Gadis Sebatang Kara dan Tujuannya

1302 Words
Bahagia merupakan sebuah kata yang sangat mudah terucap, tetapi juga kata yang begitu sulit diwujudkan. _______________________________________ Setiap orang; Jutaan insan manusia di muka bumi ini, mencari kebahagiaan. Jika ditanya pada sembarang orang, "Apa yang ingin Anda dapatkan dalam hidup ini?" Kebanyakan orang akan menjawab "Saya ingin bahagia" salah satu yang paling mereka inginkan. Begitu juga dengan seorang gadis yang sedang berada di tengah keramaian ini, dia sama dengan jutaan manusia lainnya. Ingin bahagia dan membahagiakan tentunya. Tetapi, akan muncul pertanyaan berikutnya yang sangat penting yaitu "Bahagia itu apa?" di sinilah setiap orang akan memiliki jawaban tersendiri yang bervariasi. Seperti saat ingin menuju ke suatu tempat, maka terlebih dahulu kita harus mengetahui alamat dan kemudian bagaimana cara mencapai tempat itu, mencari jalan. Gadis yang baru saja menginjak usia 19 tahun itu merasakan bahwa dia tidak bisa merasakan kebahagiaan lagi, dia tidak tahu cara atau tujuan mencapai 'bahagia' itu. Semenjak ayahnya meninggal, dia kehilangan alasan untuk bahagia. Ayah yang merupakan satu-satunya tempat dia bersandar dan satu satunya orang yang ingin dibahagiakan. Hingga kemudian dia dipertemukan dengan seorang nenek baik hati yang menyelamatkan dan membuatnya memiliki keinginan untuk bahagia. Dia mendudukkan dirinya di kursi tunggu yang dipenuhi beragam manusia, menunduk dengan pikiran yang berputar-putar membawanya pada masa itu - *Flashback-Author POV* Seorang gadis berusia 17 tahun, yang baru saja lulus dari SMA itu menangis sesegukan di depat jasad kaku. Jasad pria yang sangat dia sayangi, pria yang menjadi sumber kebahagiaannya dan lelaki satu-satunya yang ingin dia bahagiakan. Semenjak kecil, dia hanya memiliki sosok ini dan tidak mengenal sosok dewasa lain yang menemani tumbuh kembangnya. Sandaran ternyamannya. Kini tepat di usia 17 tahun, dia kehilangan sosok terhebat. Ayah. Bagaimana bisa dia hidup di bumi yang begitu luas ini tanpa sosok lelakinya, sosok dewasa yang selalu melindunginya dari hiruk-pikuk kehidupan. Tidak. Dia tak akan bisa bahagia lagi dan tidak ada lagi orang yang ingin dibuatnya bahagia. Lantas untuk apa dia harus bertahan dengan sombongnya di bumi ini? Lebih baik dia menemani sosok dewasa yang kini telah bertukar alam. Iya ... lebih baik begitu. Pikirnya. Hampir saja dia menyusul sang Ayah, dia kedatangan sosok dewasa lainnya. Sosok yang lebih renta dari orang dewasa yang dia kenal sebelumnya. Seorang nenek datang memungutnya dari kubangan kehampaan, menuntunnya untuk jalan beriringan mencari arti kebahagiaan. Bagaimana cara mencapai bahagia itu. Oma Syafiah panggilannya. Seorang renta yang mengajarinya mencari kebahagiaan yang hakiki yaitu perasaan tenang yang ada dalam setiap pemeluk agama Islam karena memiliki Allah SWT sebagai tujuan hidupnya. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam Al Qur'an surat Al Fath ayat 4 yang artinya : "Dialah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada). Dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana." Gadis ini memang jauh dari kata sholehah, sebab hidupnya yang hanya memiliki Ayah dan tidak memiliki sosok Ibu membuat ia lalai sendiri dari kewajibannya sebagai seorang muslimah. Sang Ayah yang selalu berusaha menghidupinya, sehingga terbengkalai dalam urusan mendidiknya. Bisa menamatkan SMA saja dia bersyukur. Oma Syafiah yang katanya juga hidup sebatangkara, mengajarinya menjadi sosok yang lebih baik lagi dari sebelumnya, mengajarinya akan arti kebahagiaan yang sebenarnya. Kebahagiaan yang hanya bisa didapatkan dari-Nya. Dalam asuhan Oma Syafiah lah dia mulai membiasakan sholat lima waktu, memfasihkan hafalan Al Qur'annya serta memantapkan diri untuk berhijrah. Setengah tahun yang lalu, diawal kehidupannya bersama Oma Syafiah. Dia mulai membiasakan diri menggunakan pakaian muslimah, dimulai dari kerudung yang dililitkan dilehernya dengan baju yang belum longgar. Hingga sekarang dia telah terbiasa menggunakan hijab syar'i. Mudah-mudahan istiqomah dalam memperbaiki diri ... Aamiin. Dan akhirnya sandaran keduanya pun gugur, menyisakan kesedihan yang sama setelah kepergian pertama. Namun, dia tidak akan mengulangi keterpurukan yang sama, dia sudah dididik oleh wanita baik itu untuk dapat menerima qhado dan qhadar dari Sang Maha Kuasa. Bahwa rezeki, maut dan jodoh adalah ketentuan-Nya. Itulah yang membuatnya menerima dengan lapang d**a ditinggal sosok dewasa untuk yang kedua kalinya, maut hanya-Dia lah yang tahu begitupun rezeki. Namun jodoh, dia memiliki kenangan buruk tentang kata itu, sesak entah kenapa. Setelah sehari kepulangan Oma Syafiah ke sisi-Nya, wanita baik itu masih saja memikirkan nasibnya. Dia meninggalkan selembar kertas yang di sana tertera sebuah alamat beserta dua belas digit yang bisa dia hubungi. Di bawahnya tertulis : "Jika Oma tak bisa berada disampingmu lagi, Oma harap kamu segera menghubungi nomor tersebut serta katakan kau adalah cucu asuhku. Katakan aku tak bisa menemanimu lagi, karena harus pergi lama. Kemudian, ikutlah bersama pemilik nomor ini. Oma menyayangimu wahai Shanumku." Kata-kata singkat yang ditulis Oma, membuat gadis berhijab ini tak bisa membendung lagi luruhnya kesedihan dan keharuan, sungguh mulia wanita renta itu. Dengan berbekalkan selembar kertas, gadis yang dipanggil Shanum itu bertekat untuk mengikuti pinta sang Oma. Dia sudah menghubungi angka yang tercantum di kertas itu dan akan memulai kehidupannya setelah kepergian kedua. Ikrimah -rahimahullah- pernah mengatakan, ليس أحد إلا وهو يفرح ويحزن، ولكن اجعلوا الفرح شكراً والحزن صبرا "Setiap insan pasti pernah merasakan suka dan duka. Oleh karena itu, jadikanlah sukamu adalah syukur dan dukamu adalah sabar." Seketika tenggelam dalam flashback, gadis cantik ini menyadari bahwa departure sudah tiba. Panggilan boarding menandakan bahwa penumpang harus segera menuju gerbang keberangkatan dan naik pesawat. Dia bersiap-siap menuju gerbang keberangkatan dengan milkshake yang dibelinya tadi dan bahkan belum tersentuh, saking tenggelamnya ia dalam lamunan pilu kehidupan. Dengan mengucapkan Bissmillah, dia memantapkan dan menegakkan dirinya untuk bertahan, mencari kebahagiaan yang hakiki itu. Dengan langkah kaki di dalam pakaian longgarnya ia siap menuju tujuannya, Indonesia tercinta. Setelah beberapa lama melangkah, tiba-tiba saja- Srruuuuuut .... Astaghfirullah, dia membatin. Milkshake ditangannya membasahi pakaian yang dikenakkan orang di depannya. "Kamu!!!!" geram sosok tersebut, membuatnya berdiri dari posisi menunduk setelah berhasil memungut kembali milkshake yang jatuh tertumpah tak bersisa lagi. "Afwan Akhi, Ana tidak sengaja." ucapnya pada pria yang berdiri gagah di depannya. Pria itu pasti marah, terdengar dari tajam suaranya. Dia tak berani memandang orang di depannya, ia hanya melihat sebatas sepatu hitam mengkilau yang dikenakkan orang yang ditabraknya. Pasti orang kaya. Batinnya. Kemudian dengan dibantu sosok lainnya, pria itu pun melepas jas yang terlanjur basah dengan kembali merengut tak suka. "Kalau jalan lihat-lihat pakai mata! Jangan menunduk saja! Oh ... mungkin mata kamu tertutup jilbab panjang itu! Dan saya bukan Akhi. Kamu salah orang! Entah kamu Ana atau Ani. Saya tidak peduli!" ucap pria itu dengan nada tinggi menahan marah yang meluap. "Dasar perempuan tidak beretika! Sudah salah, minta maaf saja tidak!" tambahnya lagi sambil berlalu melanjutkan langkahnya. Meninggalkan gadis mungil dengan milkshake kosong, yang sekarang tengah bersedih mendengar ucapannya. Inilah ujian dalam berhijrah. Setelah kejadian barusan, gadis muda nan cantik itu merasakan ketinggalan sesuatu dan pergi mengambilnya. Setelah merasa tidak ada yang kurang lagi dengan langkah yang dipaksakan cepat, dia bergegas menuju gerbang keberangkatan dan naik ke pesawat. Alhamdulillah, dia sampai tepat waktu. Dengan dituntun pramugari ramah dia menemukan kursi yang akan dia tempati menuju tujuannya. Namun dia mengernyit heran melihat seseorang yang bersebelahan dengannya. Sepertinya ini orang tadi, batinnya. Dengan rasa gugup, takut serta cemas, dia menduduki kursinya dengan hati-hati karena tak ingin gerakannya dapat membangunkan pria di sampingnya. Mungkin, kalau pria ini terbangun ia akan mengamuk tak jelas serta akan mengungkit kerudungnya. Seperti yang dikatakannya ketika marah tadi di Airport. Gadis ini, Elshanum Shaquena namanya. Memilih membuka Al-Qur'an kecil yang tadi sempat ketinggalan di bangku tunggu Airport. Menurutnya, lebih baik menenangkan pikiran dan hatinya dengan membaca kitab suci ini seraya menunggu landed. "Dan kami turunkan dari Al-Qur'an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al-Qur'an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian." -Al-israa : 82- "Al-Qur'an itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang mukmin," (Al-Fusilat : 44) Setelah menyelesaikan bacaan Al-Qur'annya, gadis ini dikagetkan dengan gerakan tiba-tiba dari arah samping. Dan pria tadi yang dia tabrak menatapnya intens hingga tercengang seketika. "Ana! E-eeh, maksud saya ... Kamu! "  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD