4. Victorian University

1211 Words
Bolehkah Clara merasa kecewa kepada anggota timnya sekarang? Bagaimana bisa mereka mengatur pendaftarannya di Victorian University dalam waktu satu malam?! Mereka bahkan sudah mendapatkan izin dari Jackson--sang papa soal hal ini. Clara tak bisa mengelak dengan alasan apapun lagi. Mau dengar sesuatu yang lebih gila lagi? Benar, perkuliahannya bahkan dimulai pada hari ini. Clara sunguh menyumpahi timnya agar berubah menjadi monyet saja! Jika bukan karena cek kosong itu, Clara jelas tak mau melakukan semua ini! "Ni bocil salah konsep ga sih, Ka?" Bisik Zack pada Raka. Takut kalau Clara mendengar ucapannya yang menyebut Clara sebagai bocil barusan. Mau bagaimana pun, Zack tak ada niat untuk babak-belur pagi ini. Pandangan Raka terkunci menatap Clara yang baru saja selesai siap-siap dari kamar pribadinya yang ada di markas. Gadis itu tampak menguncir kuda rambut panjangnya, mengenakan dress ketat berwarna coklat tua hingga menutupi d**a. Sepertinya Zack benar, Clara tampaknya salah kostum. "Kamu akan pergi kuliah, bukan club malam." Ujar Raka membuat Clara langsung menatap geram. "Ga usah banyak bacot! Ayo berangkat!" Clara berlalu pergi dari sana sembari mengenakan jaket jeans yang sejak tadi memang ditentengnya. Setidaknya hal itu bisa sedikit menutupi dua gundukan yang ada di bagian atas tubuhnya. Sejak mendengar rencana Raka suasana hatinya seketika buruk. Selama perjalanan menuju Victorian University, mereka tak terlalu banyak bicara. Sesekali mereka membahas keberlangsungan rencana pada misi kali ini, atau bisa saja membahas beberapa hal random yang bahkan tak penting sama sekali seperti saat ini. "Buk ketua, pant*t itu satu atau dua?" Tanya Zack memulai pembicaraan random mereka membuat Raka yang sedang menyetir langsung menyeringit tak suka dengan topik ini. "Dua lah!" Jawab Clara dengan cepat, tanpa perlu berpikit panjang. "Tapi menurut gue satu sih." Ujar Lei mengemukakan pendapatnya. Clara yang awalnya duduk lurus menghadap kedepan langsung memutar badannya seratus delapan puluh derajat menghadap Lei yang duduk tepat di belakangnya. "Dua Lei! Gila aja lo ngejawab satu! Pant*t itu ada dua, kiri sama kanan! Satu biji lo!" Clara memang orang yang seperti ini, dia sangat tak suka kala orang lain berbeda pendapat dengannya. Gadis ini selalu merasa benar dan tak menerima kekalahan. Hanya orang dengan tingkat kesabaran tinggi yang bisa terus berada dan bertahan di sisinya. "Tapikan dia nyatu, Clara." Jawab Lei dengan mata sipitnya. Lei sedikit pucat dan khawatir jika harus berdebat dengan Clara soal hal tak penting ini, berbanding terbalik dengan Zack yang malah mati-matian menahan tawa. Habislah Lei terkena semprot oleh Clara. "Eh Lei! Denger ya, lo ga liat kalau pant*t itu ada belahannya?! Hah?! pernah liat ga! Jadi pant*t itu ada dua! Ngomong satu lagi gue gibeng lo!" "Stop." Cerocosan Clara langsung terhenti kala Raka menginstrupsi. Mereka sudah hampir sampai di depan gerbang Victorian University, tetapi anggota timnya malah membahas hal yang tidak perlu. Terlebih, Clara itu ketua tim mereka. Menurut Raka, sebagai seorang perempuan bukankah seharusnya Clara malu membahas hal itu dengan para lelaki? Raka sungguh tak habis pikir. Sayangnya instrupsi Raka hanya bisa mendiamkan mereka sebentar saja. Ketiganya kembali berdebat, bahkan Zack ikut-ikutan memanaskan suasana perdebatan. Kegilaan rekan timnya terus berlanjut hingga Raka menghentikan mobil yang dikemudinya di depan sebuah gerbang besi yang menjulang tinggi. Victorian University, nama itu tertulis dengan megah di puncak pagar besi dengan pencampuran warna hitam dan emas. Clara sedikit terpukau akan kemegahannya, padahal ini barulah gerbang, bagaimana bagian dalamnya? Clara dibuat sedikit penasaran. Tangan Raka kini beralih memberikan sebuah ransel kecil berwarna hitam pada Clara yang duduk di sampingnya. "Di sini sudah ada senjata dan kaca mata sianida. Usahan untuk tidak mencolok, Clara." Nasehat Raka yang merasa agak was-was akan tingkah bar-bar dari ketua tim Dynamite tersebut. "Tenang aja, gue juga bukannya amatiran." Balas Clara yang sudah beralih dalam mode serius. Kaki jenjangnya melangkah keluar dari mobil. Fakta bahwa anggota timnya yang hanya bisa mengantar hingga depan gerbang membuat Clara sedikit kecewa akan ketatnya peraturan kampus ini. Tak sudi mengakuinya tapi Clara sadar, mengirimnya untuk ikut berkuliah di sini adalah keputusan yang tepat. Mari kita mulai misi ini! ... "Maaf, anda tidak diizinkan masuk. Perkuliahan sudah dimulai." Baru saja ingin memulai misi, tapi sudah ada saja rintangannya. Clara bahkan belum masuk ke dalam lingkungan Victorian University. Dia masih di depan gerbang. Baru ingin melangkah masuk dua satpam sudah mencegatnya. Namun Clara tetap tersenyum, telunjuk kirinya bergerak mengetuk beberapa kali anting magnet yang terpasang di telinganya. Berharap, rekan timnya yang lain bisa mendengarkan percakapan mereka. "Maaf pak, saya mahasiswi baru. Ini hari pertama saya." Kedua satpam itu menatap Clara dengan curiga. Sekarang memang sudah memasuki semester baru, tapi acara orientasi mahasiswa sudah dimulai dari beberapa hari yang lalu. Ditambah, Victorian University bukanlah kampus yang begitu saja menerima mahasiswi baru, ada penseleksian yang begitu ketat. "Boleh saya lihat kartu mahasiswanya?" Ujar salah satu satpam yang bertubuh lebih tinggi. "Kartu mahasiswa? Bentar ya pak." Clara mulai menggeledah tasnya. Tampak tenang, tapi sebenarnya ia sedikit panik. Kartu mahasiswa? Benda macam apa itu? Mengingat selama ini ia hanya home schooling dan kesehariannya juga disebukkan oleh banyaknya misi, Clara menjadi tidak tahu banyak hal yang berhubungan dengan hal-hal sepele yang bersangkut-paut dengan sekolah. "Duhhh... dimana ya pak saya naroknya?" Ujar Clara lagi dengan sikap terus menggeledah isi ranselnya yang sudah disiapkan oleh Raka. "Periksa dibagian depan tas." Akhirnya suara Raka terdengar. Dengan cepat Clara menggeledah bagian depan tasnya. Benar saja ada sebuah kartu disana dan tanpa membuang waktu Clara langsung memperlihakannya pada satpam itu. Setelah melakukan beberapa pengecekkan akhirnya Clara dibiarkan masuk dan diantarkan langsung oleh salah satu dari mereka. Tentu sikap mereka langsung berubah kala tahu nama Jackson Willams tersemat di nama Clara. Menjadi bagian keluarga dari orang yang berpengaruh sungguh mempermudah urusan. Itu juga lah alasan kenapa Clara didaftarkan dengan identitas aslinya. Kampus ini sungguh luar biasa. Memiliki tiga gedung utama yang menghadap dengan sempurna kearah lapangan yang begitu luas. Geduang A untuk belajar khusus materi, gedung B untuk laboratoium, dan yang terbesar dan terletak ditengah yakni gedung C sebagai pusat semua kegiatan ekstrakulikuler dan auditorium juga berada di sana. Setidaknya itu yang bisa didapatkan oleh Clara dari sang satpam yang mengantarnya. Tujuan mereka saat ini adalah gedung C, ebih tepatnya Auditorium. Semua mahasiswa dan mahasiswi baru dari segala jurusan dikumpulkan disana. "Silahkan masuk, saya pamit undur diri." Ujar sang satpam saat mereka sudah berdiri di depan pintu masuk auditoruim yang berada di lantai tujuh. Saat meihat punggung sang satpam semakin menjauh, Clara kembali mengetuk anting magnetnya sebanyak tiga kali. "Zack, gimana keadaan di luar?" Tanya Clara yang masih setia berdiri di depan pintu masuk auditorium. "Di sini aman. Gue udah dapet daftar siapa aja yang akan keluar masuk dari kampus ini. Kalau ada yang mencurigakan, bakal langsung gue kasih tahu." Jawab Zack yang menjaga di depan gerbang bersama Lei tentu saja. "Raka?" Tanya Clara lagi memastikan posisi wakil ketua tim Dynimite. Mau bagaimana pun, Clara tak akan mentoleransi kesalahan sekecil apapun dalam misi kali ini. Terlebih Clara sudah memaksakan diri untuk ikut berkuliah. "Saya kembali ke markas. Paling lambat dalam waktu dua kali duapuluh empat jam akan saya bawa nama-nama yang patut kita curigai dalam kasus ini." Clara mengangguk kuat, merasa sudah puas dan tak adak kesalahan sejauh ini. "Gue akan mulai mengawasi Gava dari dekat. Apapun yang terjadi, misi ini harus berhasil. Dynamitie... " "Let's make a blast!" Sahut mereka semua serempak menyebutkan semboyan tim Dynamite. Dimulai dari sekarang, semuanya tak akan berlalu dengan begitu mudah. ...

Great novels start here

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD