Chapter 2

1035 Words
Liora menaruh piring yang berisikan makanan di atas meja makan di rumah Adam. Dihelakan nafasnya pelan, sudah seminggu Liora tinggal di rumah Adam. Sejak seminggu inilah Liora selalu menyiapkan makanan untuk Adam. Entah mengapa setiap kali Liora menyiapkan makanan untuk Adam. Ingatannya kembali kepada Aland. Benaknya seakan bertanya-tanya bagaimana keadaan suami tercintanya dan juga anak mereka. Anak ? Liora mendudukkan diri dan mengusap wajahnya kasar. Hatinya seakan tercubit. Selama seminggu ini sama saja Liora telah menelantarkan ketiga anaknya hanya dengan Aland. Kebimbangan menyerangnya tiba-tiba. Atau lebih tepatnya kesadaran yang tengah mendatanginya saat ini. Kesadaran jika dirinya tidak boleh melakukan semu ini. Apalagi sama saja Liora menelantarkan ketiga anaknya yang masih berumur tiga tahun itu. Air mata mengalir perlahan di pipi Liora. "Hey ada apa ?" tanya Adam yang tiba-tiba muncul di ruang makan. Liora berdiri dan menatap Adam lekat. Entah kenapa perasaan Liora saat ini tidak enak. Liora menatap jam yang menunjukkan pukul tujuh. Seharusnya saat ini Aland sudah berangkat kerja. "Dam, aku mau ngomong sesuatu" ucap Liora yang membuat Adam mengernyitkan keningnya. "Ya, bicaralah" ucap Adam dengan duduk di kursi makan. "Aku akan kembali ke keluargaku" ucap Liora yang membuat Adam yang meminum jus jeruknya berhenti. "Kenapa ?" Liora merasa heran dengan nada Adam yang berbeda. Terdengar seperti nada tidak suka dan dingin. Bahkan Adam tak menatap Liora dan menaruh gelas lalu mengambil alat makannya. "Aku sudah terlalu lama meninggalkannya. Aku takut mereka tidak baik-baik saja" ucap Liora pelan. "Ya sudah" ucap Adam yang langsung membuat Liora menghela nafas lega. "Aku akan pergi sekarang. Aku akan menyiapkan bajuku" ucap Liora langsung beranjak menuju kamarnya. *-*-* Liora menutup koper yang berisi barang-barangnya. Tatapan Liora langsung terpaku kepada ponselnya yang tergeletak di samping koper. Sepertinya ponselnya tersebut terjatuh dari dalam koper. Selama disini Liora tidak menyalakan ponselnya sama sekali. Diambilnya ponsel tersebut dan di nyalakannya. Setelah menyala tiba-tiba banyak sekali notif yang masuk termasuk Bryan serta Christ. Sebuah panggilan tiba-tiba masuk dari Aland. Liora terlihat menimang-nimang mau mengangkatnya atau tidak. Ketika mau menggeser tombol matikan tiba-tiba sebuah tangan membekapnya dari belakang. *-*-* Aland berjalan keluar dari kamarnya dengan tergesa-gesa menuruni tangga. Ketika sampai di lantai bawah. Aland melihat ketiga anaknya tengah bermain dengan Bryan yang memang seminggu ini menginap di rumahnya. "Bagaimana ?" tanya Aland kepada salah satu bodyguardnya yang diutus untuk mencari Liora. "Tetap tidak berhasil, Mr. Seakan semuanya sudah di tutupi dengan baik" ucap bodyguardnya. "Di tutupi dengan baik ? Liora di culik ?" tanya Bryan pelan. "Tidak tau pastinya. Tapi Mrs. Alarice tidak dapat di lacak sama sekali. Bahkan tidak ada>"Tetap cari. Jika sudah ketemu seret pulang" ucap Aland kembali menaiki tangga menuju kamarnya sendiri. *-*-* Liora membuka matanya dan menemukan kamarnya yang berada di rumah Adam. Namun saat ini keadaannya terikat di ranjang. Kedua kaki dan tangannya terikat rapat. Kepalanya tiba-tiba terasa pening entah karena apa. Dilihatnya jendela terlihat langit sudah mulai gelap. Perut Liora sangat terasa lapar dan perih. "Kau sudah sadar ?" sebuah suara membuat Liora menoleh dan menemukan Adam berdiri di samping pintu dengan senyum manisnya. "Apa yang kau lakukan ? Kenapa kau mengikatku ?" ucap Liora yang membuat Adam tersenyum kecil. "Aku melakukannya agar kau tak kabur untuk pergi menemui keluargamu" ucap Adam yang membuat Liora ingin melepaskan ikatannya. Namun semua seakan sia-sia. Malahan ikatan tersebut semakin erat melingkar di pergelangan tangannya saat ini. Adam semakin tersenyum lebar melihat hal itu. "Aku harus pergi! Anakku membutuhkanku" ucap Liora yang membuat Adam terkejut. "Anak ? Apa maksudmu ? Kau memiliki anak ?" tanya Adam dengan nada terkejutnya. "Ya! Aku sudah memiliki suami dan tiga anak! Jadi lepaskan aku sekarang" teriak Liora yang membuat Adam menggeleng lagi. "Tidak! Beberapa tahun ini aku mencari keberadaanmu. Tapi aku tak menemukan kabarmu sama sekali. Aku ingin mengatakan perasaanku padamu" "Aku tidak peduli dengan perasaanmu! Bagaimanapun aku telah memiliki keluarga. Aku harus kembali kepada keluargaku" jawab Liora dengan tajam. "Apa ?! Kau tak peduli ? Sialan!" teriak Adam dan langsung menampar pipi Liora dengan keras. Rasa panas di pipi langsung menjalar ke seluruh wajahnya. Pada saat ini entah mengapa Liora merasa ingin sekali menangis. Atau lebih tepatnya saat ini air matanya telah mengalir di pipi. "Kau harus peduli pada perasaanku! Kau harus membalasnya" bentak Adam yang membuat Liora memejamkan mata. "Aku sudah menyukaimu sejak lama, Ra! Bahkan aku terus mencarimu kemanapun. Tapi kau seakan kau menghilang di telan bumi. Sekarang aku menemukanmu dan kau mengatakan jika kau sudah menikah. Apa aku peduli?" ucap Adam dengan senyum mengerikannya. "Perjuanganku begitu lama untuk menemukanmu. Jadi walaupun kau sudah menikah dan memiliki anak aku tak peduli!" ucap Adam yang membuat Liora menangis kembali. Aland aku membutuhkanmu "Tapi aku yang peduli" suara seseorang membuat Liora membuka matanya dan menemukan seseorang yang sangat dirindukannya. "Kau siapa ? Dimana para penjaga!" teriak Adam yang membuat Aland tersenyum kecil. Bugh Tanpa aba-aba Aland langsung menerjang Adam dengan keras hingga mereka terjunggal. Setelah itu Aland memukuli Adam dengan brutalnya. "Ini balas dendamku untuk kau yang telah menculik istriku! Ini untuk dendamku kau memisahkan wanitaku dariku. Ini untuk kau yang telah menyembunyikan ibu dari anak-anakku dan ini untuk kau yang telah mengikat istriku!!!" teriak Aland dengan setiap bugemannya. Liora melihat Aland beranjak dan menoleh kearah Liora. Air mata Liora mengalir kembali. Rasa rindu langsung menyergapnya. Mengabaikan rasa sakit di pipinya yang sejak tadi terasa. Aland dalam diam menghampiri Liora dan melepaskan ikatan di tangannya dengan perlahan. Seakan tak memperdulikan tatapan sedih yang dilayangkan Liora. "Aland..." gumam Liora dengan suara seraknya. "Diamlah" ucap Aland yang membuat Liora membungkam mulutnya. Namun tanpa bisa dicegah air mata mengalir perlahan menuruni pipi Liora. Aland yang melihat hal itu menatap Liora lekat. Tentu saja dengan tatapan yang sulit ditebak. Ingin sekali Aland memaki atau malah membunuh orang-orang yang selalu berpikiran untuk menyakiti istrinya. Kejadian ini tidak hanya sekali dialami oleh Liora. Entah bagaimana Aland harus menjaga istrinya ini dari semua pria yang berpikiran buruk pada Liora. Bagaimanapun Liora adalah miliknya dan selamanya harus begitu. "Tenanglah, aku disini" Aland mengangkat tubuh Liora dan membawanya dengan perlahan. Melangkahi tubuh sekarat Adam yang tergeletak di lantai. Liora memejamkan matanya tak mau melihat sosok yang hampir menyakitinya. Melihat wajah Aland yang menakutkan lebih membuat Liora takut dan tidak berani menatapnya Aland. Memejamkan mata sepertinya memang pilihan yang bagus untuk saat ini. *-*-*
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD