Part 11

1659 Words
Rania menemani suaminya rapat hari ini dikantornya, rapat bulanan para petinggi kantor, Rania diajak Adipati karena ia salah satu pemegang saham perusahaan juga, ternyata oh ternyata Rania masih mendapatkan 23% atas perusahaan yang di pimpin ayah mertua dan suaminya. Rania pun baru tahu saat setelah resepsi kedua orangtua Adipati memberitahukannya. Namun Rania tak terlalu memperdulikan saham itu. Rania merasa jenuh lama mendengarkan berbagai pendapat para petinggi kantor, ia tak terlalu mengerti ia hanya ikut mendengarkan sesekali mencatat apa yang perlu dicatat, rapat kali ini dipimpin oleh ayah Adipati, Hermawan, Rania salut melihat ayah mertua yang begitu bijak dalam memimpin perusahaan. Lama menunggu akhirnya rapat break sebentar dan akan dilanjutkan 15 menit lagi, Rania kira rapat sudah selesai namun nyatanya hanya break sebentar, Rania yang duduk disamping Adipati mencolek sang suami yang sedang menyesap kopinya sembari mendengarkan orang disampingnya berbicara Adipati menengok "Kenapa?" tanya nya "Rania mual Rania boleh, tidak ikut melanjutkan rapat?" bisik Rania Adipati menghadap istrinya "Yasudah kamu istirahat saja di ruangan saya" "Oke, tapi bolehkah Rania bertemu Anggun?" tanya Rania berbisik karena masih banyak orang diruangan yang menikmati kopi sambil mengobrol santai Adipati menimbang namun akhirnya ia menangguk "Diruangan saya saja Ran, jangan berbicara masalah pribadi disembarang tempat" ujar Adipati yang diangguki Rania Rania pamit sembari mengulas senyum kepada orang-orang diruangan lalu segera keluar dari ruangan rapat "Istrimu cantik baik ramah dan pintar Adipati beruntung kamu menikahinya" ujar salah satu petinggi, Adipati hanya tersenyum ramah. ***** Rania memasuki ruangan kerja suaminya, ruangan yang hanya beberapa kali Rania kunjungi selama menikah, ia melihat-lihat ruangan suaminya yang terlihat begitu rapi dan nyaman. Tok tok "Masuk" "Permisi bu, mba Anggun sudah datang" ucap seorang wanita berkerudung yang Rania tahu sebagai sekretaris suaminya "Suruh masuk Dwi, terimakasih" ucap Rania, Dwi sekretaris Adipati mengangguk lalu menutup pintu Tadi sebelum masuk ruangan, Rania sudah berpesan pada sekretaris suaminya untuk memanggil Anggun keruangannya. **** Anggun baru saja menutup telpon ia bingung kenapa dipanggil ke ruangan bos nya. Tumben sekali pak Adipati memanggilnya Setelah membereskan meja Anggun pergi keruangan pak Adipati membawa laporan terakhir yang baru saja dikerjakan, mungkin bosnya itu ingin tahu secara langsung perkembangan sale bulan lalu Tok Tok Anggun mengetuk pintu menunggu dengan gugup setelah sekeretaris pak Adipati menyuruhnya masuk pasalnya ia tak pernah masuk keruangan yang bertuliskan wakil direktur didepan pintu Tanpa Anggun sangka pintu terbuka "Anggun" "Rania" "Ka..mu yang panggil aku?" tanya Anggun sedikit gugup "Hehe iya, ayo masuk Nggun" ucap Rania menarik tangan Anggun "Duduk Nggun" "Eh iya Ran" "Lagi banyak kerjaan Nggun" "Hehe iya Ran eh bu" "Apaan si Nggun panggilnya ibu, santai aja Anggun" "Iya deh iya Ran hehe, kamu tumben panggil aku kesini" "Iya nih, aku bete ikut rapat para petinggi Nggun," Anggun ber oh Ria Rania dan Anggun mereka mengobrol seperti layaknya sahabat, mengobrol dari A sampai Z hingga tertawa terbahak-bahak "Duh maaf ya Ran aku jadi ketawa gini" ucap Anggun tak enak "Santai aja Anggun, aku senang kamu bisa ketawa lepas gini, jangan pusing-pusing ngurusin kerjaan Nggun" "Iya nih aku kira tadi dipanggil suami kamu, aku udah bawa laporan aja tuh, udah tegang aku tadi takut dipanggil" tawa mereka mereda Rania mendekat pada Anggun "Oh ya? Kenapa takut Nggun? Mas Adipati kan baik" "Ah haha ya baik sih tapi ya gitu eh" Hening seketika Anggun merasa tak enak pada Rania Rania menggenggam tangan Anggun, Anggun menatap Rania yang duduk dekat disampingnya "Kamu sudah dekat lama ya sama mas Adipati Nggun?" tanya Rania membuat Anggun salah tingkah "Jujur saja Nggun, aku gapapa" Anggun masih diam tak menjawab "Ehmm eh maaf ya pertanyaanku membuat kamu gak enak" ujar Rania karena Anggun tak kunjung menjawab "Anggun kali ini aku mau ngomong serius, please kali ini dengerin aku ya" ucap Rania menatap Anggun serius, Anggun mengangguk "Jujur aku kaget saat tahu kamu punya hubungan dengan mas Adipati" Anggun diam ia akan memberikan kesempatan sahabatnya berbicara "Sungguh Nggun aku gak tau sama sekali kalau mas Adipati sudah mempunyai wanita yang sudah dilamarnya, semua begitu cepat aku dijodohkan mas Adipati oleh nenekku, kamu tau kan nenekku satu-satunya" Anggun mengangguk saat SMA Anggun sudah mengenal satu-satunya keluarga Rania "Nenekku sekarang sudah meninggal dan aku sudah tidak punya keluarga lagi Nggun" ucap Rania dengan bergetar Anggun memeluk Rania "Sstt kamu punya aku Rania, jangan sedih nenek pasti sudah bahagia disana bertemu orangtuamu" "Iya Anggun, Sebenarnya aku tak ingin menceritakan ini Nggun, tapi aku percaya sama kamu, kamu masih mau dengarin aku cerita kan?" "Aku akan dengerin Rania, jangan sungkan, kamu sudah seperti saudaraku sendiri, kamu tau kan, aku juga sebatang kara" Rania mengangguk, ia menggenggam tangan Anggun kuat "Anggun maafin aku Nggun maafin aku yang telah merebut calon kamu, maafin aku yang sudah menghancurkan kebahagiaan kamu, kita sudah lama tak bertemu namun takdir mempertemukan kita dalam situasi seperti ini, aku takut kamu membenci aku Nggun" "Sstt Rania aku tak akan membenci wanita sebaik kamu, kamu tau kamu itu penolong aku saat aku sekolah kamu pelindung aku Rania, soal itu aku tak pernah mempermasalahkannya Rania, aku ikhlas asal kamu bahagia" Rania menatap Anggun, Anggun menghapus air mata Rania yang turun begitu saja, sahabatnya terlihat rapuh, Anggun memeluk satu-satunya orang yang selalu melindunginya saat disekolah "Terima kasih Anggun, aku ingin berbagi kebahagiaan sama kamu Nggun" "Maksud kamu?" "Aku tahu kalian masih saling mencintai, aku tahu kamu lebih kenal dengan mas Adipati lebih dulu, aku tahu kalian kenal dekat dan aku hanyalah orang baru yang merusak kebahagaiaan kalian Nggun, ak..." dengan cepat Anggun memotong pembicaraan Rania "Rania jangan ngomong seperti itu, sumpah aku gapapa Rania, jujur aku memang sudah kenal Mas Adipati beberapa tahun yang lalu saat aku masuk kerja disini, tapi kita gak sedekat itu Rania" jelas Anggun ia tak mau sahabatnya salah paham, memang benar ia dan Adipati tak sedekat itu hanya sebagai atasan dan bawahan "Tapi Nggun suamiku mencintai kamu, dia cinta sama kamu" "Itu gak mungkin Rania sayang, pak Adipati terlihat mencintai kamu, kamu pasti akan merasakannya Ran" "Kamu salah Nggun, diluaran sana memang melihat aku dan mas Adipati saling mencintai namun nyatanya yang ada dihatinya hanya kamu Nggun, rumah tanggaku tak baik-baik saja" "Maksud kamu?" "Tidak apa Nggun" Rania tersenyum, Anggun mengernyitkan dahi bingung "Nggun" "Iya Rania" "Aku ingin melamar kamu menjadi istri kedua suamiku, kamu mau kan?" tanya Rania perlahan membuat Anggun tertegun tak percaya "Ra.." "Please Nggun hanya kamu yang bisa bantu aku" "Ran..." "Kita berbahagia bersama Nggun" "Ran..." "Aku yakin dengan kalian menikah, mas Adipati akan menerimaku" "Rania maksud kamu apa sih, please jangan gini" "Kamu mau kan jadi istri kedua suamiku?" "Rania sadar kamu jangan seperti ini" ucap Anggun tak tahan ia menggoyangkan tubuh Rania pelan "Aku sadar Anggun, kali ini aku serius, kamu yang bisa bantu aku, kamu mau kan jadi keluargaku, kita berbahagia bersama Anggun" "Ran cukup, jangan begini lagi ya sayang aku ga mau nyakitin kamu, kamu harus berbahagia sendiri bersama Adipati" ujar Anggun memeluk Rania, tangis Rania pecah Anggun pun ikut menangis, Anggun tak pernah menyangka sahabatnya ini bisa berfikiran seperti ini "Aku hanya bisa bahagia kalau kamu menikah dengan suamiku Nggun, anggap saja aku meminta bantuanmu Nggun, aku butuh bantuanmu kali ini" Anggun tak bisa berkata apa-apa, Rania selalu membantunya dan sampai saat ini ia tak pernah bisa membalas budi kebaikannya, namun apakah ia harus membantu Rania dalam hal ini, ia takut semua ini hanya akan menyakitkan Rania, namun ia tak tega melihat Rania yang terlihat rapuh apalagi Rania sedang hamil, Anggun sungguh-sungguh bingung, bantuan yang diminta Rania sungguh menyulitkan "Kamu mau kan Nggun? Maaf jika aku terlalu memaksa tapi kalau kamu memang tidak mau aku tak akan memaksa lagi, namun aku tak tahu harus apalagi Nggun, aku akan menyerah dengan rumah tanggaku" ucap Rania pasrah, entah bagaimana rumah tangganya ia hanya bisa mempercayakannya pada yang maha kuasa "Maksud kamu?" "Aku akan berpisah dengan Mas Adipati, meninggalkan semua yang ada saat ini bersama anakku, ya hanya anakku yang ada diperutku sekarang yang kupunya" "Rania kenapa berbicara seperti itu, mana mungkin kamu berpisah dengan Adipati?" "Memang seperti itu Nggun, sulit dijelaskan aku akan menjauh yang pasti aku pasrah akan rumah tanggaku, aku memilih menyerah, maaf jika aku terlalu memaksamu, maaf ya, udah ah jadi nangis gini," ucap Rania menghapus air matanya lalu tersenyum bahagia, bahagia akan hidupnya saat ini, Rania mengelus perutnya yang sudah sedikit membuncit, kebahagiaannya hanya ada diperutnya. Anggun hanya bisa menatap Rania yang tersenyum namun matanya tak memancarkan bahagia hanya ada kesedihan didalamnya, Anggun kenal betul sahabatnya dikala senang dan sedih dan saat ini bukan kebahagiaan namun hanya ada kesedihan yang mendalam Sebenarnya ada apa dengan rumah tangga Rania, Anggun terus memikirkan dalam pikirannya, menatap Rania yang berdiri mengambil minuman botol dikulkas kecil yang tak jauh dari sofa yang mereka duduki "Minum dulu Nggun, gak usah dipikirin lupain aja, maaf ya" ucap Rania terlihat begitu santai, Rania memang pintar menyembunyikan perasaannya Anggun meneguk minumannya, lalu matanya menatap Rania, mereka saling tatap Rania menaruh terlebih dahulu minumannya diatas meja diikuti Anggun, Anggun menelan tegukan terakhirnya lalu dengan mudahnya bibirnya berbicara "Aku mau Rania, aku mau jika itu membuatmu bahagia, berjanjilah kamu akan bahagia Rania" ujar Anggun dengan cepat membuat Rania tertegun, mereka masih saling pandang, dan Rania pun segera menarik Anggun kepelukannya, memeluk erat sahabat baiknya "Terimakasih Anggun." Adipati hanya bisa menatap nanar laptopnya melihat cctv dilayarnya, ia melihat dan mendengar semua pembicaraan mereka saat Rania meminta Anggun menjadi istri keduanya. Rapat tadi ditunda setelah makan siang karena ada orang yang harus ditunggu, saat ingin kembali ke ruangannya seorang staf kepercayaan Adipati memberi tahu bahwa diruangan ada istri dan staf karyawannya yang terlihat berbicara serius di cctv, Adipati menyuruh Retno untuk menyalakan penyadap suara yang memang dipasang diruangannya untuk berjaga-jaga dan akses cctv serta penyadap suara hanya Adipati dan Retno yang tahu. Adipati percaya pada Retno karena Retno adalah tangan kanannya dan Retno pun tahu bahwa Anggun adalah wanita yang dicintai bosnya. Retno meninggalkan bosnya tak ingin tahu urusan bosnya. "Rania, Anggun saya tak tahu harus berbicara apa, maafkan saya Rania, maafkan saya" ucap Adipati menutup laptopnya kencang, ia tak kuasa mendengar semua pembicaraan kedua wanita yang telah memasuki kehidupannya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD