TIGA

1072 Words
Follow author dan juga jangan lupa ditambahkan ke perpustakaan kalian ya. Hehehe, pastinya banyak komedi juga seperti yang disebelah.  Cahaya matahari yang berwarna keemasan menembus jendela kamar yang cukup luas itu. Alarm telah berbunyi beberapa kali tetapi tetap saja ditunda. Sebenarnya hari ini adalah hari pertama dia diminta untuk ke kantor kakaknya latihan untuk masuk ke dalam dunia kerja. Walaupun kakaknya sudah menjadi pria yang cukup sukses karena usahanya dalam berjuang yang begitu bagus. Gea merasa cukup bangga dengan kakaknya itu. Saat ia mengangkat jam yang ada di atas meja ketika berbunyi untuk terakhir kalinya. Gea langsung melempar jam karena begitu terkejut ketika melihat jam sudah menunjukkan pukul delapan. Yang di mana dia telah berjanji akan ke sana. macetnya kota Jakarta benar-benar tidak memungkinkan dirinya akan tiba lebih cepat ke kantor. Gea berlari ke kamar mandi, akan tetapi berhenti begitu saja ketika mengingat bahwa dia belum membawa handuk. Mandi yang serba kilat. Kurang dari lima menit, juga menyikat giginya yang sangat singkat. Meski terlambat, tetapi dia tidak boleh melupakan itu. Bagaimanapun juga orang-orang akan menilainya jorok nantinya jika tidak mandi. Gea memilih-milih pakaian yang cocok untuk dirinya. Bajunya yang sudah berserakan di atas tempat tidur. Sedangkan dia masih sibuk memilih yang mana akan digunakan ke kantor untuk pertama kalinya. Libur kuliah bukan berarti dia bisa bersantai. Apalagi hari ini juga merupakan hari pernikahan Serli di luar negeri. Berharap bahwa ketika pulang nanti sahabatnya itu menjadi lebih baik lagi dan tidak melakukan hal-hal bodoh seperti yang pernah terjadi. Memilik mini skirt sebagai perpaduan kaosnya yang panjang. Gea memang sering memakai pakaian yang seperti itu. Dia juga langsung memilih flat shoes agar tidak terlalu terlihat mencolok nantinya. Kaosnya yang berwarna biru muda serta mini skirt berwarna hitam pekat. Dengan berdandan sewajarnya dia langsung keluar dari kamar. "Mama," "Kamu kenapa baru bangun sekarang?" "Mama kenapa nggak bangunin sih?" "Harus ya Mama pakai Toa biar bisa bangunin kamu? Alarm kamu bunyi dari tadi, belum lagi waktu Mama bangunin kamu bilang lima menit lagi, memangnya kamu pikir Mama nggak capek apa bangunin kamu," "Ya udah, Ma. Gea berangkat ya," "Kakak kamu dari tadi nelpon. Ya udah sana berangkat!" Gea mencium pipi mamanya dan langsung berlari. Sengaja dia tidak menggunakan sepatu dengan hak tinggi agar dia bisa berlari sekencang mungkin ketika nanti melewati lobby kantor nantinya. Setelah mengalami macet yang luar biasa. Seperti yang dia katakan, ketika turun dari mobil dan menyuruh sopirnya pulang terlebih dahulu. Dia langsung turun begitu saja. Ketika membuka pintu, dia langsung berlari melewati lobby karena takut dimarahi oleh kakaknya nanti. Kakaknya telah memberitahukan bahwa mereka akan rapat pagi itu. Baru saja dia mengetuk pintu dan masuk. Justru orang-orang sudah bubar dan hendak keluar, begitupun juga dengan kakaknya yang keluar dari ruangan itu tanpa menghiraukan dirinya yang ada di depan pintu. "Kak," panggilnya dan mengikuti pria itu ke kantornya. "Hanya karena kamu adik kakak, bukan berarti kamu bisa diperlakukan istimewa di sini, Gea. Kakak nggak suka kalau kamu nggak bisa tepat waktu, di sini kakak ngajarin kamu buat tepat waktu. Karena nanti kalau kamu magang juga pasti kelihatan mana yang rajin mana yang nggak," "Maaf," "Ya sudah kamu ke ruangan administrasi," "Aku di sana?" "Pelajari dulu yang bakalan kamu kerjakan di sana. nanti ada yang ngasih tahu kok, kakak sudah ngomong sama beberapa orang di sana. jadi kamu tinggal masuk, bilang aja kamu anak magang," Gea mengangguk ketika kakaknya berkata demikian. Kali ini kakaknya memang benar-benar sudah keterlaluan. Tidak mengakuinya adik justru mengatakan bahwa dia adalah anak magang diperusahaan tersebut. "Kamu marah dibilang anak magang?" Dengan segera dia menggeleng. "Nggak, aku nggak pernah bilang gitu," "Ekspresi kamu, karena ekspresi kamu yang mengatakan itu, Gea. Jadi jangan kira kakak nggak bisa baca ekspresi kesal kamu," Gea pun tidak bisa berkata apa-apa. Dia yang biasanya mendapatkan apa pun dari papanya. Tetapi kali ini seolah dijadikan seperti orang lain oleh kakaknya sendiri. Gea tidak bisa memberontak karena sadar bahwa dia dilatih untuk menjadi lebih baik oleh kakaknya. Dengan perasaan yang benar-benar dongkol saat itu dia sedang duduk di depan kantor kakaknya ketika jam istirahat. Saat itu dia yang sedang mengemut lollipop menghentikan langkahnya ketika ada sebuah mobil suv yang berhenti dan parkir begitu saja. Dari kejauhan juga Gea melihat pemiliknya langsung keluar dari mobil terlihat sangat buru-buru masuk ke dalam kantor. Gea langsung berlari melihat siapa yang datang karena rasa penasarannya itu. Ada yang menarik hingga membuat Gea berhenti, apalagi kalau bukan karena mobil pria yang sedang terparkir itu. Range rover keluaran terbaru apalagi berwarna putih dan sangat berkilau. "Oke, fiks mobil idaman mama, Nak," ucapnya bercanda sendirian. "Eh buset, belum apa-apa udah ngidam duluan," dia tertawa sendirian. Saat mengintip di ruangan. Telinganya ditarik oleh seseorang dari belakang hingga membuatnya meringis, "Kerja, nggak usah ngintip!" dia melihat kakaknya dengan tatapan yang sangat kesal. Bagaimana tidak, ini masih jam istirahat. Tidak ada salahnya kali ini Gea berusaha untuk mencari pacar. Karena umurnya sudah dua puluh tahun. Teman-temannya membicarakan pacar di kampus. Setidaknya dia juga bisa mendapatkan yang lebih keren daripada teman-temannya. "Kak, ini masih jam istirahat," "Gea, please ya ini tuh tamu jangan sampai terganggu karena ulah kamu," Gea mengangguk kemudian mundur setelah kepalanya di dorong oleh kakaknya. Dia yang hendak masuk tetapi ditahan oleh Reno. Dia keluar lagi sambil melamun. Gea tahu mungkin teman-temannya akan mendapatkan pria yang jauh lebih kaya dibandingkan yang tadi atau justru sudah naik mobil mewah seperti Lamborghini atau mobil-mobil mewah lainnya. Tapi yang menjadi daya tariknya tadi adalah pria itu cukup tinggi. Dan juga berkulit putih. "Gea, masuk!" panggil temannya. Saat dia tersadar, mobil yang sedari tadi dia lamunkan sudah tidak ada di sana. "Dipanggil Pak Reno!" "Heh?" Gea terkejut karena beberapa menit lalu kakaknya mengusirnya dan saat ini memanggilnya entah untuk urusan apa. Perlahan dia mengetuk pintu setelah diizinkan masuk. Gea langsung masuk dan menunggu dipersilakan duduk. "Duduk! Nggak usah nunggu disuruh baru duduk! Beda kalau kamu ditempat lain," "Ada apa, kak?" "Kamu lihatin cowok yang tadi?" "Ng-nggak," sekanya. "Udah nggak usah ngeles, kamu naksir?" "Kak, gimana mau naksir, Gea belum lihat wajah dia," "Dia itu tampan, masih muda lagi. Dia dosen di kampus kamu," Gea membelalakan matanya. "Hah? Yang benar saja?" "Iya, dia dosen baru," katanya mulai ngajar nanti bulan depan kayaknya," "Ngajarnya apa?" "Barangkali dia ngajar kamu," "Hah?" "Ganteng loh, pintar juga. Boleh deh jadi calon adik ipar," ledek Reno kepada dirinya yang selama ini memang tidak pernah mau dikenalkan seorang pria. Akan tetapi tadi dia yang justru mengincar pria itu. "Umurnya berapa?" "Dibawah kakak pokoknya," "Dia ngapain kemari? Kan dia dosen?" "Urusan bisnis. Anak kecil nggak boleh tahu. Ohya, karena kamu dari tadi lihatin dia terus, kakak harap kamu bisa ketemu dia di sana. selamat berjuang buat luluhin hati pangeranmu," ledek Reno kemudian meninggalkan Gea sendirian di ruangan itu. Pipi Gea yang saat itu langsung memerah karena merasa sangat malu jika bertemu dengan pria itu.  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD