4. Negosiasi dengan Rumi

1129 Words
Sudah hampir seminggu Rumi tak menampakkan batang hidungnya dihadapan Abi. Dia masih menyiapkan segala kebutuhan Abi sesuai jadwal, namun ia tak pernah mau berpapasan dengan pria yang telah merenggut kesuciannya. Rumi lebih memilih menghindari lelaki itu. Entahlah tak pernah sedikitpun ia berpikir untuk memohon pertanggung jawaban dari Abi. Ia takut malah terluka saat menuntut Abi, terlebih dia sadar diri bahwa ia tak layak untuk meminta pertanggung jawaban atas apa yang menimpanya. Rumi berjalan gontai setelah menyimpan semua baju yang akan Abi kenakan hari ini dalam ruang kerjanya, pikirannya kembali menerawang pada kejadian Minggu lalu. Dimana ia janjian dengan Danu di sebuah bar hits Di kawasan Jakarta Selatan. Akhirnya setelah enam bulan Rumi bekerja di Jakarta Rumi menemukan keberadaan Danu. Danu yang kini menjadi model mengajak Rumi bertemu di tempat biasa ia nongkrong bareng temanya. Pertemuan mereka berlangsung baik- baik saja dan normal. Hingga akhirnya seorang lelaki datang menggebrak meja sambil menatap tak suka ke arah Rumi dan Danu bergantian. Mata Rumi membelalak saat mendapati Abi yang ternyata menggebrak meja, Rumi yang merasa terkejut segera meneguk minuman yang berada di depan Danu. Sementara Abi terlihat merancau tak jelas sambil menunjuk- nunjuk Rumi. Semua mata tertuju pada mereka. Ada beberapa dari mereka yang mulai mengabadikan momen dimana Abi terlihat tak waras. Jesicca datang bergelayut manja pada Abi. “ Sayang kamu sudah mabuk. Ayo kita pulang sekarang! “ Gadis itu segera memapah tubuh tegap Abi yang kini sempoyongan. Rumi yang masih sadar segera menyusul mereka dan pamit pada Danu. Rumi merasa ada yang tidak beres dengan Abi saat ini. Beruntung Abi dan Jesicca masih berada di depan bar, saat Abi memasuki mobil Rumi segera mendorong Jesicca yang hendak ikut naik taxi. “ Maaf mas Abi biar saya saja yang antar. Sepertinya Mba juga butuh istirahat,” Rumi mengusir halus gadis cantik yang berdiri di sebelah mobil. Sementara Rumi dengan cepat masuk dan menutup pintu mobil. Mobil sudah melaju saat Jesicca hendak membuka pintunya. Dalam perjalanan Abi mulai merasa gelisah dan kepanasan, sementara kepala Rumi mulai terasa berat dan pening. Berkali- kali Rumi mengerjapkan matanya agar tetap sadar namun semakin lama semakin terasa pening kepalanya. Sebelum hilang kesadaran Rumi menyebutkan alamat apartemen Abi pada sang supir yang mencuri pandang lewat kaca. Abi yang semakin tak terkendali mulai melepas jaket jeans yang melekat di tubuhnya, tak cukup melepas jaket Abi membuka dua kancing kemejanya. Beruntung jalanan cukup sepi malam ini, sehingga mereka segera sampai tempat tujuan. Sebelum turun Rumi menyodorkan uang pecahan seratus ribu sebanyak tiga lembar. “ Pak. Ini, terimakasih ya pak. “ Dengan seluruh tenaga yang tersisa Rumi memapah tubuh tinggi Abi masuk ke unit tempat lelaki itu tinggal. Nahas sesampai di dalam kamar Rumi malah menjadi sasaran nafsu Abi yang semakin liar. Saat itu Rumi sudah berusaha berontak dan menolak, tapi ia kalah tenaga terlebih efek alkohol yang telah ia tegak cukup membuatnya semakin lemah. Tak terasa air mata Rumi mengalir kala mengingat peristiwa mengerikan itu. Langkah Rumi tertahan kala sebuah tangan menarik lengannya paksa, sehingga ia harus mundur mengikuti seseorang yang telah menyeretnya itu. “ Rumi, kita harus bicara! “ Abi membawa Rumi ke dalam kamarnya, kemudian menguncinya rapat. Karena menurutnya kamarnya adalah tempat yang aman untuk berdiskusi dengan gadis berambut pendek berwajah manis itu. “ Stop, lepaskan saya! “ Teriak Rumi, tangannya menghempaskan tangan Abi yang masih menempel. “ Saya tidak butuh berbicara dengan kamu saat ini. Jadi tolong, tolong biarkan saya pergi. “ “ Rumi, sampai kapan kamu akan menghindar dari saya? Saya tahu, apa yang telah saya lakukan sudah merugikan kamu, jadi tolong jangan membuat saya menjadi pria b******k dan seperti tak mau bertanggung jawab. “ Rumi diam tak bergerak dan tak bersuara, Abi mendekat dan mendudukkan Rumi di sofa dekat kasur. Air mata masih membasahi pipi chubynya. “ Rumi, dengarkan saya. Saya bukan seorang b******n yang tega merenggut kesucian dan merusak anak gadis orang. Saya tak ingin kelak anak keturunan saya akan menanggung akibat dari apa yang saya perbuat. Jadi tolong kita bicarakan ini baik-baik dan jangan menghindar lagi. Oke? “ Rumi menyeka air matanya kasar. “ Lalu bagaiman cara kamu bertanggung jawab? Menikahi saya? Itu tidak mungkin bukan? Karena menikahi saya akan menimbulkan banyak masalah untuk karir anda, “ Rumi menatap lekat pada netra hitam milik Abi. “ Ya, kamu benar. Akan banyak Masalah bila saya tiba-tiba mengumumkan pernikahan saat ini, akan banyak brand yang menarik kontrak kerja sama dengan saya, “ Abi menghela nafas panjang sebelum akhirnya ikut duduk di sebelah Rumi. Rumi menatap Abi serius. “ Itulah alasan saya menghindari kamu dan tak pernah menuntut apapun. Karena tak akan ada jalan keluar untuk masalah ini, jadi mari kita lupakan semua ini dan kita hidup seperti biasanya saja, “ ucapan Arumi terdengar semakin melemah di telinga Abi. Abi menoleh melihat Rumi meremas bajunya kaut- kuat. Perlahan Abi bersimpuh di atas lutut Rumi. Ia memberanikan diri meraih tangan Rumi yang terasa dingin. “ Rumi, saya akan bertanggung jawab menikahi kamu. Tapi kita harus merahasiakan pernikahan ini. Bagaimana? “ Ucap Abi serius, tangannya mengelus lembut punggung tangan Rumi. Rumi menatap Abi tak percaya, ia menatap lekat manik mata legam itu. Berusaha mencari keseriusan dan ketulusan dari sana, bukankah anggota tubuh yang selalu jujur saat dimintai jawaban atas semua keraguan. “ Tapi kita tak saling mencintai! Jadi lebih baik kamu pikirkan lagi sebelum mengambil keputusan Abiyasa! “ Rumi hendak berdiri, namun tangan Abi masih menggenggamnya erat. Rumi menatap sinis ke tangannya. “ Rumi, bukankan mereka yang sudah menikah dan memiliki keluarga bahagia dan utuh pun, mereka berasal dari saling tak mengenal dan tak cinta? “ Abi terdiam sejenak menghirup udara sebanyak yang ia bisa. “ lalu kenapa kita tidak mencoba untuk mengenal dan menyanyangi satu sama lain setelah menikah nanti. Pikirkanlah lagi sebelum kamu mengambil keputusan Rumi. Saya menunggu jawabanmu secepatnya. “ Abi melepaskan tangan Rumi yang kini mulai terasa hangat kembali. Ia berjalan ke arah pintu kamar dan membuka pintu yang tadi ia kunci, meninggalkan Rumi seorang diri yang masih terduduk di tepi ranjang. Rumi terdiam cukup lama setelah mendengar dan mencerna setiap perkataan Abi tadi. Setelah dipikir ada benarnya juga semua yang di ucapkan Abi. Setidaknya nama baik keluarga mereka harus di selamatkan dengan pernikahan rahasia antara mereka. Biarlah dia menyandang gelar istri rahasia seorang Abiyasa pratama demi menjaga nama baik kelurganya di kampung. Dia hanya takut menghadapi cemoohan orang kalau mereka Sampai tahu dirinya yang sudah tak perawan. Terlebih pandangan tetangga pada orang tuanya yang terkenal ahli ibadah, membayangkannya saja Rumi langsung merinding. “ Sebaiknya kita sarapan dulu Rumi. Nanti kamu sakit ! “ Tegur Abi di ambang pintu membuyarkan segala khayalan Rumi. Rumi menatap Abi sembari menegakan tubuhnya untuk beranjak. Tiba- tiba badan Rumi terasa enteng seperti tak bertulang, sebelum semenit kemudian ia terhuyung. Beruntung Abi segera berlalu menahan tubuhnya tepat waktu, kalau saja terlambat sedetik tubuh wanita itu akan tersungkur ke lantai.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD