Pulang

1195 Words
Pukul Sembilan pagi waktu Indonesia bagian barat, seperti itu waktu yang di lihat Emelie pada jam dinding berukuran besar yang terpasang di dinding ruang kedatangan bandara Soekarno Hatta, Jakarta. Tubuhnya terasa penat setelah menghabiskan 15 jam duduk di kursi kelas bisnis pesawat Qatar Airways dari bandara Heathrow, London. Walau sempat transit di Doha, Qatar tetap tak bisa menghilangkan penat yang menempel erat di tubuh seksinya. Bersamanya tampak Elena masih sibuk mengecek semua koper yang mereka bawa. Sebenarnya hanya ada tiga koper berukuran besar, karena dirinya tak membawa semua perlengkapan milik Abyan, berpikir akan membelinya nanti jika ada yang dibutuhkan. Emelie tipe wanita yang tak mau direpotkan dengan banyaknya barang bawaan saat bepergian. Wanita cantik berusia 33 tahun ini, lebih suka membawa dua tiga lembar pakaian saat bepergian dari pada memenuhi koper dengan isi lemari pakaiannya yang nantinya pasti banyak yang tak terpakai saat matanya melihat pakaian yang bagus dan menarik saat berjalan-jalan. Emelie menunduk untuk melihat Abyan yang mulai gelisah di dalam baby strollernya, menandakan kalau popok bayi gemuk itu sudah saatnya diganti. Abyan type bayi pembersih yang tak nyaman dengan kondisi pakaian kotor di tubuhnya, Sifat yang sama dengan Emelie si mommy cantik. “Jika sudah selesai, bergegaslah bawa Byan ke kamar kecil! Bayiku sudah sangat risih dengan pakaian kotornya,” ucap Emilie pada Elena yang mengangguk sembari mendorong kereta berisi tiga koper milik mereka, Elena mengikuti langkah panjang kaki jenjang Emelie menuju kamar kecil khusus wanita. Dibantu Elena, Emelie menyeka tubuh Abyan yang gemuk dan mengganti pakaian bayi berusia tiga tahun tersebut dengan yang bersih. Setelah selesai, mereka bergegas ke arah pintu keluar karena penjemput mereka sudah menunggu. Seorang pria muda tampak mengangkat papan nama orang yang akan dijemputnya, dan kedua bola mata pemuda berkulit hitam manis itu membola saat salah satu wanita cantik yang keluar dari pintu kedatangan melambaikan tangannya. “Wow, ternyata yang kujemput dua bidadari! Coba tahu, aku akan berdandan maksimal tadi,” decak kagum pria muda itu saat menyadari dua wanita cantik di depannya ini adalah tamu yang bosnya minta untuk dijemput. “Nona Elena Wathson?” tanya di pemuda dengan bahasa Inggris yang fasih. Elena mengangguk dan tersenyum membalas sapaan ramah pemuda didepannya, ”Iya, itu benar nama saya.” “Saya Amar, sopir tuan Chandra yang mengundang anda kemari,” jelas pemuda yang ternyata bernama Amar itu. “Iya, kami sudah tahu!” sahut Elena sembari menunjuk ke arah koper di dekatnya. ”Apa Anda bisa membantu menaikkan koper-koper itu ke mobil?” “Tentu Nona! Silahkan kalian berdua masuk, sementara saya membereskan koper anda,” sahut Amar segera membukakan pintu penumpang untuk tamunya. Emelie masuk terlebih dahulu, disusul Elena yang menggendong Abyan si bocah tampan, selanjutnya Amar yang sudah selesai mengurus koper dan kereta bayi milik Abyan segera masuk ke mobil dan menjalankannya keluar dari terminal ultimate Garuda Indonesia, Bandara Cengkareng, Jakarta. “Sesuai instruksi tuan Chandra, saya diminta untuk membawa anda langsung ke apartemen yang sudah disiapkan untuk kalian berdua,” ucap Amar seraya melihat kedua wanita cantik melalui kaca spion tengah. “Lakukan saja, saya sudah terlalu lelah,” sahut Elena dengan nada datar. Sementara Emelie hanya diam mendengar ocehan Abyan sejak keluar dari bandara tadi. “Mommy, dimana kita sekarang?” “Sekarang kita sedang berada di Jakarta.” “Jakarta? Di mana itu?” “Indonesia, tempat rumah kakek dan nenek Byan,” jawab Emelie dengan menekan kalimatnya yang membuat rasa sakit akan luka lama itu kembali terasa. “Oh! Sungguh menyenangkan!” jawab Abyan dengan ceria. Memakan waktu satu jam lebih untuk bisa tiba di apartemen yang sudah dipesan untuk mereka. Banyaknya kendaraan memadati jalan ibukota ini, membuat perjalanan jadi tersendat dan menguras kesabaran bagi yang tengah terburu-buru. Mobil akhirnya berhenti di depan apartemen kelas atas di bilangan Jakarta Selatan ini, seorang wanita muda tampak berlari menyongsong mereka. Wanita muda berkacamata minus itu membungkukkan sedikit tubuhnya untuk memberi hormat. “Selamat datang, Nona Emelie, Nona Elena dan pangeran tampan Abyan. Saya Leanita, sekretaris tuan Chandra menyambut kedatangan anda berdua.” Emelie dan Elena kompak mengangguk dan membalas jabat tangan Leanita, lalu mereka pun di pandu untuk menuju flat apartemen mereka selama berada di Jakarta. “Untuk sementara, tuan Chandra baru menyiapkan satu flat untuk anda berdua, Nona! Karena tuan Chandra menunggu respon anda berdua atas apa yang sudah kami siapkan,” ujar Leanita ramah saat mereka telah berada didalam flat apartemen yang dituju. “Sampaikan ucapan terima kasih saya untuk bos kamu,” jawab Emelie yang langsung mendudukkan tubuhnya di sofa panjang, sementara Abyan seperti biasa akan berkeliling mengenali tempat yang mereka kunjungi. “Baik, acara makan malam, pukul tujuh malam ini, dan Amar akan kembali menjemput anda,” ucap Leanita lagi. ”Jika tidak ada yang ingin ditanyakan, saya permisi dulu untuk menyiapkan acara nanti malam,” pamit Leanita yang diangguki oleh Emelie juga Elena. “Sebenarnya aku lebih suka rumah dengan halamannya yang luas, dari pada rumah kotak ini,” keluh Emelie seraya melepas cardigan yang sedari tadi dipakainya, menyisakan tank top warna putih menutupi tubuh bagian atasnya. “Akan saya sampaikan ke Chandra untuk segera dicarikan,” jawab Elena seraya menarik koper ke kamar masing-masing. "Abyan! tidak boleh berada terlalu dekat dengan dinding kaca itu!" Suara Emelie terdengar saat putranya berjalan menuju dinding kaca di flat apartemen yang disiapkan untuknya. Emelie pun bergerak cepat untuk meraih tubuh gemuk Abyan dari depan dinding kaca dan menurunkannya ke tempat bermain bocah itu."Kau bermainlah disini, jangan menyentuh benda apapun kecuali Mommy memberimu izin! paham?!" perintah Emelie seraya menatap sepasang mata bening Abyan yang membalasnya dengan senyum lebar dengan deretan kiki biji mentimunnya. Sambil mengawasi Abyan bermain, Emelie pun kembali membuka berkas kontrak kerjasama yang tadi diberikan Chandra melalui sekretarisnya. Membaca setiap poitn yang tertera disana dengan teliti, Emelie memang type seorang yang sangat menuntut kesempurnaan dalam urusan pekerjaan. Dia hanya tak ingin membuang banyak tenaga dan waktu hanya untuk pekerjaan yang tidak serius. Karena baginya, waktu dan tenaga juga keahlian itu mahal harganya. Oleh karena itu, Emelie selaku pemilik bisnis fashion Summer Nigth sangat tidak ingin main-main dalam pekerjaannya, karena dia tidak hanya menanggung hidupnya sendiri tetapi ada banyak kehidupan dari karyawan Summer Nigth yang bergantung pada keputusan dan kejelianya membaca pasar bisnis. "Anda ingin makan diluar atau disini saja, Nona?" tawar Elena setelah selesai dengan pekerjaannya merapikan kamar untuknya juga Emelie yang tidur bersama putra lucunya Abyan. "Saya sedang fokus dengan semua kontrak ini. Jika kau, tidak keberatan. Pesan saja makanan, dan maka disini saja," jawab Emelie tanpa menoleh kearah Elena. Elena yang sangat paham dengan sifat sang atasan sekaligus teman baiknya ini hanya mengangguk, lalu mulai memilih menu makan siang untuk mereka bertiga. "Jam berapa, acara nanti malam?" tanya Emelie lagi. "Komfirmasi dari Chandra, sekitar jam tujuh malam," jawab Elena yang kini menemani Abyan bermain menyusun balok kayu. "Minta kepada Chandra, saya ingin disiapkan kursi bayi saat makan malam nanti." "Baik!" jawab Elena yang langsung mengerjakan apa yang diminta bos cantiknya. Emelie tidak pernah meninggalkan Abyan, saat bekerja pun wanita cantik pemilik tubuh molek itu membawa Abyan serta dan menyiapkan satu ruang khusus untuk Avyan bermain dan beristirahat, karena bagi Emelie, Abyan Atlan Wijaya adalah separuh nyawa juga malaikat kecilnya, yang tak bisa dipisahkan dari kehidupan seorang Emelie. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD