Setelah mendapati Rumi pingsan Abi segera mengangkat tubuh mungilnya menuju tempat parkiran mobil.
“ Rumi. Sadar dong. Kamu kenapa? Jangan bikin panik gini! “ Abi membuka pintu mobil, kemudian meletakan Rumi yang masih tak sadarkan diri di kursi belakang. Kemudian ia segera duduk di bangku kemudi, dan segera memacu mobilnya dengan kecepatan sedang.
Sesampainya di lobby rumah sakit Abi Segera mengangkat tubuh Rumi mencari perawat. “ Sus, tolong saya! “ Abi memanggil perawat yang sedang berjaga di lobby.
Dengan cekatan Rumi segera mendapat pertolongan. Infus sudah menancap di lengannya, tapi gadis itu belum juga membuka mata. Abi yang kini di temani Bagas menatap Rumi cemas.
“ Lo apain lagi dia Bi? “ tegur Bagas.
Abi menatap Bagas tak suka. “ Lu pikir gue cowo berengsek, yang akan melakukan kesalahan yang sama ? Huh? Kaya lu baru kenal gue aja Gas! “
“ Ya, kali aja setelah tau rasanya lu jadi ketagihan dan maksa dia lagi, “ ceplos Bagas tanpa ragu.
“ Gila lu, tadi gue cuman ajak dia ngobrol aja. Pas gue ngajak dia makan, ekh dia malah pingsan. “ dengan geram Abi menjelaskan pada Bagas apa yang ia lakukan dengan Rumi tadi. “ Jujur sekarang gue tambah khawatir sama dia. Jangan-jangan di perutnya udah ada… “ Abi menggantungkan kalimatnya, tubuhnya bergidik ngeri saat memikirkan kemungkinan kalau Rumi hamil setelah kejadian itu.
Bagas yang tak mengerti mengerutkan keningnya. “ Jangan- jangan rumi kenapa? Dia sakit parah? “ tanyanya polos.
“ Maksud gue jangan-jangan di dalam perut di udah ada Anak gue!“ Abi menunjuk kearah perut rata Rumi.
“ Hah? Bisa jadi sih, “ Bagas kini ikut menatap perut Rumi yang masih rata sambil menggeleng . “ Rumi yang malang. “
Mereka di kagetkan oleh suster yang mengetuk pintu dari luar, suster datang mencari wali pasien untuk bertemu dengan dokter. Abi yang merasa bertanggung jawab atas Rumi akhirnya mengikuti arahan suster untuk bertemu dengan dokter yang memeriksa Rumi.
***
Rumi membuka mata saat Abi sedang menatap ke luar jendela kamar. Pria yang berdiri tak jauh dari ranjang itu mendengar pergerkan langsung membalikan badannya.
“ Rumi, kamu sudah sadar? “ mendekat ke arah ranjang.
“ Saya dimana? Kok Mas Abi ada disini? Ngga kerja? “ Sambil memegang kepalanya yang masih terasa pening Rumi mengangkat tubuhnya lalu duduk.
“ Kamu pingsan, saya bawa ke rumah sakit. Saya undur jadwalnya. Sudahlah kamu istiraha dulu, kamu mau makan apa? Biar saya Carikan. “ Abi hendak beranjak dari tempatnya berdiri namun tangannya di tahan oleh Rumi.
Rumi sadar telah menyentuh Abi segera menarik tangannya dan menunduk. “ Maaf, Mas Abi maafkan saya telah merepotkan dan menyebabkan banyak kekacauan selama ini.“
Abi menggeleng. “ Tidak Rumi, justru saya yang harusnya meminta maaf. Karena menolong saya kamu harus kehilangan kehormatan dan kesucian. Demi tuhan Rumi, saya tak pernah berniat menjadi pecundang. Saya akan bertanggung jawab dan menikahimu. Jadi maukah kamu menjadi istri saya? “Abi menatap Rumi penuh harap, ia berharap Rumi menerima lamarannya yang mendadak ini.
“ Tapi Mas, bukankah Rumi sudah bilang kalau Mas tak sepenuhnya salah dalam masalah ini. Rumi juga salah Mas, jadi Mas tak perlu merasa bersalah. “ Rumi masih menundukkan kepalanya tak berani menatap Abi.
“ Rumi, saya takut. Kita telah melakukan perbuatan zina. Saya takut di dalam sana ada sesuatu yang hidup dari benih saya. Kalau itu sampai terjadi akan semakin rumit bukan? “ Abi menunjuk ke arah perut Rumi.
Rumi melihat arah yang di tunjuk Abi memandangi perutnya sendiri dengan penuh rasa khawatir.
“ Jadi apa yang aku pikirkan itu jadi kenyataan? “ Rumi Meremas perutnya frustasi.
“ bukan! “ Abi sadar kalau Rumi salah kira menahan tangan gadis itu. “ Kata dokter kamu setres dan tertekan. Gula darah rendah dan gejala maag. Jadi kamu belum hamil saat ini, tapi aku tak bisa menjamin apakah benihku tak akan berkembang beberapa Minggu kemudian. “
“ Baiklah, kita menikah saja Mas. Lagi pula saya kabur dari rumah demi menghindari perjodohan dengan orang asing. Kalau saya sampai hamil bukankan akan lebih menyakitkan melihat kekecewaan ibu- bapak pada saya? Saya tidak sanggup kalau mereka sampai jadi bahan olokan tetangga kalau itu sampai terjadi.“
“ Baiklah kita akan menikah dengan sederhana di kampungmu Rumi. Tapi sebelum itu saya akan bawa kamu ke keluarga saya dulu. “ Abi mengelus lembut bahu Rumi.
“ Tapi Mas, bagaimana kalau nanti hubungan kita malah terbongkar. Bagaiman dengan karirmu? “ Mata Rumi yang sudah berembun menatap Abi.
“ Kita pikirkan itu nanti. Untuk saat ini kita pikirkan yang ini dulu. Tapi maaf Rumi menikah denganku mungkin akan menyusahkanmu. “
***
Rumi yang sedang memilih baju di ruang wadrobe di kejutkan oleh kedatangan Danu yang tiba- tiba.
“ Rumi, kamu kemana saja? Kamu baik- baik sajakan? “ Danu menghampiri Rumi yang masih mematung sambil mencari baju.
“ Baik Mas. Maaf Mas saya sedang ditunggu,” setelah mendapatkan barang yang ia cari Rumi segera pergi meninggalkan Danu.
Danu belum menyerah, ia mengikuti Rumi hingga ruangan Abi.
“ Ngapain lu ngikutin Rumi? “ Tanya Abi tak suka.
“ Ada urusan yang harus gue selesaikan denga dia. “
“ Ga bisa, dia lagi kerja. Jadi ga bisa diganggu. Sekarang lo boleh pergi! “ Abi mengusir Danu.
“ Oke, Rumi nanti aku kirim alamat tempat kita ketemu. Mas pergi dulu, “ melambaikan tangan pada Rumi tapi matanya mengawasi Abi.
Danu akhirnya meninggalkan mereka di dalam ruangan itu, baru beberapa langkah Abi meninggalka pintu. Pintu sudah kembali terbuka, Jessica datang dengan membawa paperbag berisi makanan dan juga kopi untuk Abi. “ Akhirnya kita jadi juga pemotretan majalah dengan tema romantis, “ Jessica menyodorkan kopi untuk Abi.
“ Sorry, kemarin gue sedikit sibuk. Jadi gue cancel jadwal pemotretan. “ Abi mengambil alih kopi di tangan Jessica.
Rumi dengan cuek membereskan semua baju dan perintilan yang akan Abi pakai. Ia berusaha menjadi tuli saat berada di tempat kerja bareng Abi.
“ Rumi Lo bisa keluar sebentar? Ada yang perlu gue obrolin sama Abi. Penting! “ Jessica menatap Rumi dengan penuh harapan.
Rumi yang sudah menyelesaikan tugasnya memilih menurut dan meninggalkan mereka. Dia tak mau membuat kegaduhan dengan menentang keinginan Jesicca.
Saat Rumi akan memegang handel pintu tangannya di tahan oleh seseorang. “ Biarkan Rumi disini, dalam Islam tidak baik lelaki dan perempuan hanya berdua dalam satu ruangan. “ Abi beralasan.
“ Tapi, baiklah. “ Jesicca hendak protes tapi ia urungkan.
Pada akhirnya Abi dan jesica mengobrol di temani Rumi yang sibuk melakukan kegiatannya sendiri. Sesekali Abi mencuri pandang pada Rumi yang terlihat fokus mengerjakan sesuatu. Diam- diam Jesicca juga memperhatikan tingkah Abi pada Rumi. Setelah di rasa cukup puas mengobrol dengan Abi Jesica akhirnya pamit.
“ Apa menariknya cewe culun kaya dia? “ Jesica menatap Rumi tak suka, Lalu menoleh pada Abi yang hanya tersenyum lembut.
Jengah sendiri akhirnya Jessica berlalu dengan wajah yang ditekuk. Sementara Rumi yang melihat Jessica hanya menatap bingung melihat wanita itu terlihat tak senang.
“ Sudah selesai? “ tanyanya pada Abi.
Abi hanya mengangguk “ tolong ambilkan itu “ Abi menunjuk pakaian yang telah Rumi siapkan.