereka membanjiri jalanan, memenuhi kota, mencabik lahap siapapun  yang masih bernyawa. Mereka tak sakit. Tak lagi hidup. Tak mati juga. Mereka...  Ada di antara itu semua. Namaku Ariansyah Ibrahim, doaku kini hanya satu... Tuhan, lindungi aku dan keluargaku, bawa kami keluar dari kemurkaan alam yang kau kuasai.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD