bc

Agen Rahasia Milik Tuan Muda

book_age18+
9
FOLLOW
1K
READ
BE
badgirl
heir/heiress
drama
bxg
bold
campus
office/work place
surrender
like
intro-logo
Blurb

"Hidup saya sudah rumit, kamu enyah saja sana!"--Gava Dalvis Wilson, sang tuan muda yang membenci kehadiran Clara dalam hidupnya.

"Gue pergi, lo mati."--Clara Jackson Williams, sang anggota agen rahasia yang ditugaskan untuk menjaga Gava dari orang-orang yang ingin membunuhnya.

Bagaimana jadinya, jika seorang agen rahasia tidak sabaran seperti Clara mendapatkan misi untuk menjaga nyawa seorang tuan muda seperti Gava yang suka sekali mencari perkara? Akankah misi Clara berhasil tanpa ketahuan tentang siapa dirinya yang sebenarnya? Atau akan ada kisah menyangkut hati diantara keduanya?

chap-preview
Free preview
1. Clara Sang Agen Rahasia
Suara langkah dengan sepatu boots hitam yang dikenakannya, terdengar menderu di sepanjang lorong. Perlahan melangkah, menghampiri target yang sudah terkapar lemah. Bau anyir darah dan sekitar yang terasa lembab mendominasi penciuman, tak lupa suasana hening yang begitu kentara. Clara mengangkat kakinya lalu meletakkannya di atas d**a seorang pria yang sudah terbaring tak berdaya. Gadis itu menekan pijakannya, tak heran pria itu sedikit mengerang kesakitan. "Bu-bukankah tadi kamu bilang akan melepaskan saya, jika saya menelan kapsul merah itu?!" Clara terbahak keras mendengar penuturan pria itu. Apa? Melepaskannya? Dasar pria bod*h! Gadis dengan rambut lurus panjang hingga pinggang itu menepuk pundak sebelah kirinya menggunakan tangan kanan, menyingkirkan debu yang ada di kemeja putihnya. Kali ini Clara melepaskan pijakannya, beralih berlutut tepat di sebelah pria yang terbaring itu. "Binatang aja tahu mana yang makanan dan mana yang bukan, lo manusia tapi dungu nya mintak ampun." Ujarnya pelan, namun masih bisa terdengar jelas oleh pria itu. Clara perlahan berdiri, menikmati deruan nafas pria yang berusia akhir dua puluhan itu tampak kesusahan untuk sekedar menghirup oksigen, keringat tak lupa menyucur membasahi dahinya. Seutas senyum tipis terukir dibibir ranum Clara. Seolah ada kepuasan tersendiri kala melihat orang lain kesakitan di hadapan matanya. Apa lagi kesakitan itu disebabkan oleh dirinya sendiri, Clara Jackson Williams. Puas menikmati rasa sakit dari musuhnya Clara mulai memunguti tas ransel yang dibopongnya sedari pagi tapi kini sudah berceceran di atas lantai, bersiap untuk pergi. "Nitip salam sama tuhan ya, bro. Itu kapsul isinya sianida soalnya." Ujar Clara lagi diiringi tawa di setiap kata yang terucap dari mulutnya. Sayangnya pria itu tak merespon, dia sibuk menghirup udara yang bahkan paru-parunya seolah enggan menerima oksigen. Setelah memamerkan senyum manis terakhir kali pada pria itu, Clara melangkah pergi dari sana. Satu langkah ... Dua langkah ... Tiga langkah ... Clara enggan untuk melanjutkan langkah ke empatnya. Gadis itu berbalik, kembali mendekati pria yang hampir kehilangan kesadarannya, seolah ada hal penting lain yang harus Clara sampaikan. "Lo sentuh Gava, lo mati." ... Kata orang, penyampain dengan terburu-buru itu tidak baik. Jadi mari kita mundur beberapa hari agar sesuatu yang masih tampak abu-abu dapat terlihat sedikit jelas. Jum'at, 24 Juni, adalah tanggal yang tidak akan pernah dilupakan oleh seorang Clara Jackson Williams. Bagaimana tidak, itu adalah hari dimana Clara bersama tim agen rahasianya diberi sebuah tugas yang cukup besar untuk pertama kalinya. "Gimana? Kalian mau ambil misi ini?" Seorang pria yang bisa dibilang cukup berumur, dimana terlihat jelas dari sebagian rambutnya yang telah memutih bertanya menatap Clara, berharap gadis itu segera mengambil keputusan. "Tentu, tapi berapa persen yang kami dapat?" Clara tak ragu sedikitpun, gadis itu tak mau melewatkan kesempatan emas ini. Tentu uang juga sesuatu yang sangat penting bukan? "Seperti biasa, fifty-fifty." "Ayolah tuan Jackson, kami bosan dengan pembagian seperti itu. Bagaimana kalau delapan puluh-dua puluh?" Bantah Clara sekaligus memberikan sebuah saran yang tentu saja menguntungkan baginya. Kalau soal uang Clara memang tak mau rugi. "Tujuh puluh-tiga puluh. Ambil atau tidak sama sekali." Clara berkacak pinggang dalam posisi duduknya, menatap kesal pria tua yang ikut duduk tepat di hadapannya, hanya sebuah meja berukuran 121×80cm yang menghalangi tubuh keduanya. "Iya deh iya! Mintak tambah dikit aja susah!" Kesal Clara sembari menandatangani sebuah berkas sebagai bukti bahwa Clara dan timnya menerima misi tersebut sekaligus dengan segala resiko yang akan menimpanya disaat bertugas nanti. "Aku tak percaya kalau The Sicurezza Groub akan bangkrut di tangan anak ku sendiri." Jackson kembali bersuara, menggelengkan kepala melihat tingkah Clara. "Ga usah lebay deh pa, duit segitu bagi papa mah kecil!" Tapi, bukan Clara namanya kalau tidak membantah omongan papanya sendiri. Entah karena sudah terlalu dekat, atau memang anak itu tak tahu bahwa dosanya bisa saja menumpuk karena selalu saja melawan perkataan orang tua nya. Lagi-lagi Jackson hanya bisa tersenyum, dia memang lemah jika dihadapkan dengan Clara. Perusahaannya memang tidak akan gulung tikar begitu saja jika membagi persentase hasil keuntungan sebanyak yang diinginkan Clara. The Sicurreza Groub adalah perusahaan swasta yang bergerak dibidang keamanan. Mereka menyediakan jasa seperti Bodyguard yang terlatih, dan aparatur-aparatur keamanan lainnya yang bisa digunakan oleh semua orang, tentu dengan bayaran yang sepadan. Banyak dari orang-orang kalangan atas menggunakan jasa meraka. Seperti untuk menemani mereka saat berlibur keluar atau dalam negeri, menjaga para petinggi saat mereka menghadiri acara penting, atau sekedar menemani anak kesangan mereka berbelanja di pusat perbelanjaan. Memang orang kaya itu tahu cara menghabiskan uang. Tentu disetiap ada cahaya, pasti ada bayangan, dan disanalah tempat Clara ditempatkan. Secret Agent, merupakan cabang gelap dari The Sicurreza Groub. Secret Agent berisikan tim-tim khusus yang tentu saja bekerja pada misi yang khusus pula dan sesuai namanya, ini bersifat rahasia. Jika The Sicurreza Groub menyediakan Bodyguard untuk melindungi seseorang tanpa perlu melukai orang lain, maka berbanding terbalik dengan Secret Agent. Mereka memegang prinsip, jika ada yang dilindungi, maka akan ada yang mati. Setelah selesai membahas rincian mengenai misi, Clara berpamitan pada Jackson yang tak lain adalah papanya sendiri. Gadis itu kini sudah melangkah keluar dari ruangan komisaris milik Jackson, melangkah menjauh meninggalkan pria tua itu bersama rasa khawatirnya. Sebagai seorang ayah ia tak rela anaknya melakukan suatu hal yang berbahaya, tapi sayangnya anaknya berkepala batu, tak mengerti seberapa takutnya Jackson kala pria itu membayangkan bagaimana keselamatan Clara yang tengah menjalankan misi. "Good luck sayang, tolong pulang dengan selamat." ... Kini Clara berakhir di sebuah ruang baca, dimana ruang baca itu masih bagian dari gedung perusahaan The Sicurreza Groub. Bedanya, ruang baca itu hanya bisa diakses menggunakan kartu khusus. Hanya Clara dan anggota timnya yang bisa masuk ke sana. Clara berjalan lurus, lalu belok kanan di ujung lorong ruang baca. Gadis itu sedikit menarik buku bersampul hijau dengan judul Into The Dark, dan sepersekian detik setelahnya, rak tempat buku itu berada bergeser, terbagi menjadi dua sisi dan mempersembahkan sebuah lift di bagian tengahnya. Setelah memperhatikan sekitar, tanpa ragu Clara memasuki lift itu, seolah tahu kemana lift yang seperti jalan rahasia itu akan membawanya pergi. Pintu lift tertutup. Clara menekan satu-satunya tombol tanpa nomor yang ada di dinding lift. Perlahan lift itu bergerak turun, cahaya mulai remang dan kembali terang saat pintu lift terbuka. Setelah keluar dari lift, sedikit menyusuri lorong Clara kembali di sambut lagi oleh sebuah pintu besi. Di sana gadis itu perlu melakukan scan wajah dan barulah pintu besi itu bisa terbuka. "Ga ada yang lebih ribet dari ini?" Gerutu Clara melangkah masuk ke dalam ruangan serba putih di lengkapi penerangan serta perabotan layaknya sebuah kantor kecil dengan empat meja kerja cukup besar di dalamnya. "Guys, keruang rapat sekarang! Ada misi baru." Seru Clara pada anggota timnya yang baru saja menyadari kedatangan gadis itu. Mereka menyaut mengiyakan tanpa menunggu lama langsung bergerak menuju ruang rapat. Lima menit berlalu, memastikan anggota timnya sudah lengkap barulah Clara memulai rapat mereka pada pagi ini. Ruangan itu kini di isi oleh Empat Orang. Clara sebagai ketua tim, Raka si pria sawo matang sebagai wakil ketua dan ahli strategi, Zack si cowok pribumi sedikit kecipratan darah orang Eropa dari sang kakek sebagai hacker, dan terakhir ada Lei pria berdarah Tionghoa sebagai cleaning service. Mereka menyebut Lei begitu karena memang pria dengan mata sipit itu bertugas membersihkan dan menyabotase TKP hasil perbuatan Clara. Tim ini terkenal dengan nama Tim Dynamite. Berisikan empat orang dengan umur termuda yang ada di Secret Agent, dan siap memberikan sebuah ledakan besar kapan saja dan dimana saja. "Sebelum bahas misi baru kita, gue mau bilang congrats dulu karena sekarang tim kita udah berhasil menyelesaikan misi ke-empat belas dalam waktu satu tahun." Tepuk tangan penuh bangga terdengar memenuhi ruangan, mata Lei pun ikut terpejam menggambarkan kesenangannya karena tersenyum. "Duit lo pada pasti banyak sekarangkan, bisa party nih kita ntar malem." Ujar Clara sedikit bersemangat, sesaat lupa bahwa ia kali ini sedang berada di ruang rapat. Kemana perginya sisi serius yang diperlihatkannya beberapa saat yang lalu? "F*ck, duit gue udah abis buat jajan Ra." Keluh Zack dengan tampang menyedihkan. Sayangnya, Clara malah memandang Zack dengan tatapan jijik. "Tobat Zack, ga takut HIV lo?" Zack membelalakkan matanya mendengar kalimat yang keluar dari mulut Lei. "Mulut lo Lei, mintak dicabein." Balas Zack yang sebenarnya takut juga apa yang dikatakan oleh pria itu kejadian. Ahem! Itu Raka, dia berdehem membuat semua atensi mengarah padanya. "Fokus, kita sedang rapat." Ujarnya memberhentikan topik yang sudah jauh melenceng dari pembahasan sebelumnya. "Dasar perusak suasana!" Balas Clara memutar bola matanya malas. Entah kenapa ketua dan wakil itu tak pernah akur. Tangan Clara menekan sebuah tombol merah kecil yang ada di atas meja. Perlahan, sebuah layar cukup besar setipis tisu tapi kuat muncul dari langit-langit. Jari lentik gadis itu menekan beberapa code di layar hingga layar tersebut memaparkan sebuah data diri lengkap serta foto dari seorang pria bernama Gava Dalvis Wilson. Seorang pria berusia delapan belas tahun yang akhir-akhir ini mendapatkan ancaman pembunuhan. "Misi yang akan menjadi kemenangan kita yang ke-15. Gava Dalvis Wilson, kita perlu melindungi pria ini tanpa dia tahu bahwa kita adalah bagian dari Secret Agent." ...

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Siap, Mas Bos!

read
14.3K
bc

Tentang Cinta Kita

read
191.8K
bc

My Secret Little Wife

read
100.6K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
207.9K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.8K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.8K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook