bc

Meliora 2

book_age16+
876
FOLLOW
3.8K
READ
billionaire
CEO
like
intro-logo
Blurb

Series kedua Meliora

"Aku tau diri jika aku sangat bersalah untukmu dan juga ketiga anak kita. Menganggap semua ini menjadi pembelajaran untuk menjadi orang tua yang lebih waspada. Tapi kau tak meresponku sama sekali"

"Aku akan pergi dulu. Merenungi semuanya. Aku tidak bisa terus berada di sampingmu tapi tidak di anggap sama sekali, bagiku itu berat. Aku akan kembali jika kau sudah memaafkanku. Aku akan ke rumah Bryan" ucap Liora dengan air mata yang mengalir.

Aland menatap Liora dengan tatapan lekat. Liora segera menghapus air matanya tapi sia-sia karena air mata itu mengalir kembali. Ditatapnya kedua mata Aland dengan pandangan terluka.

"Kau akan mengganggu keluarga Bryan" ucap Aland yang membuat Liora semakin terluka.

Jawaban Aland semakin membuat Liora terluka. Tatapan Aland begitu dingin tak seperti yang dulu atau tatapan hangat yang pernah dimiliki Liora. Dihapusnya air matanya dengan kasar.

"Aku akan ke tempat lain" ucap Liora.

Lama mereka berdua terdiam dalam keheningan. Hingga Aland menghela nafas dan mengusap wajahnya.

"Terserah, pergilah"

chap-preview
Free preview
Chapter 1
Liora menutup kopernya dan segera menghapus air matanya yang mengalir kembali. Dilihatnya jam yang menunjukkan pukul dua siang. Setelah mendengar keputusan Aland Liora segera pergi dari kantor Aland tanpa mempedulikan beberapa karyawan yang melihat mata sebamnya ketika keluar lift. Ketika sampai dirumah Liora langsung membereskan barang-barangnya yang berada di lemari kamar mereka. Mereka ??? Apakah masih ada kata itu ? Setelah jelas-jelas Aland melepaskannya dan mengucapkan kata 'Pergilah' Liora menoleh kearah meja rias dan mengambil figura yang memajang foto pernikahan mereka dengan tema garden party. Liora menghembuskan nafasnya untuk menahan gejolak dadanya yang semakin hebat. Ditaruhnya foto tersebut ketika pintu dibelakangnya terbuka perlahan. Liora menghapus air matanya terlebih dahulu sebelum berbalik. Aland berdiri di depan pintu dengan wajah dinginnya. Liora sempat terkejut melihat kedatangan Aland saat ini. Padahal ini masih jam kerjanya. "Supir akan mengantarmu" ucap Aland yang membuat harapan Liora runtuh. Tak bisa dipungkiri jika Liora sangat berharap jika kedatangan Aland ingin menahannya. Namun ucapan yang baru saja meluncur di mulut Aland membuatnya semakin terluka. Liora berjalan kearah kopernya dengan kaki lemas. Dipegangnya kopernya dengan erat seakan untuk menahan beban tubuhnya saat ini. Dikuatkannya hati serta tubuhnya untuk menghadapi segalanya yang akan berubah mulai saat ini. Liora membalikkan badan dan menarik kopernya perlahan. "Tidak perlu" ucap Liora dengan nada bergetar yang sejak tadi ingin dihilangkan oleh Liora. "Tidak, supirku akan tetap mengantarmu kemanapun" ucap Aland yang membuat Liora semakin mengeratkan pegangannya. Liora hanya mengangguk dan menarik kopernya keluar. Jika Liora terus membantah ucapan Aland waktu mereka berdua saat ini akan semakin panjang. Melihat wajah serta suara Aland yang begitu dingin membuat Liora semakin lemah. Jika terus bersama disaat seperti ini Liora takut akan terjatuh dan menangis sesenggukkan. *-*-* Liora menatap tiket kereta yang berada di tangannya saat ini. Liora meminta supir Aland untuk menurunkannya di stasiun. Mereka sempat berdebat karena supir Aland mengatakan akan mengantarkan Liora kemana saja. Namun Liora tidak ingin dan mengatakan jika dia akan ke rumah temannya. Setelah perdebatan dan ancaman supir Aland melepaskan Liora untuk naik kereta. Ditundukkannya kepalanya ketika merasakan jika kepalanya mengalami pusing yang sangat hebat. Liora berusaha menahan semua rasa sakitnya saat ini. Entah Liora akan pergi kemana. Liora hanya ingin pergi tapi tak tau akan kemana. Liora memesan tiket dengan tujuan yang dipilihnya secara acak. Keretanya akan datang lima belas menit lagi. Liora harus kuat menahan semua yang seakan ingin merobohkan tubuhnya. Ruangan seakan berputar hebat. Hingga sebuah sepatu berhenti di depannya. Liora berusaha mendongakkan kepalanya dan menahan rasa sakit yang menyerangnya. Dilihatnya seorang lelaki tampan dengan senyum manisnya. Pria itu terlihat berbicara. Namun sebelum Liora mencernanya tiba-tiba semua jadi gelap dan tubuhnya roboh. *-*-* Liora membuka matanya dan ruangan yang pertama dilihatnya dalah ruangan yang di d******i oleh warna putih. Liora berusaha mengendalikan mataya yang terasa sangat kabur. "Kau sudah sadar" ucap seseorang membuat Liora menoleh dan menemukan seseorang yang tak asing baginya. "Adam..." gumam Liora yang membuat pria itu tertawa renyah. "Kau belum melupakanku ternyata" Adam meletakkan nampan makanan diatas nakas dengan perlahan. Setelah itu menatap Liora yang berbaring dengan tatapan bingungnya. "Kau berada di rumahku. Dua hari yang lalu aku ingin menyapamu di stasiun tapi ketika baru mengatakan 'hai' kau sudah pingsan duluan" jelas Adam yang membuat kernyitan di kening Liora semakin dalam. "Dua hari yang lalu ?" gumam Liora yang mampu di dengar Adam. "Kau mengalami demam yang cukup tinggi dan kau kemarin seakan tidak ingin bangun lagi. Kau membuatku khawatir" ucap Adam yang membuat Liora mengangguk. Adam membantu Liora untuk meminum air mineral yang sudah di sediakan oleh Adam. Liora membaringkan tubuhnya dengan lemah. Pusing masih mendera kepalanya. Semuanya seakan berputar tapi untung saja tidak seperti pusing kemarin. Hanya saja kepalanya pening. "Kita ke rumah sakit saja. Kemarin kau hanya diperiksa oleh dokter keluargaku" ucap Adam yang dibalas gelengan oleh Liora. "Tidak perlu. Aku hanya ingin membaringkan tubuhku sejenak. Setelah itu aku akan pergi" ucap Liora yang membuat Adam mengernyitkan keningnya. "Memangnya kau akan pergi kemana ?" tanya Adam yang membuat Liora hampir menangis. "Entahlah" ucap Liora. "Maksudmu ?" ucap Adam yang membuat Liora menggeleng. Adam yang mengerti jika Liora hampir saja menangis menghentikan pertanyaannya. Dilihatnya jam yang menunjukkan pukul 10 pagi. "Kau makanlah dulu. Setelah itu kita bicara" ucap Adam yang dibalas anggukan oleh Liora. *-*-* "Jika kau sudah mempunyai tempat tinggal kau boleh pergi dari sini. Tapi jika kau belum memiliki tempat tinggal kau bisa tinggal disini terlebih dahulu" ucap Adam yang membuat Liora menghela nafas. "Aku berniat ke rumah kedua orang tuaku. Tapi mereka sedang ada acara di luar kota" ucap Liora yang membuat sebuah senyuman muncul di bibir Adam. "Ya sudah tinggal disini saja" "Tidak. Mungkin aku akan mencari rumah temanku saja" ucap Liora yang memvuat Adam mengernyitkan keningnya. "Apa aku bukan temanmu ? Hey, apa kau ingat jika aku masih memiliki hutang setelah kau menyelamatkanku" ucap Adam yang membuat Liora menghela nafas. Kejadian beberapa tahun yang lalu awal Liora mengenal Adam yang notabene pewaris grup Albert. Saat itu Adam tengah dikeroyok oleh sejumlah orang yang ingin mengambil beberapa barang Adam. Saat itu Adam memberikan segalanya yang dia bawa kecuali sebuah kalung berliontin merpati. Kalung itu merupakan pemberian neneknya dahulu. Jadi Adam mempertahankan mati-matian kalung tersebut. Sedangkan saat itu Liora tengah melintas dengan membawa makanan yang di belinya ketika dijalan. Dipikirannya saat itu hanya cara untuk menyelamatan seseorang yang sedang dalam kesulitan. Bahkan saat itu Liora juga ikut terluka. Namun akhirnya mereka berdua di tolong oleh beberapa warga yang sedang melintas di jalan tersebut. Dari sanalah Liora mengenal Adam Albert Christian yang merupakan seorang pewaris tunggal keluarga ternama. Mereka akhirnya begitu dekat dan menjadi seorang sahabat. "Kau masih menyimpannya ?" tanya Adam yang membuat Liora tersadar dari lamunannya. Liora mengangguk dan menunjuk kopernya. Adam beranjak dan mengambil koper milik Liora. Adam dengan hati-hati membantu Liora untuk duduk dan membuka kopernya. Adam tersenyum ketika melihat Liora mengambil sebuah kenangan yang mereka miliki. Adam mengambil benda tersebut dan melihatnya dengan tatapan sayang. *-*-* Aland keluar kamar dan menemukan Christ yang sedang melintasi kamarnya. Christ berhenti dan menatap Aland dengan tatapan ragu. "Dimana Mrs. Alarice ? Si kembar sedang menangis, Sir" ucap Christ yang membuat Aland memijat kepalanya. Aland berjalan menuju tangga ketika mendengar suara tangisan bayi yang begitu menggelegar. Dihentikan langkahnya dan menghela nafas pelan. "Bereskan kamar, si kembar biar aku saja yang mengurusnya" ucap Aland yang membuat Christ mengangguk patuh. Aland berjalan mendekati ketiga anaknya yang sedang di gendong oleh beberapa perawat yang memang disediakan oleh Aland. Disana ada Bryan yang menatap Aland dengan tatapam herannya. Tanpa banyak bicara Aland mengambil Lionel yang sedang menangis keras dan menggendongnya. "Ssstttt jangan menangis lagi. Setelah ini kita pergi okay ?" ucap Aland yang membuat Lionel berhenti menangis. Kedua anaknya yang lainpun juga berhenti menangis. Aland menghela nafas dan mengusap wajah ketiga anaknya sayang. Beberapa perawat berjalan menjauh. "Dimana adikku ?" tanya Bryan yang membuat Aland menoleh sekilas. "Kalian sedang ada masalah ?" tanya Bryan lagi sedangkan Aland menghela nafas pelan dan tak menjawab. Suara pintu dibuka membuat Aland membalikkan badan dan melihat ke pintu masuk. Dilihatnya supir yang disuruhnya untuk mengantarkan Liora sudah kembali. "Kemana Liora ?" tanya Aland to the point. "Mrs. Alarice minta di turunkan di stasiun. Ehm... Jadi saya menurutinya" ucap supir tersebut yang membuat Liora terkejut. "Kau tidak menanyakan kemana dia akan pergi ?" tanya Aland lagi dan tiba-tiba wajah supir tersebut memucat. "Tidak, Mr" "Ceroboh! Cepat cari!" *-*-* Hayooo.... Gimana.... Masalahnya disini mungkin bakalan lebih greget dari sebelumnya... Jadi jangan bosen-bosen ya... Jangan lupa vote dan comment ya guyss...

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Dinikahi Karena Dendam

read
206.1K
bc

My Secret Little Wife

read
98.6K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Siap, Mas Bos!

read
13.5K
bc

Tentang Cinta Kita

read
190.6K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.6K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook