Menunggu

1099 Words
Aska gelisah memandang jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Sudah jam 19.00 WIB,tapi pekerjaannya masih belum selesai. Hendry yang dari tadi melihat raut wajah bos nya muram enggan untuk bertanya. "Hendry kamu pilah mana dokumen yang harus saya cek hari ini mana yang masih bisa saya cek besok,"perintah Aska "Baik bos. Bos ada urusan penting hari ini?"tanya Hendry curiga "Saya ada urusan atau tidak itu bukan urusan kamu. Kami kurang kerjaan ya sampai ada waktu buat tanya-tanya hal kayak gitu,"semprot Aska galak Aska kembali melirik jam tangannya, sekarang dia sudah tidak punya waktu lagi, bahkan dia masih memakai setelan jas kerjanya lagi. Jalanan hari itu macet parah, bunyi klakson bersautan memekakkan telinga. Semua orang ingin cepat sampai untuk istirahat dari penatnya beban kerja yang mereka lalui seharian ini. *** Jam kerja Rara sudah berakhir, Rara sudah selesai merapikan dokumen dan bersiap pulang. Sempat diliriknya pintu depan UGD untuk jaga-jaga siapa tau Aska sudah menunggu nya didepan sana. "Pintu depan aman dok, bisa langsung pulang,"goda pak Hendro yang sudah bersiap pulang juga. "Hahaha iya pak,"Rara tertawa canggung Saat sudah melangkah di depan pintu, mobil ambulance disusul mobil roda tiga berhenti tepat di depan pintu UGD. "Dok tolong ada korban kecelakaan,"si pengantar sudah berteriak histeris. Di dalam ambulance nampak ibu hamil dengan perut yang sudah sangat besar tertidur di brangkar. Sementara di mobil roda tiga ada anak kecil yang masih menangis kesakitan di dalam pelukan laki-laki yang bisa disebut sebagai orang tua anak tersebut. Rara yang telah siap pulang kembali menyimpan tasnya ke dalam loker dan berjalan menghampiri petugas gawat darurat yang datang. Dika yang bertugas malam sudah mengecek kondisi ayah dan anak yang dibawa menggunakan mobil roda tiga. Melihat Rara tak jadi pulang ada sedikit kelegaan dalam hati Dika, setidaknya dia bisa percaya pada Rara untuk menangani pasien yang lain. "Keluarga pasien dimana?"tanya Rara pada petugas ambulance "Keluarga pasien juga jadi korban kecelakaan dok, ada disebelah,"petugas menjelaskan Rara mendengarkan dengan seksama penjelasan dari petugas ambulance mengenai kondisi pasiennya. "Tolong pasang oksigen, infus dua jalur, dan CTG. Telepon dokter Pram kita ada pasien emergency,"Rara memberikan komando. "Baik dok,"tanpa banyak bicara semua sibuk melakukan bagian masing-masing Dika berkutat dengan anak pasien yang harus dipegang dengan kuat agar tidak berontak saat penjahitan luka. Nampak laki-laki akhir 30an yang merupakan ayah sekaligus suami pasien menatap nanar melihat anggota keluarganya tengah ditangani. Sampai dia tidak sadar luka di kakinya masih terbuka lebar. "Mari pak, bapak juga perlu diobati,"Dika membimbing pasiennya agar berbaring ke ruang tindakan. "Gimana kondisi istri saya dok?" "Istri bapak sedang ditangani, kemungkinan harus menjalani tindakan segera," selesai berbicara Rara muncul dihadapan mereka. "Selamat malam pak saya dokter Rara,sesuai dengan tadi yang sudah disampaikan oleh rekan saya. Kondisi istri bapak memerlukan tindakan segera, jadi kami minta persetujuan dari bapak untuk dilakukan tindakan operasi Sectio Caesarea atau operasi sesar," Rara menjelaskan kondisi sekarang dan segala kemungkinan yang ada "Saya harus tanda tangan dimana dok? tolong selamatkan istri dan anak saya," ujar sang suami lirih "Kami akan berusaha semaksimal mungkin pak,"Rara menyodorkan dokumen persetujuan tindakan dan berlalu membawa pasien ke arah ruang operasi. *** Aska muak dengan kemacetan hari ini, pekerjaan nya terasa tidak ada yang beres dan sekarang dia masih tak bergerak dari antrian kemacetan ini. Suara sirine ambulance meraung-raung dibelakang mobilnya. Aska tambah kesal saat tau ambulance dibelakangnya tak bisa bergerak. Segera diraihnya Handphone yang sedari tadi diletakkannya di kursi samping. "Buka jalan," Aska memberikan perintah disusul jawaban patuh dari sebrang telepon. Tak lama kemudian kemacetan segera terurai, ambulance yang tadi terjebak dapat berjalan lancar disusul Aska dari belakang. Ternyata tujuan mereka sama, dengan sedikit khawatir Aska memarkirkan mobilnya dan berlari kecil ke arah UGD dia khawatir Rara sudah pulang duluan. Aska tersenyum lega saat melihat Rara berjalan menghampiri ambulance yang terparkir di depan pintu masuk UGD. "Aku jemput ya hari ini," Aska mengirimkan pesan ke Hp Rara yang sudah pasti tidak ada terbaca. Aska hanya ingin memberikan informasi bahwa dia ada disana. Melihat Rara tengah sibuk melakukan pertolongan pertama timbul rasa hangat dalam hati Aska. Entah sejak kapan hanya dengan melihat Rara bisa membuat hatinya damai. Aska memutuskan berbalik arah dan menunggu diparkiran mobil. *** Rara masih berkutat menjadi asisten dokter Pram hari ini. Karena ini operasi Cito atau emergency, asisten dokter yang harusnya mendampingi dokter Pram masih ada jadwal operasi di ruangan sebelah. "Bayi lahir pukul 21.30 WIB,"dokter Pram mengumumkan kelahiran sang bayi. Petugas Perinatologi langsung mengambil alih penanganan bayi yang baru saja dilahirkan. "Rara Fokus,"dokter Pram mengingatkan Rara, agar kembali fokus pada pasien didepannya. "Baik dok,"Rara kembali fokus. Operasi hari ini berjalan cukup sulit, beberapa kali mereka harus menghentikan perdarahan yang terjadi. Kondisi rahim sang ibu juga tidak dapat diselamatkan sehingga dokter Pram memutuskan melakukan Histerektomi (pengangkatan rahim) setelah mendapatkan persetujuan dari suami pasien. Waktu menunjukkan pukul 23.00 WIB saat Rara merapikan barang bawaannya dan bersiap pulang. Rara terkejut saat melihat pesan dari Aska, tanpa berharap bahwa dia masih ditunggu Rara melangkah keluar UGD sambil melihat-lihat sekitar. "Hai,"Aska melambai dengan senyum lebar ke arah Rara. Rara berjalan menghampiri Aska yang tengah berbincang dengan Security di halaman parkir. "Kamu nunggu dari tadi?" Rara bertanya tak percaya. "Ayo pulang,"Aska yang enggan menjawab pertanyaan Rara, segera membukakan pintu belakang. "Kamu bukan supir ku Aska,"Rara meraih pintu samping pengemudi dan duduk dengan nyaman. Aska tersenyum melihat perubahan yang dilakukan Rara. Setidaknya ada kemajuan batin Aska. "Kamu kenapa nggak duluan pulang?" Rara segera bertanya saat mereka sudah duduk didalam mobil. "Kan aku udah janji hari ini jemput kamu,"jawab Aska sembari melambai ke arah Security yang tadi diajaknya mengobrol. "Tapi kamu nunggu lebih dari dua jam Aska, kan kamu bisa istirahat dari tadi,"Rara menatap tak percaya "Toh dua jam ku terbayar kok, buktinya sekarang kamu udah mau duduk disamping ku,"Aska menjawab sambil melirik ke samping. Wajah Rara memerah mendengar jawaban Aska yang terkesan asal. Mereka memutuskan mampir ke gerai makanan cepat saji untuk memesan makanan. Jarak kost Rara memang tidak terlalu jauh dari rumah sakit, sehingga tidak butuh waktu lama untuk sampai ke kost. "Terima kasih atas makanannya, terima kasih juga sudah diantar sampai rumah,"Rara mengucapkan rasa terima kasih dengan tulus "Kembali kasih,"Aska tersenyum "Nanti aku boleh Wa kamu ya,"Aska meminta ijin yang dijawab anggukan dari Rara. "Bye...."Rara melambai ke arah mobil Aska yang mulai menjauh. *** Aska : Aku udah dirumah Rara : Ok Aska : Selamat beristirahat Bu dokter Rara : Selamat malam Aska : Besok aku jemput lagi ya Rara : Ok Meskipun jawaban yang Rara berikan hanya singkat, itupun sudah mampu membuat Aska tersenyum lebar dan merasa bahagia.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD