Semua Terlalu Cepat

1835 Words
Jakarta, Bandara soekarno hatta.,. Keynal dan Ve keluar lebih dulu dari dalam bandara sambil menarik koper mereka. Dengan bergandengan, raut muka Keynal sama sekali tidak dapat di tebak. Ia dengan santai berjalan bersama istri nya menuju mobil jemputan mereka. Di belakang di susul Ares yang mendorong troli berisikan koper - koper nya dan juga Sheira. Yang sekarang berstatus istrinya. Mereka menikah di Amerika, semua serba cepat dan kilat. Ia melirik pada Sheira yang berjalan dengan angkuh selangkah di depan nya. Ia masih belum bisa mempercayai kalau sekarang ia telah menjadi seorang suami. Ck Ares berdecak dalam hati, mengutuk dirinya sendiri. Benar - benar membuat nya pusing bukan main sekarang. Belum lagi kedua orang tua nya masih memasang muka marah dan kecewa padanya. Sheira ? Jangan tanya, sejak ijab kabul kemarin di rumah nya. Wanita cantik itu sama sekali tidak mau menatap wajah nya. "Sheira " Panggil Ve ketika mereka sedang berdiri di samping mobil memerhatikan Ares yang sedang memasukan barang - barang ke bagasi mobil. Tapi, Sheira sama sekali tidak memperhatikan Ares, ia hanya menatap kosong. "Eh ? Iya Tante " saut Sheira sedikit kaget. Ve tersenyum manis. " sekarang kan kamu sudah jadi istri Ares, jadi jangan panggil tante, Mami aja, " ujar Veranda membuat Sheira sedikit tertegun, namun ia dengan cepat dapat menguasai dirinya. "Iya Tan, eh Mam " ucap Sheira masih gugup dan tidak terbiasa. Ve hanya kembali tersenyum. Sheira sedikit kaget ketika Veranda mengusap lengan kanannya. Membuatnya merasakan kehangatan yang sudah hampir lima belas tahun ini tidak ia rasakan lagi. Hangatnya sentuhan dari seorang ibu. Sheira berpaling ke lain arah dan dengan cepat ia mengusap mata nya. Ia tidak bisa membiarkan dirinya terlalu sentimentil. Ia tidak ingin orang - orang tau kalau sebenarnya seorang Sheira gadis lemah. Ia tidak suka itu. "Makasih pak " suara Ares yang mengucapkan makasih pada si sang sopir yaitu pak Andi. Membuat keduanya menoleh. Keynal membuka pintu penumpang samping supir dan langsung menaikinya. Ares membuka pintu bagian belakang mobil alpart putih itu untuk kedua wanita di samping nya. Ve masuk lebih dulu, lalu di susul Sheira. Dan terakhir Ares. Perjalanan berjalan dengan sepi, entah karena lelah atau memang suasan masih dalam ke adaan canggung mereka semua memilih diam. Ares yang biasanya bawel kini juga ikut diam seribu bahasa di bagian paling belakang. *** "Kamar kamu sudah di beresin Bi Ina, jadi kalian bisa langsung nempatin " ujar Ve pada Ares ketika mereka tiba di rumah. Ares hanya mengangguk. Dan membantu Pak Andi membawa koper - kopernya dan Sheira masuk kedalam rumah mewah yang sudah sangat di rindukan Ares. Ares masuk ke dalam, dan langsung di sambut oleh Gracia yang berdiri bersandar si belakang sofa ruang keluarga dengan kedua tangan bersedakap di depan. Dan tatapan tajam pada Ares. Huft Ares menghela napas lelah, ia sudah bisa menebak kalau akan seperti ini. Namun ia jujur kalau saat ini ia sudah sangat lelah. Beberapa hari ini ia lewati dengan batin yang nelangsa. "Kalau kakak mau marah - marah nanti aja, aku lagi capek banget sekarang " ujar Ares lemas. Gre mendesah kalah, ia juga melihat itu apalagi luka lebam di wajah Ares yang masih membekas itu membuatnya tidak tega. Shania muncul dari arah tangga, ia menatap datar pada Ares. Dan Ares menelan ludahnya melihat luka yang menganga di mata kakak pertamanya itu. Dan memilih menghindari tatapan itu. Sungguh, hati nya masih sangat sakit dan juga menyesakkan ketika melihat tatapan itu dari Shania. Perasaan itu masih ada hingga sekarang. Sejak penolakkan Shania tiga tahun yang lalu. Kedua nya sama - sama mencoba untuk memperbaiki ke ada'an. Namun keduanya sadar kalau semua butuh waktu. Entah sampai kapan, mereka tidak tau. Sheira masuk berdampingan dengan Veranda. Membuat Gracia dan Shania menoleh pada perempuan asing yang sekarang akan menjadi anggota baru keluarga mereka. "Gre, Kak ayo sini. Kenalan dulu " ujar Ve pada kedua anak perempuan nya yang sedang melempar tatapan tajam pada Ares. " Sheira, kenalkan ini Shania anak sulung Mami, " ucap Ve menunjuk pada Shania. "Shania " ucap Shania dengan nada datar. "Sheira " Balas Sheira dengan nada yang sama. Membuat Ares menelan ludahnya susah payah. Gre tersenyum mengejek pada Ares. "Dan ini Gracia, kamu bisa panggil Gre. Dia anak kedua Mami, " ujar Ve yang sadar ada aura dingin kini di antara Shania dan Juga Sheira. "Hallo adik ipar, aku Gracia " ujar Gracia riang. Masih sama itu membuat Ve dan Ares menghela napas lega. "Sheira " jawab Sheira dengan nada yang sama. Namun ia masih mencoba tersenyum. "Sepertinya aku lebih tua dari kamu " lanjut Sheira sedikit tidak suka dengan sebutan adik ipar. Karena Gracia terlihat masih di bawah umurnya. "Oya ? Umur ku 22 sekarang. " saut Gracia. Sheira tersenyum tipis. "Aku 24 " Gracia menoleh cepat pada Ares. Dan ia juga melihat adik nya itu juga kaget dengan jawaban sang istri yang ternyata beda empat tahun dengan nya. Itu berarti seumuran dengan Shania kakaknya. "Wow.. adek ku jadi Bronis nih " sindir Gre membuat Ares salah tingkah. Belum lagi ia melirik Shania yang masih menatap tajam padanya. "Emm.. udah kan kenalan nya, Sheira pasti capek. Jadi biarkan dia istirahat dulu. " ujar Ve seolah tau situasi kini. "Res, ajak Sheira ke kamar. Kamu juga harus istirahat. " ujar Ve padanya. Ares bernapas lega, ia pun mengangguk. Lalu menoleh pada Sheira. "Ayo " ajak nya ramah. Sheira hanya mengangguk tanpa menatap nya. Ia pamit sopan pada Ve dan kedua kakaknya. Dalam hati Ares mencibir sikap Sheira. Sama yang lain aja bisa manis, Kenapa sama gue dingin banget kayak kulkas. Bahkan liat wajah gue aja enggak. Huft Batin Ares dalam hati sambil menaiki anak tangga. "Barang - barang nya udah saya taruh di kamar Den " ujar Pak Andi ketika Ares sudah di lantai dua. " makasih pak " jawab Ares dengan ramah dan sopan. Pak Andi mengangguk kemudian pamit kebawah. Ares melangkah menuju kamarnya yang terletak di ujung. Melewati ruang santai atau multifungsi. Cklek Ares membuka pintu kamarnya, dan sedikit bergeser mempersilahkan Sheira untuk masuk lebih dulu. Sheira melangkah acuh, ia masuk ke dalam lebih dulu. Matanya langsung menelusuri kamar Ares, yang juga akan menjadi kamarnya. Entah sampai kapan.  Kamar Ares tidak terlalu luas. Tidak juga bisa di kata sempit. Suasana nya juga simpel dan sederhana. Sheira harus jujur kalau kamar Ares sedikit membuatnya nyaman, padahal ia baru beberapa detik berada di dalam. Ia mendekat ke arah jendela lebar yang gorden nya terbuka. "Nanti aku akan nambahin lemari buat kamu, dan juga meja rias. Kalau kamu mau " ujar Ares pada Sheira yang sedang menatap keluar. Sheira tidak merespon, ia kembali menilik kamar Ares. Lalu melangkah mengitari kamar tersebut. "Ini kamar mandi nya " ujar Ares menunjuk pintu putih tepat di belakang ia berdiri. Sheira lagi - lagi tidak merespon, ia memilih masuk kedalam kamar mandi. Memeriksanya.  Melihat kamar mandi milik Ares, lagi - lagi ia harus mengakui kalau laki - laki itu punya selera yang bagus. Dan bersyukur dalam hati, kamar mandi Ares memiliki Bathup. Ia pasti akan sangat membutuhkan berendam, bahkan akan lebih sering membutuhkan nya sekarang. Setelah puas ia kembali keluar dan melihat Ares sedang membereskan barang - barang dalam koper ke dalam lemari. "Untuk sementara kamu pake lemari yang sebelah aja, kosong kok " ujar Ares menunjuk pintu lemari kaca di sebelah pintu lemari pakaian nya. Lemari yang terbuat dari kayu berlapis alumunium dengan tiga pintu yang ketiga nya berlapis kaca. Sheira melangkah menuju koper nya. Ia membuka nya dan sedikit melirik pada Ares yang menghela napas berat akan sikap Sheira yang lagi - lagi mengabaikan nya. Entah sampai kapan, ia sendiri tidak tau. *** Setelah beristirahat sejenak, bahkan Sheira sampai ketiduran terlalu lelah dengan semuanya. Sedangkan Ares sudah keluar kamar sejak Ia melihat Sheira tidur setelah selesai membereskan barang - barang nya. Tidak banyak yang di bawa Sheira, hanya pakaian dan kebutuhan perempuan lain nya. Karena ia juga baru tau, kalau Sheira ke Amerika hanya sekedar liburan sekaligus mengunjungi Papanya yang menetap di sana. Dan Ares menghancurkan liburan perempuan yang baru di kenal nya itu. Sheira keluar kamar setelah membersihkan diri. Dia menuruni anak tangga sambil mengitari rumah mewah miliki Keynal. Ia sejak pertama melangkah masuk ia sudah mengagumi design rumah mewah ini. Sederhana namun terkesan mewah dan juga megah. "Sheira " sapa Veranda yang baru saja keluar dari arah dapur. "Maaf Sheira ketiduran " ujarnya tidak enak. Veranda tersenyum lalu menggeleng. "Tidak apa kok, Mami juga tadi ketiduran, kamu lapar ?" "Enggak kok, Mi. Cuma haus aja " jawab Sheira. Ve mengangguk lalu mengajak Sheira ke dapur. Ia juga mengajak Sheira untuk menjelajahi rumah nya. "Ares lagi di ruang kerja Papi nya. " ujar Veranda. Sheira hanya tersenyum tipis walau sebenarnya ia tidak perduli dengan keberadaan laki - laki itu. "Kata Ares kamu butuh meja rias, besok kamu bisa cari sama Ares " ujar Ve, kini keduanya duduk di gazebo belakang rumah dekat kolam renang. "Mami, minta maaf ya Shei " "Untuk ?" Tanya Sheira dengan heran. Pasalnya ia merasa Ve tidak salah padanya. Justru ia sangat merasa nyaman dengan ke hadiran Ve yang begitu penyayang. "Untuk semua perbuatan Ares, Mami sama sekali tidak menyangka kalau Ares.." "Mami gak perlu minta Maaf, bukan Mami yang salah. Hidup di negeri yang penuh budaya barat memang mampu mengubah sifat seseorang. Pengaruh lingkungan, jadi ya.. Anak Mami bisa jadi begitu " ujar Sheira. Ve tersenyum kecut. Ia masih sangat kecewa dengan anak laki - laki nya itu. Namun ia juga tidak mau gegabah seperti tiga tahun lebih lalu, di mana ia menyesal sendiri akhirnya. "Mami akan pastikan, Ares akan selalu jaga kamu dengan baik. Anak itu memang bandel, tapi di antara kakak - kakaknya Ares paling penurut " ujar Veranda pada Sheira. "Dia memang masih sangat muda, kadang suka labil. Ares juga memiliki sifat yang tempramental. Kayak Papi nya. Kadang juga masih suka merengek manja pada Mami dan papi nya " jelas Veranda memberitau semua sifat Ares yang memang perlu di ketahui Sheira agar menantu nya itu tidak kaget. Namun Sheira sama sekali tidak tertarik dengan kehidupan laki - laki yang sekarang berstatus suami dan ayah dari anak yang sekarang sedang di kandung nya. Huft Sheira menghela napas berat nya. Dengan sendiri nya ia mengusap perut nya yang masih rata. Ve tersenyum lirih melihat perubahan raut wajah Sheira. Sedih, kecewa, terluka , marah dan juga putus asa. Semua bisa di rasakan oleh Veranda. Ia tau apa yang di rasakan oleh Menantu nya itu. Merasa hidupnya hancur, namun ia harus bisa meyakin kan Sheira kalau menikah dengan Ares bukan masalah buruk. Ia yakin anak nya itu bisa membahagiakan Sheira. Ia yakin, Ares tidak akan membiarkan perempuan itu terus bersedih dan meratapi nasib buruk karena ulah nya. Ia percaya Ares. Anak nya itu akan selalu penuh kejutan. Contohnya saat Ares memberi nya kejutan yang hampir membuatnya kena serangan jantung beberapa hari yang lalu. Dan untung juga jantung Keynal tidak kumat saat itu. Semua akan baik - baik saja. *** Tbc... Oya.. Sebenarnya masih nyari cast yang cocok untuk Ares dan Sheira. Dan sementara yang pasa banget itu.. Ini  Kritik/ saran boleh kok ?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD