Galau

1378 Words
Revindra Raka Kanigara, pria berusia 30 tahun yang berasal dari keluarga kaya. Pria berwajah rupawan dengan postur tubuh idaman banyak wanita dan memiliki bisnisnya sendiri yang cukup terkenal hingga membuat dirinya semakin di kejar oleh banyak wanita. “Bos! Kenapa aku tiba-tiba menjadi pening melihat tingkah bos sekarang ini,” keluh Boris seraya menjatuhkan tubuhnya di sofa panjang ruang kerja sang pak bos. “Kalau pusing segera minum obat, tidak perlu mengeluh,” sahut Revindra dengan acuh. Pria itu tampak menatap kosong keluar jendela kaca berukuran sangat besar yang mengelilingi separuh dinding ruang kerjanya yang berada di lantai tujuh gedung Raka Consultant and Co. “Karena kebanyakan minum obat, membuatku semakin pusing,” sahut Boris kembali. “Kau, daripada mengeluh dan menggangguku, lebih baik kau pergi ke kantor Erick untuk mengambil kontrak kerja,” perintah Revindra yang biasa dipanggil dengan nama Raka ini. “Kau menyuruhku, sementara kontrak yang dari tuan Salman saja belum kau baca dan jawab! Aku lelah dicecar pertanyaan oleh sekretaris cantik tuan Salman.” “Kalau kau lelah, ajak jalan saja dia! Pasti dia akan berhenti mencercamu dengan berbagai pertanyaan tetapi akan terus meminta perhatian darimu.” Boris tersenyum kesal mendengar perkataan bosnya ini. ”Untungnya aku masih waras untuk tidak membawa sembarang wanita masuk dalam pelukanku. Hingga tak membuat seorang wanita yang kucintai melarikan diri karena melihat sang kekasih sibuk dengan wanita lain dan nyosor sana sini,” sindir Boris membuat Raka menoleh dan memberinya tatapan tajam. “Tak perlu mengingatkan aku akan kebodohan seorang Revindra! Kepergian Ferina sudah membuatku seperti ini,” sesal Raka sembari menghela nafasnya. Dirinya tak menyangka akan mengalami hal yang menyakitkan seperti ini. Dirinya yang membawa gadis sepolos Ferina ke dalam pelukannya dan dia juga yang melepaskan gadis itu begitu saja karena tak mampu mengungkapkan kebenaran atas kesalahan yang dia perbuat. “Sekarang kau menyesalinya, saat Ferina menghilang dan lenyap bagai debu malam hari. Kenapa waktu itu, kau tak berpikir jernih terkait fitnah yang diterima gadis itu!” kilah Tama yang baru saja bergabung. Pria berwajah oriental itu meletakkan setumpuk map ke atas meja kerja Raka. “Aishh … apa saja sih kerjamu? Kenapa kontrak dari Summer Night dan Legian belum kau periksa? Sementara mereka sudah menunggu sejak seminggu yang lalu,” omel Wiratama atau Tama saat memeriksa dokumen yang dua hari lalu dia letakkan di atas meja yang sama. “Aku punya banyak pekerja termasuk kalian berdua! Kalau hal kecil ini saja kalian masih menggantungkannya padaku, lantas apa yang kalian kerjakan?” tanya Raka dengan ketus. “Oke! kalau begitu, kau duduk manis saja. Dan undang wanita-wanita untuk bersenang-senang. Karena aku dan Boris akan mengambil alih perusahaan ini, sebelum gulung tikar!” sergah Tama kesal. Raka hanya mendengus dan meraih gelas berisi wine yang sudah kosong berkali-kali. Pikirannya sedang tak ingin diajak kerjasama untuk urusan pekerjaan. *** Revindra Raka tak bisa memejamkan kedua matanya dengan baik, sudah setahun ini, dirinya mengalami insomnia dan rasa gelisah yang membuatkan hampir depresi. Rasa bersalahnya pada seorang gadis polos yang dia tahu sangat mencintainya, membuat pria berparas rupawan itu semakin terpuruk. Kabar mengejutkan yang dia terima dari salah seorang karyawannya yang juga teman dengan kekasihnya Ferina. Bahwa Ferina adalah gadis yang jujur dan tulus, dia tidak pernah berhitung berapa besar materi yang akan dia terima saat menjadi seorang istri Revindra Raka Kanigara. Teman Ferina yang bernama Aisyah itu pun mengatakan, kalau apa yang dituduhkan Revindra tentang perselingkuhan yang melibatkan Ferina dan seorang pria tidaklah benar. Ferina difitnah oleh seseorang yang menginginkan hubungan antara Revindra dan Ferina hancur. Namun, satu fakta lain yang membuat Revindra benar-benar merutuki dirinya ini adalah saat mata bernetra coklat madu miliknya membaca barisan kalimat dalam surat dengan tulisan tangan Ferina dalam buku kerja gadis itu yang tidak sengaja ditemukan oleh Aisyah, saat gadis itu membereskan meja kerja Ferina. Jakarta, 17 Maret 2015 Dear My Bee, Revindra Raka Kanigara Mungkin kau akan mengatakan, kalau aku adalah wanita muda yang naïf yang terlalu tinggi dalam bermimpi. Atau wanita yang hanya mengejar kesenangan bersamamu saja. Tidak! Aku bukanlah seperti dua wanita yang tersebut di atas. Aku adalah aku, dan aku yakin kamu sangat tahu tentang itu. Tidak ada kebohongan yang tersembunyi, hanya untuk mengikatmu dalam ikatan cinta yang kerap kali kau ucapkan, di saat kau sangat menginginkanku. Apa aku marah? Tidak! Karena aku pikir, itu akan menjagamu tak pergi dariku. Namun, ternyata aku salah. Kau tetap pergi dan memberi kesenangan pada wanita lain. Lalu, aku bisa apa? Selain menangis dan bersabar atas semua yang kamu berikan ke aku, terutama rasa sakit ini. Yang kian hari semakin menekanku hingga ke batas titik nadir seorang Ferina Chintya Di saat kau tak lagi berpaling saat kupanggil, tak lagi memandangku saat kita bertemu. Di situlah aku merasa kalau waktuku untuk bersamamu telah usai. Namun aku masih berharap, kamu percaya padaku, kalau aku tidak pernah melakukan apa yang kau dengar dari Elisa Nurent. Aku sama sekali tidak mengenal pria yang kau lihat tengah bersamaku di foto itu. Yang aku tahu, pria itu menanyakan satu alamat yang aku sendiri tak yakin mengetahuinya. Di mana saat itu ada Aisyah bersamaku, tapi kenapa hanya ada aku dan pria itu di dalam foto tersebut. Tapi sudahlah, aku tidak mau mempermasalahkan foto tersebut, terserah kamu saja untuk memberi penilaian, karena aku sudah lelah untuk menjelaskan pada pria dungu yang tak memiliki hati dan pikiran yang bersih. Karena kamu lebih mengutamakan syahwat daripada kejujuran juga ketulusan. Sebenarnya, malam itu aku ingin memberimu satu kabar gembira buat kita. Tetapi keinginan itu terpaksa aku batalkan karena tak ingin mengganggu kesenanganmu bersama Elisa. Dan akhirnya, kau akan membaca sendirian surat hasil pemeriksaan dokter itu tanpa kehadiranku. Terima kasih mas Raka, terima kasih sudah membawaku hingga ke titik ini. Terima kasih karena sudah mengenalkanku akan apa itu cinta dan kesetiaan yang tak pernah aku dapatkan selama bersamamu. Maaf! Aku harus pergi. Salam Penuh Cinta Ferina Chintya. Dan mata Revindra semakin memerah saat membaca deretan kalimat di selembar kertas berlogo salah satu rumah sakit ternama di Jakarta. “Jadi Ferina hamil? Dan itu adalah anakku!” sesal Revindra seraya meremas dua surat dari Ferina itu. Dunianya seakan berhenti seketika, hatinya tercabik begitu hebatnya. Dadanya terasa sesak, hingga membuatnya sulit bernafas. “Ferina hamil! Dan dia membawa pergi anakku! Kenapa aku sebodoh ini. Kenapa aku tak memberi ruang untuk mendengarkan ceritamu? Aku terlalu egois dan kejam. Kau benar, aku pria dungu!” jerit Revindra di dalam kamarnya yang sunyi. Revindra Raka tersadar, saat suara dering ponsel mengganggu telinganya. Pria itu dengan malas meraih benda pipih yang memiliki kecerdasan tersendiri itu dari atas meja nakas. Revindra hanya mendengkus saat mengetahui siapa yang menelponnya di pagi buta ini. Dengan malas Revindra menggeser tombol hijau di layar ponselnya dan terdengarlah suara sang teman tak ada akhlak. “Ada apa?” “Semestinya, kau menjawab dengan suara lembut, seperti saat menerima panggilan dari para wanita pemujamu!” Suara Boris terdengar bening. “Tidak usah banyak tanya! Sekarang katakana saja, kenapa menelponku!” “Ingin menawarkanmu wanita cantik dan molek!” “Tidak butuh!” sahut Revindra yang langsung disambut dengan tawa Boris. “Aku senang mendengarnya! Asal jangan menjilat ludah sendiri saja!” “Huh!” dengkus Revindra terdengar. “Pemilik Summer Night, esok pagi sudah tiba di Jakarta, langsung dari London. Dan Chandra memastikan pertemuan awal akan dilakukan pada malam harinya pada jamuan makan malam.” “Kau atur untuk jamuan makan malamnya, jangan sampai mengecewakan relasi baru kita.” “Tapi kau besok harus merapikan penampilanmu! Pemilik Summer Night tak akan percaya kalau kau adalah pimpinan di RakaVindra Inc, jika penampilanmu seperti pria kalah judi,” ucap Boris sebelum menutup panggilannya. “Sialan kau Boris! Andai kamu bukan teman terbaikku, sudah aku bumi hanguskan kamu!” sungut Revindra lalu kembali merebahkan tubuhnya di ranjang. Jam duduk di atas meja nakas baru menunjukkan pukul empat pagi, dan Revindra mencoba untuk tidur. Tetapi otak pria itu tidak ingin diajak beristirahat, tangan pria justru membuka aplikasi serba pintar di ponselnya untuk mencari tahu siapa pimpinan Summer Night sebenarnya. Karena yang dia tahu, Summer Night selalu diwakilkan oleh pimpinan cabang untuk Indonesia yaitu tuan Chandrapati Wiguna. Kedua mata Revindra terbelalak, saat layar ponselnya menampilkan photo seorang wanita cantik sebagai pemilik dan pimpinan Summer Night. ”Wow ternyata dia seorang wanita cantik!” gumam Revindra sebelum kembali memejamkan mata dengan senyum di bibirnya. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD