3

1150 Words
Di sebuah ruangan yang cukup besar yang berada di salah satu gedung perkantoran di ibu kota, Elwin sedang duduk dengan beberapa berkas yang berada di hadapanya saat ini. Ia masih sedikit memikirkan apa yang terjadi saat di cafe waktu itu, rasa malu dan kesal bercampur aduk ketika mengingat hal itu. Tapi, semua berkas yang berada di depanya sekarang cukup menyita pikiran Elwin, dan akhirnya lebih ia lebih memilih fokus pada tumpukan kertas tersebut. " Win, lo makan dong, setidaknya minumlah, hampir seminggu ini pola makan lo nggak bener, mana jarang banget gua liat lo minum. Gue tau lo sibuk, tapi nggak ngerelain kesehatan juga kan. " Ucap Dika khawatir. Pasalnya hampir seminggu ini Elwin terus berkutat dengan berkas-berkas yang menumpuk. Ketika berhadapan dengan berkas dan juga dokumen, ia akan lupa dengan waktu, bahkan untuk minum saja dia bisa lupa, apalagi makan. " apasih, lo bawel deh " ucap Elwin kesal. Sahabatnya ini kalau lagi khawatir seringkali berlebihan menurutnya. Elwin merasa baik-baik saja, tapi tidak dengan wajah dan tubuhya yang memperlihatkan ada yang tidak beres dengan kesehatan Elwin. " duh Win, lo liat wajah lo di kaca, udah kaya mayat hidup tau nggak " ucap Dika kesal. Sahabatnya ini susah sekali jika diberitau. " udah deh, jangan ganggu gua kerja, proyek ini penting banget buat perusahaan kita, lo mending nyelesain kerjaan lo, biarin gua kerja " ucap Elwin lalu kembali bekerja. Melihat gelagat Elwin yang seperti itu menandakan keinginanya sudah tidak bisa di ganggu gugat, akhirnya Dika pasrah dan kembali ke mejanya untuk bekerja. Tetapi sesibuk apapun ia dan sebesar apapun ia mementingkan dirinya, jika Kakaknya meminta tolong sesuatu pasti akan dilakukanya. Seperti saat ini, Elwin menerima pesan dari kakaknya agar mau menjemputnya dirumah sakit. Elwin pun segera pergi menuju rumah sakit yang diberitahukan oleh kakaknya. Elwin sampai di rumah sakit dan langsung menuju tempat dimana kakaknya berada. Kakaknya tidak sakit,hanya sedang mengantarkan anak-anaknya untuk chek up setiap bulan, dan Elwin sudah sangat hapal karena sering menjemput kakaknya jika suaminya sedang tidak bisa menjemput mereka. Elwin berjalan sambil asyik melihat layar ponselnya, tiba-tiba saja ia menabrak seseorang yang sepertinya sedang terburu-buru. Elwin pun sedikit terhuyung akibat tabrakan yang baru saja terjadi. “heh!! kalo jalan liat-liat dong. “ucap Elwin dan ketika ia melihat siapa yang baru saja ia tabrak, Elwin makin emosi dibuatnya. “yang nggak liat kedepan siapa ya ?”jawab seseorang itu yang membuat Elwin makin kesal. “ kenapa sih anda selalu buat saya emosi ? kenapa juga harus bertemu anda lagi “ Elwin berkata dengan sedikit nada bentakan yang membuat beberapa orang yang lewat disekitarnya menatap mereka berdua heran. “maaf ini rumah sakit bukan hutan atau café seperti kamarin, disini butuh ketenangan. Dan saya juga tidak berharap bertemu dengan Bapa lagi, permisi “ balas seseorang itu yang tidak lain adalah Tala dengan sopan dan langsung pergi dengan ponsel yang ia taruh kembali di kupingnya. Ya dia sedang menelpon dan terburu-buru. Sementara Elwin hanya memandang Tala kesal, belum juga ia membalas perkataan Tala, tetapi cewe itu sudah pergi saja dari hadapanya. Elwin kembali berjalan sambil menenangkan pikirannya. Ia akhirnya bertemu dengan kakaknya juga keponakannya dan segera mengantar mereka. Beberapa menit kemudian mereka sampai di sebuah rumah dimana kakaknya tinggal. “win ngk masuk ? makan dulu yu, kamu pasti belum makan kan ? “tanya Ocha, kakak Elwin. “nggak kak, aku langsung ya, dahhh “Elwin menolak tawaran kakaknya dan segera pergi menuju ke kantornya kembali. Elwin bekerja hingga larut malam, bahkan pekerjaanya ia bawa kerumah untuk menyelesaikannya dirumah. Dirumahnya ia hanya tinggal bersama pembantunya, sementara orang tuanya berada di luar negeri dan kakaknya juga tinggal bersama keluarganya. Elwin sudah merasakan ada yang salah pada tubuhnya, mungkin juga pada kesehatanya. Namun dasarnya si kepala batu dan workaholic membuat ia tidak mempedulikan kesehatanya. Pekerjaanya belum selesai juga, padahal waktu sudah menunjukan pukul 4 pagi. Elwin merasaka pusing yang amat sangat, dan badanya juga mulai menggigil kedinginan. Akhirnya ia memilih untuk meninggalkan pekerjaanya dan memilih tidur. 'Mungkin setelah tidur semuanya akan baik-baik saja ' fikir Elwin lalu mulai merebahkan diri. Ternyata pikirannya salah, saat jam setengah 6 pagi, ia mulai merasakan keringat dingin dan badannya sangat lemas, ia mencoba berteriak untuk memanggil pembantunya. Dia terus berusaha. Untungnya pembantu dirumahnya itu sudah bangun. Karena mendengar namanya dipanggil, pembantu itu pun langsung pergi menuju kamar Elwin. Saat memasuki kamar Elwin, pembantunya itu langsung menghampiri Elwin yang sudah lemah tak berdaya. Pembantunya langsung menelfon Ocha dan Dika. Tiga puluh menit setelah menelpon, Dika datang dan segera membawa Elwin menuju rumah sakit terdekat, masalahnya rumah sakit terdekat dari rumah Elwin membutuhkan sekitar 45 menit, jika beruntung dapat ditempuh sekitar 30 menit. Dan kali ini Elwin beruntung, karena jalanan yang masih sepi mengingat jam belum menunjukan jam padatnya kegiatan warga di ibu kota. Sesampainya dirumah sakit, Elwin langsung di bawa ke ruang UGD untuk di periksa. Tidak lama Elwin masuk ke ruangan, Ocha, kakak Elwin datang bersama suaminya lalu segera menghampiri Dika yang berada di luar ruangan. " Dik gimana keadaan Elwin ? " tanya Ocha khawatir. “ aku belum tau kak, dia baru aja masuk, dokternya juga lagi dipanggil soalnya emang jamnya dokter itu kerja katanya jam 7, tapi untungnya dokternya udah dateng dari tadi " ucap Dika sedikit menenenangkan. Oca terduduk lemah, ia sangat khawatir dengan keadaaan adiknya yang keras kepala itu. Sementara sang Suami berusaha menenangkan Ocha.  " ah iya aku lupa hp aku ketinggalan di mobil, gimana nih mau ngabarin mamah " ucap Ocha teringat sesuatu.  " ya udah, aku aja ya yang ambil, kamu tunggu sini " ucap Suami Ocha lalu segera beranjak pergi. Setelah suaminya pergi, tidak lama dokter dan seorang Suster masuk untuk memeriksa Elwin. " eh kak, aku ijin pulang ya, soalnya mau mandi sama ke kantor biar bisa ngurusin kerjaan Elwin dulu " pamit Dika pada Oca. " iya kamu hati-hati ya, jaga kesehatan kamu juga " pesan Oca menasehati. " iya kak, ntar sore aku kesini lagi deh, aku pulang ya " pamit Dika sekali lagi lalu pergi meninggalkan Ocha sendiri. Sepuluh menit setelah Dika pergi, pintu ruangan terbuka. Seorang dokter menghampiri Ocha dan menyampaikan diagnosis yang di dapat dokter tadi pada Elwin. “ Bapa Elwin di diagnosis terkena Anemia karena kelelahan dan kekurangan cairan pada tubuhnya. Dan untuk lebih lanjut kami menyarankan untuk dilakukan rawat inap agar pasien bisa di periksa lebih lanjut. “ucap seorang Dokter tersebut. Sementara Ocha yang mendengarnya hanya mengangguk dan mempersilahkan sang dokter untuk melakukan sesuai dengan prosedur yang ada. ....................................... Tala sedang duduk di bangkunya sambil melihat data pasien yang ia tanagani. Tak lama terdengar suara pintu diketuk dan setelah di persilahkan, seorang wanita berpakain suster masuk ke dalam ruangan Tala. " dok, ada pasien yang baru masuk tadi, ini data diri dan diagnosis yang didapat dari pemeriksaan, sekarang pasien sudah berada di ruangannya." Ghina melapor lalu segera ijin keluar. Tala segera melihat data dari pasien tersebut dan mempelajari diagnosis yang tertera di dalamnya. ....................................
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD