4

993 Words
Di sebuah kamar inap, Elwin terbaring dengan keadaan yang masih sangat lemah. Ia belum sadarkan diri dari pertama kali ia masuk ke rumah sakit ini sampai siang menyapa. Ocha dengan setia menungguu hingga adiknya bisa sadar. Ia menunggu sendiri karena suaminya yang harus bekerja dan tidak mungkin meninggalkan pekerjaanya. Saat Ocha ingn mengambil sesuatu di dekat ranjang rumah sakit, Ocha merasa ada pergerakan dari sang adik yang masih terbaring lemah. Ocha mendekati adiknya yang mulai mengerjapkan matanya. Elwin sadar. Ocha cepat-cepat keluar kamar untuk memanggil dokter. Sementara Elwin yang baru tersadar dari pingsanya hanya melihat sekitarnya bingung. 'Gua dimana sih ?' Batin Elwin. Pintu kamar terbuka. Menampakan seorang memakai jubah putih, yang menandakan ia adalah seorang dokter. Elwin yang sedari tadi bingung akhirnya mengetahui dimana ia sekarang. Air mukanya berubah ketika ia mengetahui kalau ia berada di rumah sakit. " kenapa gua ada di sini ?! " bentaknya saat dokter menghampirinya yang membuat dokter itu kaget dan berhenti di tempat, meski masih lemas dia tetap saja membentak orang. Dokter yang sempat menghentikan langkahnya akhirnya melanjutkan langkahnya mendekati Elwin. " maaf pak, bisa saya periksa dulu ? " tanyanya sopan. Elwin yang sudah kesal dari tadi malah menepis tangan dokter itu ketika tangan sang dokter mulai memeriksa matanya. " jangan sentuh gua ! kenapa gua ada di sini sih kak ? " tanya Elwin kesal saat melihat kakaknya berdiri di belakang dokter tersebut. Sementara dokter itu hanya menarik nafas menahan emosinya. " lo apa-apaan sih hah ? Lo sakit, mangkanya di bawa kesini, lo sopan dikit dong sama dokter Tala, nggak punya sopan santun banget " bentak Ocha kesal. Sementara Dokter yang tak lain adalah Tala hanya diam masih menahan emosi. " kan ada dokter Randy, kenapa harus dibawa kesini ? " bentaknya tak mau kalah. Sementara Ocha sudah sangat kesal. Dokter Randy adalah dokter pribadi keluarga mereka. " dokter Randy nggak ada di Indonesia. Dia sibuk, pasien dia nggak cuma loe ya " ucap Ocha menahan emosi pada adiknya. Bagaimanapun dia masih sadar sedang berada dimana dia sekarang. " udah Pak, bu, jangan ribut. Maaf pak bisa saya periksa keadaan anda ?" lerai Tala yang sudah mulai bisa meredam emosinya. " periksa aja dok, kalo bisa suntik mati aja tuh anak " ucap Ocha kesal lalu pergi meninggalkan kamar inap. Tala sempat kaget dengan ucapan Ocha tadi, begitupun Elwin yang membelalakan matanya kaget. " gini, sekarang saya harus memeriksa keadaan anda, setelah itu, anda mau pindah rumah sakit atau apapun terserah, tapi saya harus melakukan pemeriksaan " Tala mulai berkompromi. Sementar Elwin sedikit kaget mendengar ucapan Tala tadi. "Dokter macam apa yang ngomong kaya gitu ke pasiennya ?" Batin Elwin kesal. Tala mulai memeriksa keadaan Elwin, sementara yang diperiksa hanya pasrah saja. " baiklah, anda boleh beristirahat, jangan banyak gerak dan jangan marah-marah apalagi berteriak, ini rumah sakit, jadi saya minta kerja samanya.  Saya permisi " ucap Tala lalu mulai meninggalkan kamar Elwin. Lagi-lagi Elwin kesal mendengar ucapan Tala tadi. .................................. Tala merasakan cacing di perutnya mulai berdemo. Ia lupa kalau tadi siang ia belum mengisi perutnya. Setelah memeriksa pasienya yang super rese tadi, yang membuat perutnya makin meronta ingin di isi. Akhirnya ia memilih pergi ke kantin rumah sakit untuk mengisi perutnya. Kebetulan jadwalnya untuk memeriksa pasien lainya dimulai jam 16.00, sekarang masih jam 14.50. "Masih ada waktu " batin Tala lalu mulai melangkahkan kakinya menuju kantin rumah sakit. Setelah memesan makanan, Tala memilih duduk di sebuah bangku kayu panjang. Ia mengeluarkan ponselnya sekedar melihat pemberitahuan di medsosnya. Ia memang salah satu pengguna medsos, tetapi tidak semua media sosial yang ia gunakan. Hanya beberapa yang menurutnya penting. Ia merasa ada seseorang di sebelahnya. Hanya saja dia tidak mempedulikanya. Ia pikir hanya seorang pelayan yang mengantarkan makanan. " permisi dok, boleh saya duduk disini ? " tanya seorang yang Tala yakini dia adalah wanita. Tala mendongakan wajahnya dan menatap siapa yang berbicara tadi. Ternyata seorang wanita yang sepertinya keluarga pasien. Tala merasa tidak asing melihat muka wanita itu. " silahkan " ucap Tala ramah. Perempuan tadi langsung duduk dihadapan Tala. " saya Ocha, kakak dari pasien yang tadi marah-marah sama dokter " ucap Ocha mengingatkan Tala. Seperti menjawab pertanyaan yang ada di benak Tala. " oh iya iya, haha " Tala mulai mengingat seseorang yang ada dihadapanya. " maaf ya dokter, adik saya emang punya kepribadian yang aneh " ucap Ocha merasa bersalah. " ia tidak apa-apa, oh iya saya belum memberi tahu anda tentang keadaan Elwin. Sepertinya Elwin masih harus dirawat beberapa hari. Keadaanya masih sangat lemas walaupun tadi ia sudah bisa marah-marah, tapi ia masih butuh perawatan " jelas Tala yang sedikit meledek. Sementara Ocha bukannya tersinggung malah tertawa lepas mendengar penuturan Tala tadi. " hahaha...memang dia itu, mau sakit mau sedih, mau dalam keadaan apapun, tetep aja marah-marah, emang darah tinggi kayaknya tuh orang, marah-marah mulu " ceblak Ocha yang membuat Tala ikut tertawa. " emang parah. Eh kita ngomongnya jangan formal ya, perasaan nggak enak aja gitu " Tala mengangguk menyetujui. Ya, Tala merasa nyaman saja berbicara dengan Ocha, padahal ia baru saja saling mengenal. " oh iya, kamu umur berapa sih ? " tanya Ocha penasaran. " Masih muda pokoknya kak" ucap Tala mulai berbicara seperti biasa, sedikit bercanda. " Ya aku juga tau kamu masih muda, aku kan nggak bilang kamu udah tua, aduh kesel" Ocha sedikit kesal mendengar penuturan dari Tala, sementara Tala hanya tertawa melihat tanggapan dari wanita dihadapannya kini. Lalu mereka mulai bercerita dan mengobrol seperti 2 orang wanita yang sudah lama kenal. Mereka bercerita sambil menikmati makanan yang mereka pesan tadi. Mereka saling melempar canda dan tawa. Tidak terasa sudah lumayan lama mereka berbicara. Tala harus kembali bekerja. " Ka aku balik kerja lagi ya, bentar lagi harus meriksa pasien " ijin Tala pada Ocha. " oh iya, aku juga mau balik ke kamar si rese deh " ucap Ocha di iringi tawa dari mereka. Mereka akhirnya berpisah di pintu kantin rumah sakit. Tala harus kembali bekerja, sementar Ocha harus menjaga adiknya kembali.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD