Tuan R

1783 Words
Ruangan itu sangat luas bahkan terlihat seperti rumah daripada dikatakan kamar. Ursulla serta direktur Hito masuk tidak menggunakan pintu utama melainkan melalui ruang khusus yang terhubung langsung ke dalam kamar VVIP tersebut. Akses pribadi tentu saja memiliki jalan pribadi pula. Ursulla tercengang begitu dia masuk dan melihat sungguh luar biasanya kamar dengan fasilitas VVIP tersebut. Ini adalah kali pertama dia menginjakkan kaki serta melihat langsung kamar 'Presidential Suite' meskipun dia dulu sebagai petugas kamar namun dia tidak diperkenankan menata kamar VVIP. Karena untuk bagian yang menangani kamar VVIP sudah disediakan karyawan khusus. Oleh karena itu, ketika dia mendapat tawaran dipindah kesini ia begitu bersyukur meski ada rasa takut yang menggayuti. Ursulla masuk. Mata hitamnya memindai ke penjuru ruangan. Sepi.... Di mana penghuninya? Ursulla menoleh ke arah sang direktur dan menemukan direktur Hito tengah berjalan di sisi ruangan. Ruangan tersebut adalah kolam renang khusus kamar ini. "Pelayan pribadi anda sudah datang tuan." Ucap sang direktur sembari membungkuk penuh hormat. Kemudian mengisyaratkan Ursulla agar datang membawakan handuk bersih yang dibawanya di sana. Rupanya Mr. R tengah berenang. Ursulla yang melihat atasannya begitu menghormati tuan R jadi bertanya-tanya. Begitu penting kah kedudukan si tuan R? Dengan langkah pelan dan penuh kehati-hatian, Ursulla berjalan mendekat lalu meletakkan tumpukkan handuk ke sebuah wadah yang memang sudah disediakan khusus. Si tuan R terlihat tak menggubris, dia masih santai menenggelamkan tubuhnya di kolam. Kemudian Direktur Hito menyuruh Ursulla memperkenalkan diri. Ursullapun menggangguk lalu dengan ragu ia mengenalkan dirinya. Ragu... Karena mungkin tuan R tidak akan mendengar dan mempedulikannya. "Nama saya Sulla tuan, saya adalah bluter pribadi anda. Jika anda membutuhkan sesuatu, anda bisa menghubungi saya." Ucapnya penuh sopan dan sesuai interuksi yang Gunia ajarkan. Meskipun Mr. R memunggunginya, pria itu mengangkat sebelah tangan sebagai isyarat bahwa dia mengerti. Ursulla mengernyit, 'Sungguh tidak sopan.' Harusnya dia menatap lawan bicaranya, bukan malah memunggungi dan asyik berendam. Ahh... Orang kaya memang semena-mena seperti Raja saja. Kemudian tuan R berseru, "Kau boleh pergi direktur." Direktur mengangguk, "Ya tuan." Lalu lewat tatapan mata direktur memberi tanda supaya Ursulla bekerja dengan baik sebelum melangkah meninggalkan kamar VVIP. Dan Ursulla masih berdiri mematung di sana. Bingung apa yang harus ia lakukan. Kemudian dengan kehati-hatian ia memberanikan diri untuk bersuara. "Apa tuan membutuhkan sesuatu? Jika tidak saya mohon undur di~." "Tidak, kau tetap di sini." Tuan R seketika memotong ucapan Ursulla. Membuat gadis itu mengernyit bingung. "Kau tetap di sini, sampai aku selesai puas merendam tubuhku." Mulut Ursulla setengah menggerutu, sejujurnya ia sedikit jengkel dengan sikap si tamu VVIP ini. Ditambah dengan perintah itu. Apa? harus menunggu di sini sampai dia selesai berendam. Ciahh.... Sungguh konyol. Menunggu berdiri di sini tanpa melakukan apapun pasti membuatnya, celingak-celinguk seperti orang hilang dan tersesat di peradaban asing. Ursulla mendengus, ya bagaimanapun juga dia sekarang adalah pelayannya dan harus menuruti apapun perintah tuan R. "Bawakan handuk kemari Sulla!" Ursulla mengerjap bangun dari lamunannya kemudian mengangguk patuh. "Ya tuan." Ia langsung bergegas mengambil handuk berwarna putih yang tadi dibawanya lalu memberikannya kepada tuan R. Tuan R berenang ke tepian kolam kemudian bangkit menuju daratan, dengan seluruh tubuh kuyup menampakkan d**a telanjangnya, ia mengkibas-kibaskan rambutnya yang lepek terkena air perlahan berdiri lalu berjalan mendekati Ursulla. "Ini tuan." Saat Ursulla membalikan badan dan mengulurkan tangan menyerahkan handuk putih itu, manik gelapnya melebar sempurna ketika melihat jelas sosok Mr. R yang saat ini sudah berdiri tidak jauh di hadapannya. **** "Aku tidak berhasil masuk." Ucap seseorang di balik ponselnya. Kemudian ia menggelengkan kepala, "Tidak... Maksudku hanya saja belum bisa masuk." "Aku tidak mau tahu, pokoknya kau harus segera memastikan dan mencari informasi sebanyak-banyaknya." Perintah tak terbantahkan suara di seberang membuat gadis itu mengangguk penuh tekad, "Baik." Lalu segera menutup teleponnya. Sembari melihat kiri kanan memastikan tak ada yang mendengar percakapan barusan. **** Ursulla masih bergeming terkejut, namun segera ia mengontrol ekspresinya, dengan terbata ia berucap, "I... ini tuan." Tuan R menerima handuk tersebut, lalu segera mengusap-usapkan ke rambutnya yang basah membuat rambutnya acak-acakan. Kemudian entah sejak kapan tuan R memasang jubah mandi berwarna putih ke tubuhnya. Ada sunggingan di bibir tuan R ketika melihat Ursulla yang menunduk terlihat gugup. Tuan R mendekat langkahnya pelan namun sarat akan intimidasi. Dia berdiri tegak dengan tatapan tajam di hadapan Ursulla membuat gadis itu refleks mundur dan tersudut di kaca pembatas ruangan. Tuan R sedikit membungkuk. Mensejajarkan wajahnya ke wajah Ursulla. "Kita bertemu lagi." Ursulla masih menunduk takut dan cemas. Melihat tak ada reaksi dari wanita itu membuatnya lebih mendekat. "Tidak kah kau mengingatku Sulla?" Ursulla membeku, ditatap sedekat ini membuatnya tak bisa berkutik dan sejenak ada sesuatu dari dalam dirinya berdesir. Entah apa itu Ursulla tak tahu. Kemudian ia tergeragap, "Tentu saja saya mengingat anda tuan." Bagaimana dia bisa lupa, toh baru beberapa waktu lalu dia bertemu bukan? Lalu tiba-tiba saja kepala Ursulla semakin menunduk, memasang wajah penuh penyesalan,  "Sa... Saya yang tidak sengaja menabrak anda tadi. Maaf, maafkan saya tuan... Saya benar-benar tak sengaja, maafkan saya!" Tuan R mengangkat sebelah alis, lalu menegakkan kembali tubuhnya. Ia mendengus, "Bukan tadi... Jauh hari kita sudah pernah bertemu." Ucapnya pelan kemudian mundur, lalu berlalu meninggalkan kolam. Ursulla memiringkan kepala bingung, apa maksud ucapannya barusan? Bukankah tadi mereka memang baru bertemu. Dan pria itu... kalau tak salah memperkenalkan diri dengan nama Raiden. Awalnya Ursulla begitu tak menyangka bahwa Mr.R ialah sesosok pria muda yang sangat menawan dan  tak sengaja ditubruknya tadi yang dikiranya adalah seorang pengawal. Astaga!! Ursulla panik, habis sudah jikalau tuan R marah akibat insiden tak sengaja tadi. Melihat Ursulla yang masih berdiri membeku, tuan R langsung berseru, "Aku haus .... Bawakan minum!" Ursulla sedikit berjingkat keluar dari kesadarannya lalu mengerjap, "Ya tuan." kemudian melangkah mengambilkan minuman. **** Hati-hati Ursulla melangkah dengan nampan berisikan gelas air putih. Lalu memberikannya kepada tuan R yang saat ini duduk di sofa. Entah kenapa aura pria ini terlihat menakutkan dan berkuasa. "Ini tuan." Tangan Ursulla terlihat gemetar saat menyodorkan gelas itu, membuat Mr.R menyimpitkan mata. Gadis ini takut padanya. Dengan gerakan cepat Mr. R menyambar gelas tersebut hendak meminumnya. Namun sejenak sebelah alisnya terangkat, tiba-tiba terbelesit pikiran untuk mengerjai wanita ini. Berani-beraninya dia bisa melupakannya. "Aku ingin jus." Ucapnya dengan nada dingin nan tegas lalu meletakkan serampangan gelas berisi air itu. Ursulla terkesiap, meruntuki kebodohannya. Kenapa tadi ia tak menanyakan minuman yang tuan ini inginkan. "Ahh maaf tuan, akan saya pesankan." Ursulla berlalu pergi namun sejenak ia menghentikan langkah dan menoleh ke arah tuan R memastikan apa yang di inginkannya. "Jus apa tuan?" "Jus wortel dengan beberapa sayuran sehat di dalamnya." Ursulla mengangguk, "Ya tuan segera saya pesankan!" Setengah berlari Ursulla menuju ke dapur khusus yang terhubung langsung ke kamar VVIP. Ruangan itu adalah ruang masak dimana sudah terdapat koki di sana yang hanya diperuntukan bagi pelanggan VVIP saja. Tak berselang lama jus yang dipesan tuan R telah jadi. Dan seperti biasa Ursulla yang sebagai bluter tengah mengantar minuman itu. "Jus anda tuan." Tuan R yang telah berganti pakaian dengan kemeja putih formal, rambut di sisir rapi ke belakang membuat semakin terlihat penuh kuasa. Dan.... Semakin menawan. Ursulla meneguk ludah, bagaimanapun dia juga wanita normal. Mengagumi pria tampan itu hal yang biasa bukan? Tuan R mencicipi jus itu, mengernyit tak suka. "Terlalu manis, bisa membuatku diabetes." Sekali lagi tuan R menolak, lalu meletakkan jus itu kembali. Sabar. Ursulla menghela nafas, menggigit ujung bibir bawahnya. Apa orang kaya selalu pilih-pilih? "Saya akan pesankan lagi tuan." Tuan R menatap Ursulla dengan ekspresi datar sembari bersendekap, "Tentu saja kau harus memesannya lagi." "Ya tuan." **** Jus ke-dua ia antar, sebelumnya sang koki dan Ursulla memastikan bahwa rasanya sudah pas. Tidak terlalu manis dan tidak terlalu hambar. "Kau lama sekali?" Nada ketus keluar, kali ini Mr. R berdiri bersender di tembok ruang. Terlihat seperti menunggu Ursulla. Memasang ekspresi menyebalkan. "Ahh... Aku jadi tak berselera." Sial.... Ursulla menggertakkan giginya berusaha bersabar, namun hatinya mengumpat habis-habisan tuan R yang menyebalkan. Kurang dari 24 jam, Ursulla sudah mengetahui seperti apa tuan R ini, ia sangat menjengkelkan. "Aku ingin kopi." Ursulla menghela nafas lelah, lalu memutar bola mata jengkel. Tapi bagaimanapun juga dia adalah pelayan. Mau tak mau harus mengikuti perintah tuannya. Dengan lesu ia bertanya, "Kopi manis atau pahit tuan?" "Aku suka yang biasa." Ursulla mengangguk lalu bertanya lagi, "Campur s**u, caramel, mocca, atau lainnya tuan?" Kali ini Ursulla harus memastikan supaya tuan R tidak mencari kesalahan. Mendengar pertanyaan detail Ursulla, sudut bibir tuan R terangkat. Tuan R sangat tahu bahwa gadis di depannya ini pasti sangat kesal padanya. "Hanya kopi." Ursulla mengangguk lagi, "Kopi panas atau dingin tuan?" Ehh! Tuan R mengangkat sebelah alis, dan bersendekap menahan senyum. Wanita ini pikirannya ke mana? Ursulla terkesiap, lalu menggigit ujung bawah bibirnya. Tersadar bahwa apa yang dikatakannya tadi terkesan konyol.  Tentu saja kopi harus disajikan panas. Bodohnya ia bertanya seperti itu. Sekali lagi Ursulla menunduk meminta maaf, kemudian segera berbalik melangkah ke dapur. Hal itu membuat tuan R tersenyum. "Ahh... Ini menyenangkan." **** Rumah itu kecil dan sangat sederhana dengan bunga-bunga beranekaragam tumbuh menghiasi kediaman itu. Di samping kiri bertumbuh pohon langka. Pohon dari bunga Tabebuya. Berwarna pink yang cantik dan indah. Menampakkan suasana yang menyenangkan. Namun tidak di dalam rumah, saat ini suasana terlihat tegang. Dua orang laki-laki bertubuh tegap memberi sorot intimidasi kepada sang penghuni rumah. Wanita paruh baya itu seperti di sidang. Lalu seorang pria berumur dengan perut buncit yang merupakan bos dari dua pengawalnya tengah  menatap sekeliling area rumah lalu manik gelapnya menangkap sebuah foto. "Waow, anakmu cantik juga." "Ya... Dia memang cantik." "Sudah menikah?" "Be... Belum." Sudut bibir pria gemuk itu terangkat,  "Kalau kau tidak segera melunasi hutangmu, maka aku akan menyita rumah ini." Ada senyum licik di sana, "Tapi... Aku akan menganggap hutangmu lunas jika kau menikahkan anakmu denganku. Tenang kau juga akan mendapat uang yang cukup banyak. Dan bisa membeli barang-barang mewah." Ibu Ursulla meneguk ludah. Dia tergiur. Pria ini kaya raya pasti akan menjamin kehidupannya kelak. Namun otaknya masih sehat. Tidak.... Memang benar aku ingin Ursulla segera menikah. Tapi aku tidak rela jika anakku yang cantik menikahi pria gendut botak dan rakus ini. Ditambah pria ini sudah berumur. Dasar tak tahu diri. Dalam hening sang ibu mengumpat habis-habisan renternir gendut itu. "Beri saya waktu, pasti akan segera saya lunasi." Jeda sejenak ibu mengimbuhkan, "Lagipula anak saya sudah punya kekasih, dan akan segera menikah." Jawabnya asal. Pria itu mendengus, "Oww... Sayang sekali." Kemudian matanya menyimpit penuh peringatan, "Akan aku beri waktu dua bulan, jika tidak. Kau akan tahu sendiri akibatnya. Tapi aku masih memberi kemudahan, selama dua bulan itu juga pertimbangkan untuk menikahkan anakmu nyonya." Seringaian licik terlihat jelas di wajahnya. **** Ursulla menghela nafas lega, tuan R akhirnya meminum kopi itu dengan nikmat dan tidak membuat hal-hal yang menjengkelkan lagi. "Kau benar-benar tak mengingatku?" Sekali lagi tuan R bertanya memastikan. "Saya mengingat, dan saya meminta maaf akan kejadian tadi pagi." Mendengar jawaban Ursulla itu, tuan R menghela nafas, "Sudahlah." Kemudian meletakkan secangkir kopi di atas meja, lalu sekilas melihat jam tangannya. "Para pengawalku sebentar lagi akan datang, dan aku akan keluar bersama mereka. Sementara itu, kau harus tetap di sini!" Ursulla tercenung, "Haa... Maksud tuan di ruangan ini. Kamar ini?" "Ya, Sulla." "Tap... Tapi tuan saya mempunyai ru~." Tuan R mengangkat tangan agar Ursulla tak meneruskan kalimatnya, "Kau adalah pelayan 'pribadiku', itu berarti kau harus selalu siap sedia berada di sini. Kapanpun Sulla." Ia menekankan setiap ucapannya, terlebih pada kata pribadi "Apa direktur Hito tak memberitahumu?" Ya, direktur memang memberitahu tapi dalam arti tidak seperti yang dimaksud tuan R. Ursulla pun terpaksa mengangguk patuh. "Bagus." Tuan R mendekat dengan mata berkilat ia mengimbuhkan, "Sudah ku bilang kita akan sering bertemu." "Dan kau! Tentu harus melayaniku dengan baik Sulla." ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD