Butler

1649 Words
Presidential suite adalah tipe kamar VVIP yang memiliki fasilitas lengkap dan disediakan untuk tamu yang menyukai privasi. Tipe kamar dengan fasilitas ini hanya ditemukan di hotel bintang lima seperti 'CBO hotel and resort'. Disebut presidential suite juga untuk menunjukkan bahwa ini merupakan kategori kamar tertinggi di hotel tersebut. Berbagai fasilitas mewah tersedia khusus bagi tamu yang menginap di kamar ini. Mulai dari kamar yang lebih dari satu, hingga bisa tiga ruang tidur, ruang tamu, ruang makan, area kerja yang besar, hingga kolam renang pribadi dan jendela anti peluru. Kamar ini juga menyediakan layanan pribadi seperti butler. Fasilitas yang terpenting adalah akses khusus yang langsung mengarah ke kamar tersebut. Ursulla meneguk ludah, ia tercengang tak bisa membayangkan berapa banyak uang yang dihabiskan pelanggan hanya demi menginap di kamar hotel dengan fasilitas ini. Bahkan harga sewa kamar dengan fasilitas biasa di hotel ini saja sudah sangat menguras dompet. Ursulla hanya menggelengkan kepala, orang gila mana yang menghabiskan waktunya di sini. Seperti yang tengah dilakukan tamu VVIP misterius yang belakangan santer dibicarakan. *** Penghuni kamar VVIP itu begitu tertutup. Tak ada yang tahu siapa penghuni kamar nomer 2020 itu, mereka memanggilnya dengan sebutan tuan R. Sosoknya yang misterius hingga membuat karyawan hotel penasaran. Pelanggan VVIP itu seolah enggan berbaur dan menyembunyikan dirinya dari kalayak umum. Bahkan staf karyawan yang bertugas pertama kali mengantarkan masuk ke kamar itu juga tak begitu tahu dengan jelas siapa pelanggan VVIP tersebut. Ketika di awal pemesanan kamar, resepsionis hanya di hadapkan pada seorang pria bertubuh besar yang bertugas memesankan tempat. Selanjutnya sang resepsionis yang sebelumnya sudah diberitahukan oleh atasan akan kedatangan tamu penting itu hanya mengangguk dan memberi akses masuk kepada pria yang mengaku utusan tuan R. Kemudian rombongan pria berseragam hitam - hitam yang terlihat seperti pengawal langsung melesat masuk, mengiringi seseorang dengan pakaian berbeda berjalan di tengah mereka. Bisa dipastikan orang tersebut adalah Mr. R. Karena banyaknya rombangan yang masuk membuat karyawan hotel tak bisa melihat jelas bagaimana rupa, penampilan serta usia si Mr.R tersebut. Dan sejak pertama kali tuan R datang, sampai sekarang ia sepertinya tak pernah keluar dari kamar tersebut. Hanya beberapa pengawalnya saja yang terlihat keluar masuk hotel. Hal ini jelas semakin menambah kesan misterius. Beberapa karyawan hotel saling berspekulasi, ada yang mengatakan tamu VVIP tersebut ialah seorang pembunuh berdarah dingin yang sengaja menyembunyikan identitasnya. Ada yang bilang dia seorang pengusaha tua kaya raya bertangan besi. Ada yang berpendapat bahwa Mr. R merupakan anak dari pemilik asli hotel ini. Ada juga yang mengatakan ia adalah seorang mafia kelas kakap dan bersembunyi di hotel dengan keamanan serta privasi paling terjaga. **** "APA?" Ursulla tercekat, setengah menjerit saat dia menerima informasi itu. Begitupun Gunia yang saat ini tengah berada di ruangan bersamanya. "Ya, ini perintah langsung dari atasan mengingat tamu itu sangat penting." Miss. Silla menatap tajam ke arah gadis yang saat ini duduk di hadapannya, dengan suara tenang namun penuh wibawa ia melanjutkan, "Mulai besok kau sudah dipindahkan untuk menjadi pelayan pribadinya." Kenapa harus dia? Ursulla tak bisa menyembunyikan kebingungannya. Saat ia hendak membuka suara untuk bertanya, tiba-tiba saja Gunia menyahut. "Tapi, kenapa harus Ursulla? Dia masih karyawan baru di sini. Dan tugasnya bukanlah sebagai pelayan, apalagi melayani tamu khusus, harusnya orang yang lebih berpengalaman." Ya, Ursulla hanyalah karyawan biasa yang bertugas mempersiapkan kamar. Miss. Silla bersendekap matanya menyimpit lalu mendesis, "Apa kau adalah atasan di sini Gunia?" Kalimat itu jelas menohok Gunia, dan ia pun tertunduk lalu menggeleng parau, tetapi ia masih bersikeras membujuk agar temannya yang baru bekerja ini tidak dipindah tugaskan sebagai pelayan. Apalagi melayani tamu misterius dengan fasilitas presidential suite. Gunia memberi tatapan prihatin dan takut mengingat Ursulla pasti belum berpengalaman. Miss. Silla berdiri dari duduknya lalu berucap, "Ini adalah perintah langsung dari Direktur Hito." Lalu mendekati Ursulla memberi tatapan menilai, "Kau juga akan mendapat gaji tambahan. Dan entah kenapa dari sekian banyak karyawan ia memilihmu." Ada kerutan tak kentara di dahi Miss. Silla ketika mengucapkan kalimat itu. Ursulla hanya diam membeku, kemudian mengangguk pasrah. Dipindahkan atau tidak tak masalah bagi dirinya. Tapi, di sisi lain Ursulla merasakan kecemasan luar biasa yang merayapi. Menjadi butler untuk tamu VVIP haruslah sangat hati-hati, dituntut untuk melayani dengan baik tak boleh ceroboh dan tak boleh ada kesalahan sedikitpun. Dan dia sama sekali tidak berpengalaman. Tentunya masih banyak karyawan lain yang lebih senior dan potensial bukan? Ya menjadi butler khusus tamu VVIP adalah suatu kehormatan tersendiri. Meskipun lebel pelayan namun posisi ini merupakan posisi yang cukup tinggi. Bahkan biasanya manager lah yang tak segan mengambil alih menjadi butler pribadi tamu dengan fasilitas VVIP sebab lebih bisa berkomunikasi dengan baik serta tau seluk beluk hotel, dibanding dengan pelayan - pelayan biasa. Sebelum melangkah pergi kepala manager menambahkan, "Ow ya... kau pelayan pribadi sekaligus pelayan satu-satunya yang dikhususkan menangani tuan R." Pupil Ursulla sedikit melebar, ia tercengang. Pelayan satu-satunya. Ia terus mengulangi kalimat itu, dan menelaah semua. Dengan kata lain tidak ada teman sesama butler yang membantu dia nanti, semua harus ia kerjakan sendiri. Tiba-tiba saja, dia merasa takut. Bagaimana jika tamu VVIP itu adalah orang yang menyeramkan, pengusaha tua m***m atau mafia seperti yang dibicarakan banyak orang. Memikirkan itu Ursulla hanya bisa meneguk ludah. Dan rupanya kecemasan Ursulla bisa terbaca oleh sahabat sekaligus managernya, Gunia menyentuh pundak Ursulla dengan lembut,  "Tenang Ursulla, nanti aku pasti membantumu." Ucapnya meyakinkan. Ursulla tersenyum lega, beruntung ia mempunyai teman sebaik Gunia, "Terimakasih manager Gun." **** "Bagaimana?" "Besok dia sudah mulai menjadi butler anda tuan." Ucapnya penuh sopan. "Bagus." Ada sunggingan di bibir pria yang saat ini duduk di sofa kebesarannya. "Kau boleh pergi direktur." Direktur Hito mengangguk, hendak melangkah pergi namun sebelum itu dengan hati - hati ia mengajukan pertanyaan yang selama ini ada di benaknya, "Maaf tuan.. Kenapa anda memilih karyawan baru itu?" "Karena aku penasaran dengannya." **** Ursulla meredam tubuhnya di sebuah pemandian air hangat dengan aroma wangi yang menyenangkan. Ursulla menikmati setiap sapuan air yang menggenang di tubuh telanjangnya. Menghirup dalam kenyamanan sambil memejamkan mata. Tiba-tiba, sebuah lengan kekar merangkul pinggangnya dari belakang. Dirasakan hembusan nafas hangat menyapu kulitnya. Pria itu setengah menunduk, mengecupi telinga, pipi, lalu menjalar mengecupi lekukan leher dan turun mengecup pundak Ursulla, meninggalkan jejak - jejak basah. Mengirimkan gelenyar panas di kulit telanjangnya. Ursulla setengah mengerang, menikmati setiap cumbuan yang dilakukan pria itu. Lalu, pria tersebut membelai mesra punggung telanjangnya, memberikan sentuhan-sentuhan menggoda. Dan tanpa bisa ditahan, pria tersebut membalikkan tubuh Ursulla agar saling berhadapan, pria itu kemudian mencium bibir Ursulla dengan lembut, mencecapnya lalu berubah menjadi ciuman dalam penuh gairah. Ursulla masih memejamkan mata, pasrah dan menikmati setiap cumbuan yang dilakukan pria tersebut. Saat ia membuka mata, pria itu berbisik. "Aku merindukanmu Sulla." > > > Ursulla langsung membuka mata, bangun dari tidurnya. Ia menepuk-nepuk pipinya yang memerah. Astaga!! Lagi - lagi bermimpi  dan mimpi erotis apa ini? Ursulla menggeleng mengusir bayangan mimpi yang barusan ia rasakan. Dan dengan siapa ia melakukan hal tersebut. Ursulla mendengus, sungguh konyol kenapa ia bisa-bisanya bermimpi seperti itu. Diusapnya peluh yang mengucur di dahinya. Ia mengatur nafas, kemudian beranjak dari tempat tidur bergegas ke kamar mandi membersihkan tubuh dan dirinya dari pikiran kotor. Hari ini ia harus fokus dan semangat. Dia akan melaksanakan pekerjaan pertamanya sebagai butler. **** Gunia memberikan interuksi - interuksi mengenai cara menjadi pelayan pribadi tamu VVIP. Mulai dari sikap, cara berjalan dan cara berkomunikasi harus ditata rapi. Bila beruntung, ia akan mendapat tips dari pelanggan. Sangat ribet. Tidak seperti pelayan biasa pada umumnya. Dan dirinya harus siap sedia berada di ruangan khusus yang terhubung langsung ke kamar VVIP itu.  Ursulla hanya bisa menghela nafas, meyakinkan diri sendiri bahwa ia pasti bisa melakukannya. Dan tugas pertamanya ialah membawakan handuk bersih dan memperkenalkan diri kepada Mr.R namun terlebih dahulu ia harus menemui Direktur Hito untuk interuksi selanjutnya. "Sulla, kalau kau bertemu Mr. R nanti ceritakan padaku seperti apa dia." Sora yang juga slah satu karyawan di sana terlihat antusias mengetahui sang tamu VVIP begitupun dengan beberapa karyawan lain. Ursulla hanya mengangguk, "Itu kalau aku tidak dilarang menyembunyikan identitasnya." Lalu Ursulla melangkah pergi menuju ruangan Direktur yang terletak di lantai atas. Dilihatnya beberapa pria berpakaian hitam-hitam tengah berjalan di depannya ada sekitar tujuh orang. Mereka terlihat sama. Dan dari penampilan mereka bisa dipastikan adalah para pengawal tuan R. Ursulla mengernyit, tiba-tiba dirinya dilingkupi rasa cemas. Pengawalnya saja begini, begitu elegan. Apalagi Mr. R? Bagaimana kalau dia melakukan kesalahan? Orang kaya biasanya selalu menginginkan sesuatu yang sempurna pelayanan tanpa cacat. Saat Ursulla larut dalam kecemasan tanpa sengaja ia menubruk salah satu pengawal. Membuat dirinya jatuh tersungkur menghamburkan handuk yang tengah dibawanya. "Ma... Maaf tuan." Ursulla setengah menunduk sembari meruntuki kecerobohannya, lalu dengan panik segera memunguti handuk yang berjatuhan di lantai. Kemudian tanpa sadar, pengawal tuan R yang ditabraknya tadi ikut mengambil handuk yang berhamburan. Lalu membantu melipatnya dengan rapi dan memberikannya pada Ursulla. "Terima kasih." Ursulla menerima handuk - handuk tersebut dan kali ini ia meluruskan pandang menatap pria yang mau repot-repot membantunya. Dan manik gelapnya melebar, bibirnya setengah menganga. Terpana melihat sosok yang menjulang tinggi di hadapannya. Pria bersetelan hitam, pakaian yang dikenakannya pas membalut tubuh proposionalnya. Mata cokelatnya tajam nan memikat, alisnya sedikit tebal dengan wajah yang sungguh memesona. Tampan sekali.... Ursulla tak bisa menyembunyikan kekagumannya, hanya sementara. Kemudian ia mengerjapkan mata. "Maaf dan terima kasih atas bantuannya tuan...." "Raiden, namaku Raiden." Pria tersebut mengenalkan namanya dengan suara dingin namun tampak lembut. "Ahh, iya tuan Raiden." Ursulla pun menunduk sekali lagi memberi isyarat permintaan maaf dan entah kenapa tatapan tajam pria itu membuatnya gugup. Pria itu mengamati Ursulla dengan pandangan tak terbaca. "Ya, tidak apa-apa Sulla." Ursulla mendongak, ia sedikit tercekat kenapa pria ini tahu namanya? namun akhirnya ia tersadar dan melirik tage name yang terdapat di saku bajunya. Mungkin karena itu. Sudut bibir pria tersebut terlihat sedikit terangkat, lalu melirik jam tangan yang ia kenakan dan berucap, "Aku permisi dulu." Ia hendak melangkah namun berhenti sebentar.... menoleh ke arah Ursulla, "Nanti kita akan sering bertemu nona." Ucapnya dengan nada penuh misteri, meninggalkan Ursulla yang masih terpaku di tempat. **** Ursulla mengetuk pintu ruangan, perlahan ia masuk dan menemukan sang Direktur tengah duduk di kursi menunggu dirinya. Direktur Hito nampak tersenyum, lalu memberi isyarat agar Ursulla duduk. Tanpa basa-basi, atasannya itu memberikan interuksi - interuksi hal apa saja yang harus Ursulla lakukan selama menjadi butler tuan R. Dari penjelasan sang direktur, bisa ia tangkap bahwa mr.R merupakan tamu yang sangat spesial. "Kau mengerti Ursulla?" Ursulla pun mengangguk, "Iya pak." Direktur Hito pun langsung bangkit dari kursi dan bergegas, "Ayo... Kita harus menemui tuan R dan memperkenalkan dirimu padanya." Sekali lagi Ursulla mengangguk dan melangkah mengikuti direktur Hito menuju kamar VVIP.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD