Jangan mati sekarang

640 Words
Beberapa peserta balap masih melaju dilintasan walau dengan kecepatan yang sudah bisa dibilang pelan. Balapan sudah usai dengan Angelo sebagai pemenangnya. Rara sudah sampai di dekat lokasi kecelakaan, ada banyak lelaki berbadan besar yang mencoba menghalangi orang - orang yang ingin mendekati lokasi kejadian. "maaf nona anda tidak bisa kesini,"ujar lelaki berambut cepak itu ke Rara "saya dokter, " sahut Rara sambil menunjukkan kartu identitasnya. Entah mengapa hari ini kartu identitas kerja nya ada di dalam saku celana jeans yang ia kenakan. Ada gunanya juga batin Rara. Setelah beberapa saat berpandangan dengan laki-laki yang ada di dekat si nomor 13, akhirnya Rara diijinkan mendekat oleh pria berambut cepak itu. Kerumunan orang-orang penasaran sudah berhasil dipukul mundur oleh gerombolan laki-laki besar dan berbahaya tadi. Sementara dua orang pria tengah terkapar di tanah. "Halo unit gawat darurat, " belum sempat Rara melanjutkan instruksinya tiba-tiba handphone nya diambil paksa. "Maaf nona, kami tidak bisa mengijinkan anda untuk menelpon keluar." ujar laki-laki yang Rara pikir adalah kelompok pria berbadan besar dan sangar itu. "Dasar gila!!! Anda mau mereka berdua mati disini?" rara sudah hilang sabar. "kami akan mengurus transportasi ke rumah sakit nona,anda tidak perlu khawatir," setelah selesai menjelaskan pria itu langsung berbicara lewat communicator yang dari tadi dikenakannya. "5 menit lagi bantuan datang" ujar pria itu datar. "Persetan " umpat Rara dalam hati. Rara bekerja dengan sigap dan efektif. Pertama dia menilai status kegawatdaruratan kedua pasienya itu. Laki - laki dengan baju balap nomor 99 itu yang pertama Rara periksa, dilepaskan nya helm yang menutupi wajah dan kepala pria tersebut. "untung ini helm yang bagus, kalau tidak kepala mu sudah pecah dasar i***t,"omel Rara dalam hati. Rara memeriksa setiap bagian dengan seksama, respon laki - laki yang telah ditolongnya datar. Tidak ada respon suara maupun rangsangan tapi untungnya pupil mata masih merespon. Setelah menstabilkan kondisi pria itu, Rara melihat kondisi si nomor 13. Untungnya pria itu masih sadarkan diri dan dapat duduk dengan bersandar ke pohon. "Maaf saya akan mulai pemeriksaan tahan sedikit jika berasa saki,"ucap Rara tegas. Yang diajak berbicara bahkan tidak merespon. Pasangannya fokus melihat di pria 99 yang masih terbaring diam, tapi mata tak bisa bohong. Mata itu menatap dengan tajam dan penuh amarah. Wajar saja, gara-gara pria yang sekarang tidak berdaya itu nyawanya bisa melayang saat tabrakan tadi. "Bisa anda angkat tangan kanan anda pak?" Rara memberikan instruksi. Nampak si nomor 13 itu tidak bisa mengangkat tangannya malah meringis kesakitan. "Coba gerakan jari-jari anda pak," satu instruksi lagi diucapkan Rara. Untungnya ujung jari-jari pria itu masih bisa bergerak, walaupun dari ekspresi yang ditampakkan dia menahan sakit yang luar biasa. Secepat kilat Rara menggunting baju balap yang masih dikenakan si nomor 13. "Argh....." geraman menahan rasa sakit diiringi tatapan tajam diarahkan ke Rara. Rara sudah hapal dengan ekspresi seperti itu, bekerja bertahun-tahun di unit gawat darurat membuat nya kenyang dengan ekspresi marah, kesal dan frustasi. Rara nampak terkejut melihat kondisi lengan dibawah baju yang barusan dirobeknya. Lengan itu sudah berwarna biru bahkan bisa dikatakan ungu disertai kemerahan ditepinya. "Mungkin ini agak sakit pak, tolong tahan sebentar" Rara segera mengoleskan Betadine disekita luka dan membuat torehan cukup dalam, seketika darah yang berwarna kehitaman keluar dari luka yang dibuat nya. "apa yang anda lakukan? Anda sudah gila ya?"hardik laki-laki kekar disampingnya yang sudah langsung menyambar tangan Rara. "Lepaskan tangan saya atau anda mau laki-laki ini kehilangan tangan kanannya? atau bahkan mati disini?" ancam Rara Infus yang sudah dipasang dilengan sebelah kiri si nomor 13 diatur dengan kecepatan penuh. "Anda tidak boleh mati disini pak, saya tidak mengijinkan anda mati sekarang," perintah Rara singkat dan tegas. Lima menit yang berasa seabad jika berurusan dengan nyawa itu akhirnya terlewati. Sirine ambulance meraung memecah ketegangan. Dua orang pria itu segera dibawa kedalam ambulance. Rara menyampaikan beberapa instruksi dan menyerahkan catatan kecil pada petugas pertolongan pertama.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD