Tak terasa sudah hari kedua Rara menumpang hidup pada Aska. Gara-gara teror yang diterimanya Rara terpaksa mengambil cuti mendadak selama tiga hari.
Seperti tawanan Rara bahkan tidak diijinkan untuk sekedar keluar apartemen sendirian. Hari ini Aska sudah berjanji akan mengijinkannya untuk berbelanja di swalayan lantai bawah tapi dengan satu syarat, Rara harus mau dikawal oleh orang kepercayaan Aska.
[Aska POV]
Arloji mahal dipergelangan tangannya masih menunjukkan jam satu siang, tapi Aska sudah merasa terlalu lama berada diluar apartemen nya. Padahal dia terkenal workaholic, kebiasaan yang membuat Hendry kadang merasa bahwa bosnya ini bukan manusia.
"Hendry, keruangan saya sekarang,"Aska bertitah melalui intercom diruangannya.
Tak berapa lama Hendry sudah ada dihadapannya.
"Kenapa bos?" sahut Hendry santai
"Sisa agenda hari ini apa aja?"Aska mengecek smartphone miliknya
"Tinggal kunjungan jam 16.00 ke lab penelitian untuk melihat kemajuan prototipe kapal selam terbaru bos," Hendry menyebutkan dengan lancar
"Hubungi mereka, saya dalam perjalanan kesana?"
"what?"Hendry melotot tak percaya
"Omongan saya kurang jelas?"Aska menatap galak
"Terserah lu aja lah ka,"Hendry keluar ruangan sembari mengomel tak jelas.
Meskipun Hendry kadang menyebalkan dan cerewet, tapi kinerjanya tak perlu diragukan lagi.
Buktinya sekarang mereka sedang menuju ke lokasi terakhir di agendanya. Salah satu kampus bergengsi dengan penemuan teknologi terkini yang tengah sibuk mengembangkan prototipe kapal selam canggih.
Aska nampak sibuk membaca detail kemajuan penelitian yang berlangsung.
"Sepertinya lebih baik dia bekerja sama dengan pihak kampus ketimbang dengan rekanannya yg kemarin,"batin nya dalam hati
Seorang laki-laki yang sudah berumur nampak tergopoh-gopoh menyambut Aska.
"Selamat siang Pak, maaf kami tidak dapat mempersiapkan penyambutan dengan baik,"ujar kepala jurusan dengan sopan.
"Seharusnya kami yang minta maaf Pak karena datang mendadak,"Aska menerima uluran tangan dengan mantap
Tak butuh waktu lama bagi Aska untuk melakukan pengecekan, senyum puas terkembang dengan sempurna.
Kemajuan proyek sesuai keinginannya, sebentar lagi mereka siap untuk melakukan uji coba di lokasi yang telah ditentukan.
Aska menjadi penanggung jawab utama dan penyandang dana dalam penelitian ini. Ada ambisi pribadi yang ingin dia wujudkan, baginya kemampuan yang baik perlu diapresiasi.
"Kerjaan yang lain nanti tolong kirim ke rumah," Aska berlalu sambil memberikan instruksi ke Hendry.
"Ya.. ya... ya...," Hendry menjawab sekenanya sambil mengekor dibelakang Aska.
"Gue duluan,"Aska sudah membuka mobil sport warna hitam dihadapannya.
Deru mesin mampu membuat semua orang menoleh, maklum mobil ini adalah mobil yang sedang Aska kembangkan dan sedang dia uji coba.
Me : Kamu jadi mau belanja? Aku sampai 30 menit lagi.
Pesan singkat terkirim diiringi perasaan tak sabar Aska.
Rara : Jadi. Ini aku mau siap-siap, terus turun
Me: Tunggu, kita belanja sama-sama
Rara nampak kebingungan, seingatnya dia akan pergi dengan dikawal orang suruhan Aska. Tapi kenapa malahan Aska memintanya menunggu. Rara tak ambil pusing, dibalasnya pesan dari Aska dan Rara segera bersiap.
Rara : Ok, aku siap-siap dulu
Aska tersenyum penuh kemenangan, dan segera mengarahkan mobil menuju apartemennya. Jalanan lumayan lengang, tak butuh waktu lama Aska sudah sampai di loby Apartemen.
Tak perlu repot-repot memarkirkan mobilnya, seorang pria segera mengurus mobil kebanggaan Aska itu.
Ting ... Tong....
Terdengar bunyi bel pintu depan. Rara segera bergegas menuju pintu
"Sebentar,"sahutnya
Aska nampak menunggu didepan pintu, sambil menginstruksikan para pengawal untuk pergi.
Setelah berpamitan pengawal kepercayaannya itu undur diri dengan tenang.
"Hai, kok kamu nggak langsung masuk aja? ini kan rumah kamu,"sambut Rara melihat Aska masih berdiri didepan pintu dengan sabar.
"Nggak papa kok,"Aska nampak kikuk.
"Kamu udah siap?"tanyanya.
"udah kok"Rara meraih tas kecilnya.
"Aku ganti baju dulu ya,"Aska menghilang di balik pintu kamarnya.
Tak butuh lama, Aska keluar kamar dengan tampilan yang jauh berbeda. Sudah tak ada lagi jas dan dasi yang formal, tinggal celana pendek dan t-shirt warna abu-abu yang melekat sempurna di tubuhnya.
"Ayo,"Aska meraih tangan Rara yang sedari tadi bengong menatapnya.
Mereka memutari berbagai sudut supermarket, Rara bingung makanan apa yang akan disiapkannya hari ini. Aska yang ditanya dari tadi tak membantu. Belum lagi tatapan wanita segala umur yang takjub melihat Aska, Rara seperti ingin segera hilang dari sana.
"Kita bayar terus pulang aja ya,"Rara sudah duluan jalan ke arah kasir.
"Kamu yakin cuman itu yang mau dibeli? udah semua?" Aska nampak tak percaya melihat isi keranjang belanjaan Rara.
"Iya udah ini aja, ayo cepetan,"Rara menarik troly belanja yang didorong Aska.
"Wah..... padahal aku masih mau muter-muter lho,"Aska ganti menahan laju troly.
"Yaudah ayo kita cari yang kamu mau beli, kamu mau beli apa?," Rara balik bertanya.
"Nothing, i just want to spend more time with you,"bisik Aska pelan di telinga Rara sambil mendorong troly belanjaan ke arah buah.
Rara tak mampu berkata-kata, wajahnya merah menahan malu. Sementara Aska nampak tenang sambil pura-pura sibuk memilih jeruk di depannya.