"Kamu mau makan apa?"Rara tengah sibuk menata belanjaannya ke dalam kulkas.
Kulkas yg tadinya kosong sekarang penuh dengan buah dan bahan makanan.
"Apa aja boleh,"Aska baru saja menutup pintu apartemennya.
Ya...Rara kabur duluan setelah mendapat tatapan benci dan iri dari pengunjung supermarket. Pasalnya sepanjang mereka berkeliling Aska selalu menggodanya, yang kadang kelewat kencang. Pengunjung supermarket yang mendengarnya merasa iri pada posisi Rara.
"Ka, aku udah bisa balik ke kost ku kan besok? Aku mau beresin barang-barang ku yang ada disana," Rara memecah kesunyian.
"Besok polisi masih mau ngecek sekali lagi, mereka mau ngumpulin bukti dulu. Biar kost kamu nanti diberesin sama orang-orang ku aja,"Aska sudah berada di dekat kulkas.
"Ada barang yang masih kamu perluin? Kalau ada nanti bisa kita beli setelah makan," sambung Aska.
"No.... nggak semua hal bisa langsung kita beli ka, aku nyaman pakek apa yang aku punya. Aku nyaman tinggal ditempat tinggalku sendiri," jawab Rara.
"Jadi kamu nggak nyaman tinggal disini?" Aska menatap dingin ke arah Rara
"Tuan Aska yang terhormat, apa pandangan orang-orang jika tau ada dua orang dewasa tinggal dalam satu atap?"
"I know, tapi toh kita nggak ngapa-ngapain,"sergah Aska
"Come on, ini nggak sesimple apa yang kamu pikir Aska. Kamu punya posisi, kamu punya kekuasaan yang akan bikin orang segan untuk nyari masalah sama kamu. Sementara aku? Aku perempuan Aska, ada keluarga yang perlu aku jaga martabatnya,"Rara meletakkan pisau yang tengah dipakai nya untuk menyiapkan bahan masakan.
"Terserah kamu,"Aska segera meraih ponselnya dan tampak sibuk menghubungi beberapa orang.
Rara berkutat dengan kesibukannya di dapur, sesekali terdengar suara alat masak yang dibantingnya dengan keras. Aska yang masih sibuk dengan urusannya, nampak tersenyum simpul mendengar kelakuan gadis pujaannya itu.
Rara telah selesai memasak, dan mau tidak mau sekarang mereka saling berhadapan untuk acara santap malam
"Maaf untuk yang tadi, " suara Aska memecah keheningan suasana makan malam mereka.
"Unit kamu sudah siap untuk ditempati, tapi maaf aku nggak bisa ngelepas kamu buat balik ke kost lama kamu."
Rara menatap tak percaya dengan semua ucapan Aska.
"Apa akhir-akhir ini ada orang yang tiba-tiba kirim paket atau pesan ke kamu?"Aska segera menjelaskan
"Kenapa kamu bisa tau?"Rara menatap bingung.
"Ada detektif swasta yang aku sewa, dari hasil penelusuran yang mereka lakukan, sebenarnya sudah banyak teror yang dikirimkan. Awalnya hanya teror kecil, yang akan dikira sebagai keisengan anak muda, tapi sepertinya memang sudah direncanakan dengan matang," Aska berusaha sekuat tenaga untuk menahan amarahnya.
Aska tak mampu menjelaskan lebih detail hasil penemuan orang-orang suruhannya hari ini. Hanya sedikit yang dia ucapkan saat ini saja sudah membuat wajah Rara pias.
Dari penyisiran yang mereka lakukan disetiap sudut kost Rara, mereka menemukan empat alat penyadap dan satu kamera pengintai di dalam kamar Rara.
Aska merasakan darahnya mendidih saat mengetahui bahwa gadis yang dicintainya telah diintai selama ini. Berbagai rencana pembalasan tersusun rapi di dalam benaknya.
"Apa kamu ada musuh Ra? atau ada orang yang memegang sedang ada urusan dengan mu?"
Rara menggeleng mantap, "Aku nggak ngerasa ada musuh selama ini, terlebih lagi aku bukan orang yang penting seperti kamu Ka,"Rara menjawab bingung.
Rara mencoba mencerna pertanyaan yang diajukan Aska. Musuh? Rara merasa tidak memiliki satupun, baik dari tempat kerja atau kisah cintanya selama ini.
Sementara Aska semakin gusar, jika bukan dari Rara apakah orang yang melakukan teror adalah musuh Aska. Mengingat posisi yang sedang dipegangnya saat ini rawan dengan persaingan yang tidak sehat.
"Aska aku ke kamar duluan ya, aku perlu istirahat sambil memikirkan pertanyaan kamu tadi,"Rara masih tampak bingung.
"Kamu mau aku temenin?"Aska spontan bertanya.
Pertanyaan yang diajukan Aska secara spontan itu, mau tak mau membuat Rara menjadi salah tingkah.
Pikiran melayang kembali ke kejadian tadi pagi saat dia terbangun di sofa dengan Aska tertidur pulas di samping nya.
"No thanks, i'm fine,"Rara segera meninggalkan Aska
"Take your time baby," Aska menjawab lirih, yang ternyata masih mampu didengar oleh Rara.