Part 12

1369 Words
Rania POV Disaat kebanyakan orang masih menikmati tidur lelapnya, Aku terbangun disepertiga malam seperti biasa aku melaksanakan sholat, bersujud untuk mengutarakan semua isi hatiku. Aku berdoa semoga keputusanku diridhoi oleh Nya, aku percaya bahwa hal yang sudah kuputuskan adalah hal yang terbaik untuk rumah tanggaku. Kalian pasti bilang aku ini wanita yang bodoh yang merelakan suamiku menikah lagi, ya mungkin aku bodoh sungguh ini memang berat tapi aku ikhlas dan ridho jika memang ini cara satu-satunya menghindari perceraian, perceraian adalah satu hal yang diperbolehkan namun dibenci oleh Allah, dan aku tak mau itu terjadi. Selain aku tidak ingin ada perceraian ada banyak hal yang aku fikirkan untuk mempertahankan rumah tanggaku salah satunya keluarga suamiku, mereka satu-satunya keluarga yang kupunya, aku tidak bisa berpisah dengan mereka dan anakku aku tak mau anakku mempunyai orangtua yang tidak lengkap. Dan masalah poligami mungkin banyak orang yang tak menyetujui itu tapi bukannya islam itu memperbolehkan, aku salah satu wanita yang setuju akan hal itu, entah kenapa aku sudah yakin sekali dengan keputusanku ini, dan insyaallah tidak akan menyesalinya. Sakit hati mungkin pasti ada nantinya, namun aku akan bersiap mencari penawarnya. Tak ada yang tak mungkin, jika aku bisa bahagia dengan pernikahan ini kenapa harus bercerai, suamiku mas Adipati entah kenapa aku tidak bisa jauh darinya mungkin apa karena aku sudah jatuh cinta padanya, jatuh cinta yang membuatku mungkin terlihat seperti wanita bodoh yang mempertahankan suami yang mungkin tak mencintainya, ya mas Adipati mungkin masih mencintai Anggun, wanita yang dilamarnya sehari sebelum pernikahan kami, namun aku yakin dengan seiring jalannya waktu mas Adipati akan mencintaiku dengan anakku walau aku harus rela berbagi cinta. Semoga saja yang aku inginkan akan tercapai, kami akan menjadi satu keluarga yang sakinah mawaddah warohmah, tak ada yang tak mungkin bukan? Semuanya hanya perlu kesabaran dan waktu. Itu mengapa aku memilih pernikahan kedua untuk suamiku, dan madunya adalah sahabat kecilku, Anggun aku kenal lama dengan dia tak mungkin ia akan mengecewakan aku, dia wanita yang sangat baik dan lembut, dia satu-satu nya orang yang kupercaya dari begitu banyaknya teman yang kupunya. Anggun pantas berbahagia, aku ingin ia bahagia tak seperti dulu saat sekolah Anggun selalu menutup diri, ia sebatang kara yang hidupnya hanya di panti asuhan, hanya aku teman yang selalu dekat dengannya, karena aku menyukai kepribadiannya dan bahkan Anggun juga yang mengenalkan ku pada dunia yang sesungguhnya, dia yang mengajarkan aku ngaji, sholat dan membantuku berhijrah. Salahkah aku bila ingin membuatnya bahagia? Aku yakin Anggun masih mencintai suamiku dalam diamnya, karena yang kutahu secara diam-diam mereka tidak menjalin hubungan resmi tapi menggunakan cinta dalam diam namun aku dengan segala ketidak tahuanku merusak kebahagiaan mereka, aku akan menyatukan kembali cinta mereka, biarlah cintaku tak terbalas yang penting melihat orang yang kucintai bahagia, walau sakit cinta itu tak terbalas namun akan ada kebahagiaan tersendiri karena mampu membahagiakan orang tercinta. Selama aku menikah dengan mas Adipati tak ada kebahagiaan dalam rumah tanggaku hingga saat ini mas Adipati kembali mencuekiku seolah aku tak ada, dan malam ini aku sendiri sore tadi setelah aku pulang dari kantor mas Adipati, mas Adipati bilang tak akan pulang karena ia butuh sendiri, entah apa yang dipikirkan suamiku aku berharap dan berdoa suamiku memikirkan keputusan yang tadi pagi ia telah putuskan sendiri. Semoga kami bisa berbahagia, dan hidup rukun bersama untuk mendapatkan syurga kelak diakhirat nanti doa yang selaluku panjatkan. **** Author Pov Anggun melipat sajadahnya baru saja ia melaksanakan istikharah meminta petunjuk untuk permintaan sahabatnya. Anggun duduk diranjang lusuhnya menghapus air mata yang masih turun begitu saja dipipinya, ia masih sangat memikirkan permintaan Rania tadi siang, tak seharusnya ia gegabah menuruti permintaan sahabatnya, namun ia tak tega melihat Rania yang terus memohon kepadanya dan satu lagi yang dipikirkan Anggun hanya rumah tangga Rania, sebenarnya apa yang terjadi pada pernikahan Rania, kenapa Rania ingin menyerah jika ia tak mau menjadi istri kedua suaminya. Anggun bertanya tanya dalam hatinya apa Adipati begitu jahat pada sahabatnya sehingga Rania tidak bahagia, namun diluaran Rania terlihat begitu bahagia. Anggun takut akan semuanya, ia takut menjadi istri kedua Adipati, Anggun akui masih ada sedikit rasa pada lelaki itu namun demi Tuhan Anggun sungguh-sungguh sudah merelakannya, ia takut akan dicap sebagai perusak rumah tangga orang dan yang paling buruk ia takut semuanya tak berjalan baik. Anggun hanya bisa berdoa memohon petunjuk yang terbaik. **** Anggun berangkat kerja seperti biasa namun matanya agak sedikit bengkak mungkin efek menangis dan tidak tidur semalaman. Setelah berfikir semalaman ia akan berbicara pada Adipati Jam makan siang semua karyawan berhamburan keluar kantor, Anggun melangkahkan kakinya keluar kantor, pagi tadi ia berhasil mengajak bertemu Adipati, walau sebenarnya ia tak enak jika bertemu berduaan namun ia harus menemui dan berbicara pada Adipati "Assalamualaikum" ucap Anggun pada lelaki yang terduduk di pojok restaurant "Waalaikumsalam Anggun, ayo duduk" ucap lelaki itu dengan senyum tulusnya "Oke saya gak akan lama pak Adipati, ada yang ingin saya bicarakan" "Oke, kamu mau bicara apa Nggun? Kamu gak mau pesan dulu? Aku pesankan ya?" "Tidak usah pak, saya akan langsung ke intinya" "Panggil mas Nggun, tak usah seformal itu" "Tolong tolak pernikahan kedua itu pak, pasti bapak sudah tau mengenai hal itu kan? Saya minta bapak jangan menduakan istri bapak" ujar Anggun penuh dengan ketegasan walau tanpa menatap laki-laki yang duduk dihadapannya Adipati terdiam lalu tertawa sebentar untung saja restaurannya sepi jadi tak khawatir ada yang mendengar perbincangan mereka "Kenapa kamu meminta seperti itu? Bukannya kamu sendiri sudah menyetujuinya?" ucap Adipati begitu santai Anggun sedikit tergagap "Ituuu karena saya ingin menenangkan Rania" "Anggun sayangku, bukannya itu bagus kita akan menikah Nggun, walau kamu jadi istri keduaku namun kamu wanita yang aku cinta Nggun, aku gak akan menolak permintaan istriku, dia sendiri yang rela menawarkan" "Iya karena kamu ingin menceraikannya kan, kamu jahat ya mas, Rania kurang apa mas, dia baik dan sholehah, dia wanita yang pantas bahagia" ujar Anggun penuh emosi ia tak sangka laki-laki yang pernah memasuki hatinya begitu jahat pada Rania Adipati menatap wanita yang dicintainya menunduk tak mau menatapnya, namun ia masih seperti awal bertemu Anggun wanita yang tegas dan bijak "Memang Rania wanita yang sholehah, aku salah memilihnya Anggun, dia tak pantas untuk aku, aku ingin dia bahagia diluar sana namun Rania sendiri yang ingin mempertahankannya ia tak mau berpisah denganku dan menyarankanku untuk menikahimu Nggun" Anggun memberanikan menatap Adipati mata mereka bertemu namun dengan cepat Anggun mengalihkannya "Kamu adalah kebahagiannya Rania mas, Rania hanya punya kamu dan keluarga kamu, ia tak punya siapa-siapa lagi, hanya anak dikandungannya apa kamu gak kasihan dengan anak kamu sendiri mas, ia butuh kamu ayahnya, please batalkan permintaan Rania dan bahagiakan dia mas" pinta Anggun ia ingin Adipati membahagiakan Rania seorang diri "Aku takut semakin menyakitinya Anggun, memang aku mulai nyaman dengannya tapi rasa cintaku padamu lebih besar, aku tahu aku salah mencintai wanita yang bukan istriku namun itu nyatanya, kamu wanita itu Anggun sudah lama kita memendam rasa itu, dan mungkin aku ingin memiliki kalian berdua, aku janji tak akan pilih kasih dan aku janji akan membahagiakan kalian" ucap Adipati begitu percaya diri, ia juga telah memikirkan semuanya matang-matang mengenai rumah tangganya "Tidak semudah itu mas, apa satu istri saja tidak cukup? Aku yakin Rania adalah paket lengkap sebagai istri, aku tak mau Rania tersakiti, aku mau ia bahagia dengan kamu hanya kamu mas" ucap Anggun menekan kata hanya kamu "Sudahlah Anggun sudah kubilang cintaku masih besar untukmu untuk memilikimu, apa kamu tidak merasakan itu? Katakan Anggun, kamu masih ada rasakan padaku?" Anggun terdiam hanya ada sedikit rasa itu dan Anggun yakin itu bisa hilang dengan cepat dengan mencari seorang yang bisa menggantikan rasa itu "Kamu terdiam, dan aku yakini jawabanmu adalah iya, pikirkan Anggun, permintaan Rania sahabat kamu istri aku, kita pasti bisa bahagia bersama, menjalin rumah tangga bersama, aku yakin kita bisa, kalian berdua sama sama wanita yang sholeha dan kamu tau kan bahwa islam memperbolehkan poligami" Anggun terdiam tak menjawab. "Apa kamu tak mau cinta kita bersatu? Berbahagia bersama Itu pun jika kamu mau Rania sahabatmu bahagia, ya mungkin kalau kamu menolak Rania akan pergi dari hidupku, pikirkan Anggun." "Banyak kok rumah tangga yang berpoligami tapi bahagia" Kalimat itu terus terngiang dipikiran Anggun, Anggun berighstighfar menenangkan hati dan pikirannya, pembicaraanya dengan Adipati siang tadi bukannya mendapatkan yang ia mau nyatanya Adipati berbalik menyerangnya "Ya Allah aku harus bagaimana?" ucap Anggun yang terus berfikir.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD