Chapter 02 - My Hands Are Slippery

1145 Words
Maddie tidak sekelas dengan Shone di dua mata pelajaran, tetapi bukan berarti dia akan sendirian karena faktanya, sekarang ia sedang bersama seorang gadis berambut pirang, Alma. Mereka bersiap-siap membereskan serta menyimpan hal-hal kecil di dalam tas, padahal kelas Mrs. Willson belum selesai dan masih ada waktu sekitar enam menit untuk berada di dalam ruang membosankan itu. Maddie menguap dan Alma menyikut lengan gadis itu. "Aku tidak bisa menahan rasa penasaranku sampai jam makan siang, Maddie. Kuakui, kau adalah satu-satunya gadis paling berani di Santonius High School." Alma menyelipkan sejumput rambut di balik telinga demi memudahkan akses untuk melihat Maddie yang duduk di sampingnya. Suara Alma terdengar berbisik, tetapi Maddie bisa mendengar dengan sangat jelas, sehingga tanpa rasa khawatir jikalau mendapat teguran dari Mrs. Willson, Maddie memalingkan wajah sembari mencondongkan kepalanya. "Terima kasih pujiannya. Lelaki gendut itu mengamatimu." Maddie melirik hati-hati ke sudut ruangan meja paling belakang. Alma memutar mata. "Informan. Dia selalu seperti itu, jadi ... kuberitahu beberapa hal ...." Nada suara Alma semakin memelan dan Maddie, mengabaikan kelas Mrs. Willson senantiasa mendengarkan ocehan Alma. Dari sudut mana pun mereka sudah seperti sedang membicarakan kode rahasia peluncuran nuklir, karena saling berbisik dan tidak jarang hal tersebut mengundang rasa penasaran anak-anak kepo—salah satunya adalah pemuda gendut di sudut ruangan yang barusan Maddie jadikan bahan obrolan. "Jika kau melihat atau mendengar kejadian di loker, maka aku tidak sehebat yang kaupikir. Well, aku hanya menyelamatkan teman lamaku yang diperlakukan semena-mena oleh si rambut perak itu," kata Maddie santai, tanpa memedulikan bahwa yang sedang dia bicarakan kini juga berada di dalam kelas serupa. Aaron tidak akan mendengar pembicaraan mereka, pasalnya sekarang dia sedang tertidur pulas di balik buku biologi. "Si rambut perak itu namanya Aaron, Maddie. Dan kau bilang, Shone adalah teman lamamu? Wow, sepertinya akan ada reuni di jam makan siang nanti." "Kau juga akan makan bersama kami." Maddie mengepalkan tangan ke arah Alma sebagai bentuk toast kemudian disambut gadis itu, bersamaan dengan bunyi bel makan siang. Tentu saja Alma terlihat semringah karena sekarang dia tidak akan makan siang sendirian lagi lalu menjadi objek bully-an Aaron dan teman-temannya. Setiap mengingat hal itu, Alma merasa tidak ingin melanjutkan sekolah, tetapi jika hal itu dia lakukan, maka label pengecut akan melekat selamanya karena tak mampu bertahan. Lagi pula, sekarang sudah ada Maddie. Di awal pertemuan mereka—jam pertama—Maddie memasuki kelas dengan tingkah yang menurut Alma sedikit ceroboh, tidak hanya terlambat, tetapi gadis itu juga terjatuh akibat terinjak tali sepatunya sendiri. Akan tetapi, saat murid-murid menertawakannya—termasuk Aaron—Maddie malah mengatakan dirinya 'i***t' tanpa rasa malu atau pun khawatir jika hal konyol itu akan tersebar di media sosial. Maddie ternyata tidak memerhatikan pandangan orang sekitar dan cenderung sangat menikmati hidup. Alma merasa beruntung karena Maddie menyapanya lalu secara terang-terangan di kelas Mrs. Willson mengajak Alma untuk berteman, padahal gadis itu telah mendengar masalah Alma. "Kau gadis yang baik. Shone beruntung memiliki teman seperti itu karena ...." "Aku tahu, kau juga mengalami hal serupa, 'kan? Aku tidak tahu alasannya, tetapi perlakuan Aaron dan teman-temannya di kelas pertama terhadapmu, telah membuatku murka. Bahkan jika tidak berada di kelas, dia akan mendapatkan stempel sneakers-ku lagi." Maddie menggandeng tangan Alma untuk segera meninggalkan kelas dan mencari Shone untuk makan siang bersama, sedangkan Alma memilih pasrah atas perlakuan Maddie yang sebenarnya membuat gadis itu canggung. Yeah, semenjak kejadian dua tahun lalu ketika Clay—mantan kekasih Alma, sekaligus teman satu geng Aaron—menyebarkan foto d**a berbungkus b*a miliknya ke satu sekolah, para murid kompak menjauhinya. Bahkan cenderung melecehkan atau mengucilkan, menganggap Alma sebagai perempan murahan di mata murid perempuan dan gadis seksi di mata laki-laki. Saat itu, Alma pernah menanyakan Clay perihal masalah tersebut, tetapi dengan enteng dia malah mengatakan bahwa Alma tidak seharusnya percaya, meski Clay adalah kekasihnya. Sejak saat itu, hubungan mereka berakhir dan selama itu pula Alma menjalani kehidupan seorang diri, seperti seorang pecundang. "Yang mereka katakan itu benar, Maddie. Akan kuceritakan nanti dan kuharap Shone juga mau berteman denganku." Alma tersenyum kecil, sembari mengikuti alur langkah Maddie di antara para murid yang memiliki tujuan serupa, yaitu kantin. Sampai di depan lorong kantin, mereka melihat Shone yang sedang menunggu sambil mendengarkan musik. Maddie dan Alma sebenarnya merasa miris melihat keadaan Shone saat ini—wajah lebam dengan beberapa plester di sana—tampak sangat menyakitkan. Menandakan bahwa Aaron benar-benar menghajar Shone hanya karena hal sepele. Maddie melambaikan tangan tinggi-tinggi ke arah Shone lalu berlari kecil, sambil menarik Alma. Suasana koridor benar-benar ramai dan gerakan Maddie berhasil membuat beberapa murid memaki gadis itu. Namun, dengan penuh percaya diri Maddie meminta maaf, sedangkan Alma memilih diam—tahu bahwa orang-orang akan menatapnya jijik. "Ayo ambil makanan dan segera cari tempat untuk menikmatinya. Hari ini kita bertiga akan menjadi teman. Shone ini Alma, Alma ini Shone," ucap Maddie penuh antusias, hingga membuat Alma dan Shone tertawa. Entah bagaimana Maddie dengan mudah mencairkan suasana antara Alma dan Shone, padahal selama ini mereka tidak pernah bertegur sapa, meski memiliki jadwal dan kelas yang sama. Maddie memang sosok gadis idaman. Maksudnya, dengan gaya dan sikap seperti itu dia bisa saja menjadi seorang yang populer. Namun, Maddie malah memilih berteman dengan para pecundang seperti Alma dan Shone. Hanya satu alasan yang Maddie katakan ketika Alma bertanya di sela makan siang mereka, tentang mengapa Maddie memilih bergaul dengan mereka. Maddie ingin melindungi para korban bully-an dan orang-orang populer, tetapi tidak beretika sangat tidak cocok dengannya. "Orang tuaku bercerai seminggu sebelum usiaku sebelas tahun lalu aku dan mom, memutuskan pindah ke Israel. Kalian tahu bela diri krav maga, 'kan? Aku mempelajarinya selama berada di sana, hingga akhirnya mom bertemu seorang jurnalis tampan kemudian memutuskan menikah." Maddie menyuap sup ayam ke dalam mulut, sebelum melanjutkan kembali ceritanya yang ternyata tampak menyenangkan bagi Shone serta Alma. Mereka bahkan sampai rela memperlambat aktivitas makan siang, hanya demi mendengarkan kisah Maddie. "... dan tidak kusangka ayah tiriku ternyata juga berasal dari Salem Fork. Kebetulan yang manis karena akhirnya aku bertemu lagi dengan Shone, meski melalui peristiwa yang menjengkelkan. Aku benar-benar tidak bisa terima perlakuan Aaron. Apa dia selalu berbuat seperti itu? Bad boy i***t!" Maddie menghantam kepalan tangannya di atas meja. Lagi-lagi Maddie menyalurkan emosi pada benda mati. Namun, seketika ia terdiam. Wajah gadis itu tiba-tiba menegang, bahkan sepasang mata abu-abunya mengkilap. Begitu pula dengan Alma dan Shone. Mata mereka sama-sama melebar setelah melihat apa yang baru saja menimpa Maddie. Bahkan tidak ada kalimat yang bisa diucapkan untuk saat ini, kecuali Maddie—gadis itu berguman, mengatakan satu kata makian 'i***t'. "Oh, tidak sengaja. Tanganku licin dan sepertinya akan semakin licin. Sup yang lezat." Aaron tersenyum miring lalu menjatuhkan nampan makan siang berbahan alumunium ke kepala Maddie, hingga terjatuh ke lantai. Satu suara yang berhasil membuat semua mata mengarah pada si perak, Aaron dan si hitam, Maddie. Mendengar ucapan tersebut kedua tangan Maddie mengepal semakin kuat. Ia memejamkan mata, berusaha meredam amarah ketika aroma sup merasuk ke dalam rongga hidungnya. Aroma yang sebelumnya begitu lezat, kini terasa begitu memuakkan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD