Hai Dude

938 Words
Sudah hampir satu bulan Rara pindah ke apartemen milik Aska, semua barang-barang yang dulu ada di kost telah dipindahkan oleh Hendry. Rara juga baru tau bahwa Hendry lah yang selama ini bertanggung jawab dalam semua kegiatan Aska. Dan Rara juga baru tau jika Aska melenceng dari jadwal maka Hendry pula yang akan stress berat. Seperti kejadian belum lama ini saat Aska bersikeras tidak mau bertemu dengan koleganya di Singapore, padahal biasanya Aska tanpa pikir panjang akan segera pergi. Atau kejadian saat Aska tidak mau pergi ke perjamuan yang telah diatur oleh kakaknya, maka Hendry lah yang bolak balik kena imbasnya. Rara sedang menyusun laporan operan jaganya saat waktu menunjukkan pukul 21.30, pasien hari ini lumayan beragam. Tapi itulah yang menjadi kebahagiaan bagi Rara, dia tak tahan jika harus berdiam diri. "Selamat malam,"sapa laki-laki yang belum pernah Rara temui sebelumnya. Pria bertubuh tegap dengan jaket hitam membalut tubuhnya itu berdiri di hadapannya. Perbedaan tinggi yang cukup jauh diantara keduanya membuat Rara terpaksa mendongakkan kepalanya. "Ada yang bisa kami bantu?" jawab Rara sopan. "Saya lupa kalau hari ini harusnya jadwal untuk kontrol luka, jadi saya baru sempat ke rumah sakit sekarang,"ucapnya coba menjelaskan "Baik, silahkan menunggu di bed nomer satu. Petugas kami akan segera membantu anda pak." Rara kemudian mengoperkan kondisi laki-laki tadi pada pak Hendro. Setelah merasa semuanya beres Rara bergegas menuju lobby rumah sakit. Tampak Aska yang sedang sibuk menatap i-pad miliknya. "Hai... kamu udah lama nunggu?" sapaan Rara membuat Aska mengalihkan pandangannya dari alat canggih di depannya. "Nope, yuk kita pulang. Aku udah laper, hari ini Hendry sadis banget, bahkan waktu istirahat ku dipotong habis-habisan sama dia,"Aska nampak mengomel. Ya... Aska memang orang yang kelihatan kaku dan pendiam diluar. Tetapi setelah hampir tiga bulan Rara mengenalnya, banyak kesamaan diantara mereka berdua. Rara yang memang karena profesi nya harus bersikap ramah dan suple, pada dasarnya adalah orang yang tertutup untuk urusan pribadi. Tidak heran jika jumlah sahabat nya tak lebih dari hitungan kesemua jari yang ada ditangan. Untuk sahabat yang benar-benar dekat dengannya dia hanya punya Anggelo dan Nandrika beserta keluarga nya. Selebihnya, hanya sebatas teman baginya. Teman yang jika memang perlu bantuan dari nya akan dia bantu dengan semaksimal mungkin. Ngomong-ngomong soal Anggelo, belum lama ini bapak muda itu menghubungi Rara, menanyakan segala kondisi dan keadaannya saat ini. Ada rasa bersalah dari nada bicaranya, Anggelo merasa bersalah karena hampiri setengah tahun ini dia terlalu fokus menjadi suami siaga bagi Dewi dan ayah terbaik untuk putra kecil mereka. "Ka, aku boleh ngundang temen aku ke rumah hari Minggu besok?" Rara menunggu persetujuan dari Aska "Up to you babe, this is your home too," Aska memelankan laju mobilnya saat mendekati lobby apartemen nya. Seperti biasa valet parking sudah siap menunggu kedatangan Aska. " Terima kasih," ucap Aska sambil menyerahkan kunci mobilnya. Ya begitulah Aska, dia tak lupa selalu berterima kasih kepada semua orang yang membantu nya. "Aku boleh numpang makan?" goda Aska saat mereka sudah memasuki lift khusus. "Aku lapar...." tatapan matanya memelas membuat Rara tak mampu menahan tawa. "My pleasure. Tapi mandi dulu sana, kamu bau, "jawab Rara sambil terkekeh . Ucapan Rara barusan hanya dalih agar dia dapat mandi dan bersiap memasak. Aska bau? mana mungkin, bahkan sampai tengah malam pun aroma wangi yang memabukkan masih bisa tercium oleh lawan bicaranya. Raralah yang insecure dengan aroma tubuhnya saat ini. "See you soon," Aska melangkah memasuki unit miliknya dan Rara memasuki unit miliknya sendiri. Atau lebih tepatnya unit yang dipinjamkan Aska untuk nya. *** "Maaf lama, " sahut Aska saat memasuki apartemen Rara. "Nggak papa, ini juga baru siap semua. Ayo makan Ka," "Ra, kunci itu dibikin buat dipakek, at least dengan itu bisa bikin kamu lebih aman,"Aska memprotes kebiasaan Rara yang sering lupa mengunci pintu. "Iya.. iya ... aku lupa. Udah ah ayo makan, katanya laper," Rara sudah mengambilkan nasi dan lauk yang masih mengepulkan asap tanda baru saja selesai dimasak. Saat tengah makan, ponsel Rara berdering. Spontan Rara segera menerima panggilan video itu. "Hai kak dew.... mana anak gantengnya Tante...., "Rara mengehentikan kegiatan makannya. "Dek sekarang kamu tinggal dimana? kok kemarin kita mau kerumah tapi gelap banget," Anggelo mengambil alih ponsel milik istrinya. "Iya, aku udah pindah. Besok aja kesini ya, nanti aku sharelock." Rara enggan mengungkapkan alasannya pindah. "Ra, habisin dulu makanan kamu,"Aska memberikan perintah. "Ra kamu sama siapa? itu ada suara cowok. Siap Ra?"Anggelo sudah mulai emosi. Sekarang Anggelo dalam mode, kakak yang menjaga harta paling berharga miliknya. Rara melotot galak ke arah Aska, mengisyaratkan agar dia diam dan tak bersuara lagi. Aska yang ditatap bukannya takut malah tersenyum jahil sambil menaikan bahunya. "Paradiseae minor, jawab pertanyaan gue! Kamu masih sama cowok jam segini? Siapa orangnya? Kasih ponsel kamu kedia sekarang!,"Anggelo nampak frustasi. Bagaimana tidak, jam menunjukkan tengah malam. Sementara Rara perempuan yang sudah dianggap adik sendiri baginya sedang bersama laki-laki yang bahkan dia tak tau siapa. "Apaan sih, nggak kayak yang Lo pikir kok,"Rara masih enggan menyerahkan ponsel nya ke Aska. Aska langsung berinisiatif untuk berdiri. Rara merasa sedikit lega saat melihat Aska beranjak dari tempat duduknya dan kembali ke apartemen nya. Tapi dugaan Rara keliru besar, bukannya pergi Aska malah memutari meja makan dan sekarang tengah berdiri di belakangnya. Sontak Rara mendongak dan membuat ponselnya sempat mengarah ke wajah Aska. "Kamu ngapain?" tanya Rara tanpa suara. Bukannya menjawab Aska malah meraih ponsel milik Rara dan menjawab pertanyaan Anggelo. "Hay dude what's up?" jawab Aska enteng. Terdengar sumpah serapah dari ujung sana. Dewi segera membawa bayi kecilnya untuk pindah ruangan. Sementara Rara memijit pelipisnya yang rasanya mau pecah. Apalagi ini? Rara merutuki nasibnya yang harus mempersiapkan diri menghadapi amukan Anggelo esok hari.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD