Gadis tanpa wajah

387 Words
Setahun silam, ketika aku divonis amnesia.. Asta Hospital, Birmingham, 8 Oktober 2014... Kedua daun mataku tersibak lepas, pandanganku lesat menyorot ke atas, ke langit-langit bercahaya redup. Sorot mataku yang semula buram, lambat laun makin menyeruak jelas. Kini, kembali kutatap tangan kiriku yang rapuh, dililit perban yang tebal. Begitu pula wajahku yang terbakar, ia ikut dililit perban putih, membuatku tampak seperti mummy. Aku bangkit sekejap, kemudian duduk-duduk di tepian ranjang. Seringkali kupukul pelan keningku, coba pusatkan arah pikiranku ke detik saat ini. "Kau sudah siuman.." sapa ibuku yang duduk di sebelah ranjang rawatku. "Jam berapa ini? Kapan kita pulang?" tanyaku dengan memajang paras layu. "Sekarang jam 9. Setelah kesehatanmu membaik kita bisa pulang." Bola mataku bergidik, "Oh ya, aku lupa. Kita pulang kemana?" "Ke rumah baru kita, pesisir London. Lupakan semua kenangan masa lalu, semua itu kini tinggal sejarah." jawabnya menasihatiku. Dokter pun datang. Kemudian ia kembali mengecek kondisi tubuhku. Seluruh perban yang melilit di seluruh wajah dan lengan kiriku perlahan dilepas. Lantas ia ambil sebuah kaca, lalu ia serahkan padaku. "Lihatlah wajahmu yang baru!" sahut dokter tersenyum. Aku hanya menatap bisu pantulan wajahku. Jemariku menyentuh parasku sesaat. Benar-benar lembut dan hangat. Dokter telah berhasil mengoperasinya dengan baik, sehingga guratan bekas luka bakar tidak nampak lagi. Tapi ada satu hal yang masih mengganjal dalam benakku. Aku seperti pernah melihat wajah ini sebelumnya, tapi dimana? Kurasa wajah ini bukanlah wajahku, melainkan topeng wajah orang lain. Namun kurasa itu hanya ilusiku saja. "Apakah wajahku dulu seperti ini?" tanyaku penasaran. "Ya, namun ada sedikit perubahan pada pipi. Kau lebih tirus sekarang," lalu ibuku berhenti sejenak, kemudian matanya berkaca-kaca, "Maafkan mama ya, mama tak berhasil menyelamatkan satu lembar pun foto milikmu." Hari ini, hari kelima setelah aku sadar dari koma. Aku mengalami koma selama satu bulan. Teringat, ketika siuman aku beranjak dari tempat tidur dengan mengajukan beberapa pertanyaan padanya. Dimulai dari sana, kami mengetahui bahwa ingatanku sudah lumpuh. Kemungkinan mengalami amnesia karena aku terjun dari lantai atas untuk menyelamatkan diri dari kebakaran. Saat terjatuh, kepalaku berhantaman dengan batu taman, sehingga menyisakan sedikit bercak luka. Tak hanya itu, kobaran api juga mengoyak wajah dan lenganku, hingga akhirnya aku harus dioperasi plastik seperti ini. Ya, inilah yang harus kualami, seorang gadis tanpa topeng wajah yang jelas. Wajah yang berbeda dari sebelumnya, tak tahu warna wajah yang sebenarnya. Siapa aku, aku tak pernah tahu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD