Bagian 2

1720 Words
Pria ini tak henti-hentinya mengusap rambut hitam milik sang mate. Luc Martin Pilip harus hidup sendirian dengan mate yang sudah tertidur selama 50 tahun lamanya. Dibandingkan menunggu kapan bertemu mate, Luc lebih tersiksa jika melihat Frey dalam kondisi seperti ini. Bahkan tubuhnya sudah mulai kurus karena tidak adanya makanan yang masuk kecuali Luc yang rutin memberikan energinya pada wanita itu. Perut Frey pun juga sudah rata. Kehamilan yang wanita ini dapatkan nyatanya harus hilang ketika Axele mengeluarkan kutukannya pada mate dari Luc itu. Ditambah Frey terjatuh dengan begitu keras ke tanah. "Maafkan aku Frey karena tidak bisa menjagamu dan bayi kita." Entah sudah berapa kali pria ini meminta maaf pada sang istri. Frey bahkan tak merespon apa pun dan hanya hembusan napas tenang yang terdengar di sana. Ketukan di pintu menyadarkan Luc dengan kesunyian ini. Pria ini beranjak dari tempatnya menuju ke pintu. Dibukanya pintu itu yang menampilkan visual Alice sang kakak ipar. Sosok yang selalu membantunya dan Frey. "Luc ... Kennard memanggilmu," ujar wanita cantik dengan mahkota yang bertengger di kepalanya itu. Ya, Kennard benar-benar menjadi raja bagi kerajaan ini. Dan Luc tentu tak ingin mengambil alih atau melangkahi sang kakak. Baginya Kennard adalah raja yang bijak dan bertanggung jawab. Untuk mengemban tugas seberat itu Luc tak mungkin berani. Jadi, dia putuskan akan menjadi pangeran kerajaan ini dan berfokus pada Frey dan keluarga kecilnya nanti. "Biar Kakak yang menemani Frey," lanjut sang ratu. Luc mengangguk. Dia berjalan kembali ke tempat Frey tidur diikuti oleh Alice di belakang. Luc mencium kening wanita ini setiap kali dia akan pergi. Sebuah kebiasaan yang sudah ia lakukan sejak lama. Alice pun sudah terbiasa melihat pemandangan seperti ini. Baginya Luc benar-benar tipe pria yang romantis. Luc pun berjalan keluar meninggalkan Frey yang ia percayakan pada Alice. Langkahnya terasa tegas. Prajurit yang berjaga di dalam istana beberapa kali memberinya hormat. Hal ini sudah Luc alami sejak lama. Pintu ruangan raja terbuka. Luc langsung masuk dan mendapati sang kakak yang menatapnya penuh. Dia tahu jika ada hal penting yang ingin kakaknya bicarakan. "Duduk," perintah Kennard langsung. Luc mengangguk dan langsung duduk di kursi yang berhadapan dengan sang kakak. "Apa yang kau lakukan di dekat hutan terlarang, Luc?" Kennard adalah tipe orang yang malas berbasa-basi. Bahkan tatapannya penuh dengan intimidasi, namun Luc mencoba untuk tak terpengaruh. Hidup bertahun-tahun bersama sang kakak sudah membuat pria ini paham akan sifat kakaknya itu. Namun, pertanyaan yang tiba-tiba ini tentu membuat batin Luc bertanya-tanya. Dari mana kakaknya tahu soal kepergiannya itu? "Aku hanya mengunjungi seseorang," jawab Luc singkat. "Penyihir hitam maksudmu?" sahut Kennard langsung. Luc mengangguk pelan. Dia tidak bisa berbohong lagi, karena Kennard pasti akan tau itu. "Sialan! Apakah kau lupa dengan yang aku katakan kemarin, Luc? Apakah peringatan serta penjelasan yang aku berikan kemarin belum jelas untukmu? Apakah kau bodoh atau pura-pura bodoh, hah!" Kennard mengeluarkan alpa tone nya. Bahkan dia sangat tegas kepada siapa pun meski Luc adalah adiknya. Dia tidak ingin orang lain atau adiknya terjerumus pada hal yang salah. Apalagi berurusan dengan penyihir hitam. Mendengar sang kakak yang sudah angkat bicara sebenarnya membuat nyali Luc menjadi ciut. Sedangkan sang werewolf yang ada di dalam pikirannya sudah meraung-raung kesal melihat ketidaktegasan Luc di sini. Werewolf milik Luc pun mengambil alih pria itu namun tidak pada perubahan tubuh, hanya mata saja di sini. "Aku hanya ingin tau bagaimana cara menyelamatkan mate ku," ucap sang werewolf dingin. Kennard menyadari jika ini bukanlah Luc yang sedang ia hadapi. "Tidak untuk menemui penyihir hitam, Ben!" Kali ini Kennard menyebut nama wolf dari Luc itu. "Segala hal yang berhubungan dengan penyihir hitam tidaklah bagus. Itulah yang aku katakan padamu kemarin, bukan?" cecar pria ini kembali. Ben undur diri dan membiarkan Luc kembali. Jika berhadapan dengan Kennard membuat wolf ini seperti kehabisan kata-kata dan ingin selalu bertindak lebih ke arah sebuah pertikaian yang mana dia tahu jika Luc tak suka apabila Ben melukai anggota keluarga. "Aku dan Ben ingin Frey sadar, Kak. Aku sudah putus asa selama 50 tahun menunggu dia bangun dan tak menemukan caranya. Satu-satunya cara adalah penyihir hitam. Dengan begitu aku memiliki jawaban mengenai ini," jelas Luc. Dia hanya ingin sang kakak tau jika seberapa usahanya dia membangunkan Frey. Tanpa Frey, Luc dan Ben kesulitan untuk hidup. "Cinta membuatmu gelap mata, Luc. Apa yang penyihir hitam itu sarankan padamu? Membunuh seseorang dan menyakiti seseorang. Begitukah?" sahut Kennard yang begitu hapal akan sosok yang sedang mereka bicarakan. "Kak! Aku hanya sedang berusaha. Tolong terima keputusanku ini," pinta Luc dengan sangat. Dia tentu butuh dukungan dari keluarga ketika dalam keadaan seperti ini. Teman? Bahkan dia sudah lama tak berhubungan dengan teman-temannya. "Hal yang kau lakukan benar-benar bodoh, Luc. Bahkan sekalipun kau meminta dukunganku, aku sama sekali tidak akan mendukungmu. Apakah kau tau apa yang akan Frey pikirkan jika dia tau mengenai kebodohanmu ini?" Frey. Satu nama itu mampu membuat Luc terdiam. Pria ini benar-benar terguncang ketika melihat sang mate dalam keadaan seperti itu. Kennard mengembuskan napas lelah. Dia benar-benar kepikiran ketika salah satu mata-mata yang ia kirim memberitahu mengenai tindakan gegabah adiknya ini. Untuk itu dia harus menegur Luc agar tak semakin jatuh terlalu dalam. "Kembalilah ke kamar dan temani mate mu. Itu jauh lebih baik dibandingkan kau harus melakukan perintah dari penyihir itu," titah Kennard. Luc mengangguk dan tak lagi membantah. Pria ini segera beranjak dari tempatnya menuju ke kamar. Di dalam kamar ternyata Alice tampak sibuk mengamati Frey yang masih tertidur. Sebenarnya wanita ini sudah tau apa yang akan suaminya bicarakan dengan Luc. Dia juga tak habis kira jika Luc mampu mengambil jalan pintas dengan menemui penyihir hitam. "Kak Alice." Sebuah panggilan dari pintu menyadarkan wanita ini. Alice beranjak dari tempatnya menuju ke pintu di mana Luc menunggunya. Dia pun tersenyum hangat dan menyentuh pipi pria itu pelan. Pria yang sudah dia anggap seperti adiknya sendiri. "Mate mu baik-baik saja dan dia masih senang di dunia mimpi," lapornya bermaksud menghibur Luc agar tak terlalu memikirkan perkataan pedas Kennard. Alice tau jika suaminya sangatlah bertindak tegas kepada adiknya ini. "Terima kasih karena sudah menjaga Frey untukku, Kak," ucap Luc dengan tulus. Memang Alice lah yang selalu menjaga Frey ketika Luc tak ada di sampingnya. Tentu Alice tak merasa keberatan jika harus menjaga adik iparnya itu. Alice pergi, Luc pun masuk dan mengunci kamar. Pandangannya langsung tertuju pada Frey di sana. Dia menghampiri sang mate dan duduk tepat di sampingnya. "Frey ... apakah kamu marah jika aku gegabah dan melakukan tindakan yang Kak Kennard anggap bodoh itu?" tanya Luc kepada Frey seakan wanita itu akan menjawab pertanyaannya. "Maafkan aku, Frey. Tetapi aku tidak memiliki pilihan lain," lirihnya sembari menggenggam tangan sang mate dengan hangat. *** Sesekali Luc menoleh ke belakang untuk memastikan jika tak ada yang mengikutinya. Luc bersama Ben melakukan perjalanan yang cukup jauh yakni menuju ke hutan terlarang. Dia sengaja berubah wujud menjadi tubuh manusia dalam jarak ratusan meter sebelum hutan terlarang agar tak ada yang curiga. Bahkan Luc menggunakan tudung kepalanya untuk menutupi identitas. Luc sudah membaca dan bertanya kepada orang kepercayaannya mengenai adanya penyihir hitam. Penyihir yang dianggap tak patut untuk ditemui. Karena biasanya yang menemui orang-orang seperti itu hanyalah mereka yang sudah sangat putus asa dan ingin mengambil jalan pintas untuk menggapai sebuah tujuan. Luc menghentikan langkahnya di sebuah gubuk reot yang berdiri di dekat sebuah pohon besar. Dilihat dari ciri-ciri dan tempatnya ini adalah rumah penyihir hitam. Luc memberanikan diri mengetuk pintu. Belum juga tangannya menyentuh daun pintu, benda itu terbuka dengan sendirinya. Luc menoleh ke belakang sekali lagi untuk memastikan jika tak ada siapa pun yang mengikutinya. Pria ini memberanikan diri untuk masuk. Ketika masuk, dia sudah dihadapkan oleh bau-bau aneh yang berasal dari rumah ini. Kemudian dia melihat satu sosok wanita tua dengan rambut panjang miliknya dan kulit yang sedikit hitam di sana. "Aku sudah menunggu kedatangamu, Pangeran," ucap wanita misterius itu. Luc tentu terkejut ketika wanita ini memanggilnya pangeran ditambah lagi wanita aneh ini sama sekali belum menoleh kepadanya. "Duduklah," perintahnya seiring dengan sebuah kursi yang tiba-tiba berjalan dan berhenti tepat di depan Luc. Luc pun langsung duduk di sana. Penyihir hitam menghentikan aktivitas dan langsung memusatkan perhatian pada pria ini. "Bagaimana kabar mate Anda?" tanyanya kemudian seperti tau apa arti kunjungan Luc ke sini. "Kurang baik. Dia sudah lama tidak bangun dari tidur panjangnya. Untuk itu--" "50 tahun bukan waktu yang singkat, Pangeran," potong wanita ini. Luc mengangguk setuju. "Jadi Anda ingin dia segera bangun?" Luc kembali mengangguk. Wanita itu mengubah duduknya dan berfokus pada sebuah kendi yang berisi air. Luc mengamati perilaku aneh wanita yang ia anggap si penyihir hitam itu. Kemudian, dari dalam kendi itu keluar beberapa asap putih. Luc memandangnya takjub. Sebenarnya penyihir hitam dan wizard masihlah satu bangsa. Yang membedakan adalah tujuan sihir yang mereka pakai di mana penyihir hitam jauh lebih kepada tindakan negatif. "Aku sudah menemukannya!" seru penyihir hitam menatap Luc kembali dengan penuh. Luc menelan ludahnya dengan susah payah, dia sudah melanggar pantangan dari sang kakak untuk tak menemui penyihir hitam. Ya, Luc sudah berdiskusi dengan Kennard, namun pria itu tak setuju. Akan tetapi Luc tetap pada keputusannya ditambah lagi Ben yang mendukung pria ini. "Apa yang Anda temukan?" tanya Luc hati-hati. "Seorang gadis muda. Berdarah suci. Darah murni. Dialah yang bisa membangunkan mate Anda," ungkap wanita itu. Ada harapan, dan Luc senang mendengarnya. "Jadi ... apa yang harus aku lakukan?" "Membawanya kepadaku. Mengambil darahnya untuk membangkitkan mate Anda," jelas si penyihir lagi. Tunggu dulu. Mengambil darah? Luc mengernyit mendengar kalimat itu. Setahunya mengambil darah makhluk lain adalah sebuah kejahatan sekalipun kau adalah seorang vampir. Ditambah lagi jika itu konteks pemaksaan. "Aku tau ini sangat berat. Jika Raja Vampir tau mungkin Anda akan terkena masalah besar. Tetapi, inilah satu-satunya cara agar mate Anda cepat bangun. Ritual harus segera dilakukan sebelum mate Anda kehabisan waktu dan dia akan benar-benar tidur selamanya," imbuh sang penyihir. Kepala Luc terasa pusing. "Jika Anda mampu menemukan dan membawanya, aku akan membantu proses ritual itu." "Di mana aku bisa menemukan gadis itu?" tanya Luc lebih rinci. Nampak dia mulai terpengaruh dengan penjelasan penyihir hitam. "Wilayah wizard. Gadis itu adalah seorang wizard. Dia sangatlah istimewa. Dalam pandanganku, dia selalu berada di keramaian. Memakai tudung sepanjang hari seperti tak ingin menampakkan wajahnya. Mungkin dia tak ingin semua orang tau jika dia memiliki darah suci. Dan juga dia memiliki sebuah tanda di lengan." Luc mengangguk paham. Jadi, dia harus mencari gadis berdarah suci di wilayah wizard. Wizard? Tentu dia bisa menghubungi Reynart untuk ini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD