Majikanku Gay?

1571 Words
Seorang gadis berwajah biasa saja dengan kulit berwarna sawo matang tengah mengelap kaca di sebuah rumah yang besar. Kulitnya yang sudah coklat, semakin bertambah coklat saja karena sering terpapar sinar matahari. Bulir-bulir keringat mulai menetes jatuh dan terserap oleh serat-serat kain baju yang sedang dipakai oleh gadis itu. "Aduh," Mela menyeka keringat di pelipis dan keningnya menggunakan kain lengan bajunya, "kok sore ini panas banget ya?" keluh Mela yang sangat tersiksa dengan sinar matahari yang sedang membakar tubuhnya. "Aku harus tetap semangat biar bisa cepat-cepat nyusulin Ayank Satra kuliah jurusan kedokteran di UGM." ucap Mela memantrai dirinya agar tetap semangat meski teriknya matahari terus menyerangnya tiada henti. Gadis itu mulai mengelap kaca di depannya dengan penuh semangat yang berapi-api setelah teringat dengan Satra, seorang pemuda yang selama ini selalu menjadi pematik semangatnya. "Jangankan teriknya matahari, hujan badai-pun akan Neng terjang demi kamu Ayank Satra." "Ayank Satra, tungguin Neng Mela ya! Tahun depan insyaallah Neng Mela bakal nyusulin Ayank ke UGM dan masuk jurusan yang sama seperti Ayank. Tungguin Neng ya!" pinta Mela kepada Ando Mavasatra yang bisa dipastikan tidak akan mendengar satu kata pun perkataan yang Mela ucapkan saat ini, sebab mereka berdua terpisah jarak, ruang, dan waktu yang cukup jauh. Mela di Bandung, sedangkan Satra di Yogyakarta. Mela adalah seorang gadis yang baru saja lulus sekolah menengah atas. Keluarganya yang termasuk dalam jajaran ekonomi kelas bawah tidak mampu menyekolahkan anaknya sampai ke jenjang pendidikan perguruan tinggi, namun karena Mela yang bernama lengkap Melati Putri itu naksir berat kepada Ando Mavasatra membuatnya rela untuk melakukan apa saja agar dia bisa melanjutkan sekolah di tempat yang sama dan jurusan yang sama dengan pujaan hatinya. Akan tetapi jurusan dan universitas yang dipilih oleh Satra sungguh diluar jangkauan Mela, karena hal inilah Mela akhirnya rela menjadi pembantu agar bisa mengumpulkan uang yang kelak akan dia gunakan untuk menempuh pendidikan di universitas yang sama seperti Satra. "Akhirnya selesai juga." Mela menghela napas lega saat semua kaca telah selesai dibersihkan tepat waktu. Belum sempat gadis itu beristirahat untuk melepaskan penat barang sejenak, tiba-tiba terdengar suara klakson mobil majikannya yang membuat pengang gendang telinga gadis malang itu. Tin tin tin. "Iya sebentar, Pak!" teriak Mela yang entah bisa didengar atau tidak oleh majikannya. Tin tin tin. Suara klakson mobil berbunyi kembali, sedangkan Mela baru saja turun dari tangga dan langsung meletakkan alat-alat kebersihannya. Tin tin tin. Suara klakson mobil kembali dibunyikan yang menandakan sang majikan sudah tidak sabar menunggu kedatangan pembantu kesayangannya itu yang masih belum kunjung terlihat batang hidungnya di balik jeruji besi pintu gerbang rumah ini. "Si Mela kemana sih?" kesal Kendra sambil membunyikan kembali klakson mobilnya. "Sabar, Ken!" Kelvin yang ada di sebelah Kendra mencoba menenangkan sahabatnya yang mudah kesal itu. Biang yang menjadi kekesalan Kendra mulai membukakan pintu gerbang rumah besar ini. Kendra mulai melajukan mobilnya dan memasuki halaman rumah ini. Mobil Kendra sempat berhenti sejenak di dekat Mela dan mulut pedasnya langsung menyemprot Mela dengan kata-kata kejamnya. "Kamu sudah bosan ya kerja di sini?! Cuma buka pintu gerbang aja harus nunggu satu tahun dulu baru dibukain. Gaji kamu bulan ini saya potong!" sembur Kendra. "Waduh, jangan gitu dong, Pak! Saya tadi lagi bersihin jendela makanya lama bukain pintunya." jelas Mela. "Saya tidak peduli, itu memang sudah tugas kamu. Sekarang juga kamu harus cepat buatin kami minum, nggak pake lama, kalau telat lagi, gaji kamu bulan ini akan saya potong habis!" ancam Kendra. 'Sialan.' umpat Mela di dalam hati. Mobil Kendra melaju kembali dan Mela langsung blingsatan menutup pintu gerbang itu, lalu langsung otewe ke dapur membuat minuman untuk majikan kejamnya yang kekejamannya hampir setara dengan Firaun. Jika Firaun memenggal kepala rakyatnya, maka Kendra memenggal gaji pembantunya. Sungguh malang benar nasib Mela mendapatkan majikan tidak berperikemanusiaan seperti Kendra. Sudah hanya seorang diri bekerja di rumah ini, apa-apa dikerjakan sendiri, bahkan gaji pun sering kena potong jika telat sedikit saja melakukan tugasnya. Bukannya banyak mengeluh atau gimana, tapi rumah ini terlalu luas untuk dibersihkan seorang diri, belum lagi Mela harus siap sedia membuka tutup pintu gerbang rumah besar ini. Untung saja gaji yang dibayarkan oleh Kendra sebesar 3 juta sebulan, sehingga membuat Mela yang statusnya masih newbie di bidang pekerjaan asisten rumah tangga ini tidak mudah menyerah dalam menghadapi majikan Firaun-nya itu, meski gajinya sering kena penggal lidah tajamnya, namun gaji yang diterimanya tidak pernah dibawah 2 jutaan. Mela membuat minuman kesukaan Kendra dan Kelvin secepat kilat dan langsung mengantarkannya ke ruang tengah rumah ini, tempat di mana Kendra dan Kelvin akan duduk-duduk dan mengobrol santai setelah memasuki rumah. Kelvin dan Kendra sudah masuk ke dalam rumah dan langsung duduk di sofa ruang tengah yang di mana dua gelas minuman sudah terhidang di atas meja itu. Kelvin mengambil salah satu gelas di atas meja dan menyesapnya. "Segarnya!" setelah selesai minum Kelvin kembali meletakkan gelas itu ke tempat semula. Kendra saat ini juga sudah duduk di sofa lainnya dan mengambil gelas yang tersisa dan meminum air di dalam gelas itu. "Ken, tumben, awet banget pembantu kamu yang satu ini. Biasanya baru sebulan langsung pada mengundurkan diri." tanya Kelvin penasaran. "Hebat banget tuh anak, padahal sering aku maki-maki, tapi dia nggak pernah nangis atau minta ngundurin diri, malah jadi semakin giat! Selain itu dia juga nggak pernah melanggar peraturan yang aku buat." jawab Kendra. "Harus dinaikin tuh gajinya." celetuk Kelvin sambil tertawa ringan. "Iya, niatnya mau aku naikin jadi 4 juta sebulan, rumah sebesar ini harusnya memang ditangani 2 sampai 3 orang, tapi karena aku nggak terlalu suka banyak orang asing di rumah ini, makanya aku hanya pekerjakan satu orang pembantu aja." jelas Kendra. Kelvin kembali meraih gelas minumannya dan meminumnya kembali. "Eh, aku baru sadar, ternyata si Mela gercep juga ya. Minuman yang baru aja kamu pesan pas ada di luar rumah, eh sekarang sudah ada di atas meja. Bahkan lebih cepet dibandingkan dengan langkah kaki kita." "Kalau sudah dimarahi ya gercep, tapi kalau belum dimarahi, bisa sampai berabad-abad nunggu minuman ini sampai ke ruang tengah." timpal Kendra. "Anaknya sekarang kemana ya? Kok sudah hilang aja dari ruang tengah?" tanya Kelvin sambil celingak-celinguk mencari keberadaan Mela. "Nggak usah nyari-nyari pembantuku, Vin. Lebih baik kamu perhatiin tuh pacar posesif kamu!" "Lha, memangnya Stevani kenapa?" "Masa kamu nggak tahu sih, Vin? Si Vani tuh telepon-telepon aku mulu nanyain keberadaan kamu. Nanyain kamu nakal atau nggak. Malesin banget sumpah." kesal Kendra. "Hahaha," Kelvin malah tertawa mendengar perkataan Kendra, "pacarnya siapa, yang digangguin siapa. Hahaha," "Dasar, kalian berdua tuh memang pasangan aneh. Kalau memang si Vani takut kamu macam-macam, kenapa nggak langsung telepon atau kirim pesan ke kamu aja sih. Kenapa harus lewat aku coba?" Kendra merasa heran dengan cara berpikir Stevani. "Dia itu takut kalau aku marah karena diposesif-in, makanya dia gangguin kamu Ken, biar dia tahu kegiatanku di luaran sana ngapain aja." "Nah kalau kamu, anehnya itu, sudah jelas-jelas kamu nggak cinta sama Stevani, eh masih aja dijalanin. Bahkan sudah sampai ke tahap tunangan lagi. Ckck," decak Kendra. "Namanya juga anak yang berbakti, Ken. Memangnya kamu." "Lha, aku kenapa coba?" "Kamu kan bukan anak berbakti. Dijodihin untuk kepentingan bisnis aja nggak mau." "Memangnya kategori anak berbakti itu harus banget apa nurut saat disuruh ini itu yang tidak sesuai dengan keinginannya?" "Ya, nggak juga sih." "Itu kamu tahu." "Aku ngiri sama kamu, Ken." "Ngirinya?" "Ngiri aja. Kamu bisa menolak apapun yang tidak sesuai dengan kehendakmu. Sedangkan aku tidak bisa." keluh Kelvin. "Sabar, Vin!" Suasana hening sejenak, "Oh iya, gimana kabarnya si Lisa? Dia masih ngejar-ngejar kamu?" tanya Kelvin memecah keheningan. "Masih ngejar-ngejar aja tuh anak. Aku sudah mulai muak sama semua tingkah laku dia." Kendra bergidik ngeri saat terbayang Lisa yang selalu menggodanya di setiap kesempatan. "Harusnya kamu merasa beruntung, Ken." "Beruntung darimana-nya coba?" "Lisa itu cantik, seksi, dan menggoda iman semua laki-laki." "Tapi aku tidak tergoda tuh." "Iyalah, kamu tidak tergoda. Kamu kan cintanya cuma sama aku aja. Hahaha," canda Kelvin. Kendra melemparkan bantal sofa ke arah Kelvin yang dengan gesitnya malah menangkap bantal itu. Mela yang tidak sengaja mendengar perkataan Kelvin mulai salah paham dan menganggap kalau semua perkataan Kelvin itu benar adanya. "Omo, majikanku ternyata gay." Mela syok berat. "Pantesan aja setiap Mbak Lisa ingin ketemu dan ingin bertamu, Pak Kendra selalu menolak kedatangan Mbak Lisa dengan berbagai alasan." Mela mulai mengintip kembali ke arah ruang tengah yang di mana saat ini Kelvin dan Kendra seperti pasangan kekasih yang sedang bercanda sambil berpelukan. Padahal kenyataannya Kendra sedang memberi pelajaran kepada Kelvin yang kerap bercanda berlebihan seperti tadi dan sering membuat mereka disalahpahami oleh orang-orang sekitar. "Ya ampun," Mela menutup mulutnya,"kok mereka mesra banget ya." Mela merasa iri melihat kedekatan mereka berdua. "Kapan ya aku bisa seperti itu dengan Ayank Satra?" Mela mulai membayangkan dirinya dan Satra saling bercanda seperti Kelvin dan Kendra saat ini. "Oh iya, aku hampir aja lupa." Mela segera meninggalkan tempatnya saat ini dan segera pergi ke dapur untuk meneruskan acara memasaknya yang sempat tertunda karena dirinya lupa menaruh alat-alat kebersihan ke tempatnya semula. Untung saja Kendra belum keliling, jika majikannya itu sudah keliling rumah dan mendapati alat-alat yang tadi dipakainya untuk membersihkan kaca masih belum disimpan di tempat yang seharusnya bisa-bisa gajinya kena penggal lagi. "Mel!" panggil Kendra mengagetkan Mela yang baru saja akan kembali ke arah dapur. 'Habis aku!' batin Mela. Gadis itu dengan takut-takut berbalik ke arah belakang dan menatap ke arah Kendra yang saat ini sudah melihat ke arahnya. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD