“ Astaga! “ Rumi yang tak sengaja melihat ke arah jendela mulai merasa panik, tanpa sengaja ia mencengkram lengan di bangku sebelahnya.
“ Hey, lepaskan tanganmu! “ pria berkacamata hitam lengkap dengan masker yang menutupi setengah dari wajahnya menegur Rumi.
“ Maaf, maaf. Mas saya minta tolong, biarkan saya pegang tangan Mas selama perjalanan. Boleh ya Mas ?“ Rumi menoleh dengan tangan gemetar yang masih setia bertengger di atas lengan pria asing itu. Terlihat wajah Rumi pucat dengan keringat bercucuran dan badan sedikit bergertar.
Mata Abi menatap Rumi penuh selidik, hingga akhirnya ia mengijinkan gadis berkacamata itu memegang tangannya. “ Ya sudah boleh. Tapi tolong jangan mencakar tangan saya, oke. Itu terasa sakit! “ protesnya.
Arumi yang tersadar langsung melonggarkan cengkeramannya . Ia meringis merasa tak enak hati. “ Maaf Mas, saya tidak sengaja. Saya panik. “ ucapnya dengan suara bergetar. Ia memundurkan wajahnya dengan mata berkaca-kaca.
Abi yang melihat mata gadis itu mulai berkaca-kaca langsung panik. “ Oke, saya maafkan. Tapi jangan nangis. kamu boleh pegang tangan saya, tapi jangan nangis ya. please ! “
Untung saja Abi memakai masker dan kacamata hitam jadi Rumi tak dapat melihat wajah paniknya saat ini.
Akhirnya Abi kembali duduk santai dengan tangan yang masih bertaut dengan gadis di sebelahnya.
Abi menghela nafas panjang mengingat kembali perjalanannya kali ini. Dari mulai ia dipaksa pulang ke kota Semarang oleh ayahnya untuk berkenalan dengan seseorang yang dijodohkan olehnya, hingga akhirnya ia pulang dan bertemu gadis aneh, terasa sangat melelahkan baginya. Akhirnya ia lebih memilih memejamkan matanya.
Hingga akhirnya ia terbangun karena merasa sakit pada lengannya. Lagi- lagi tangan Rumi mencakar Abi, pria itu mendengus kesal menatap tajam kearah Rumi yang terlihat panik dan ketakutan. Karena tak tega akhirnya ia hanya pasrah.
Pesawat sudah mendarat dengan sempurna, kini Rumi sudah terlihat tenang dan mulai bersiap untuk turun.
“ Kamu itu punya acrophobia, tapi masih nekat naik pesawat? Lain kali lebih baik kamu naik transportasi darat saja. Daripada menyusahkan dan merugikan orang lain! “ ucapan Abi terdengar menohok di kuping Rumi.
“ Maaf Mas, maaf karena saya telah merugikan dan mengganggu perjalanan Mas. Tapi seharusnya Mas punya sedikit rasa empati, dan bukankah tadi Mas sendiri yang mengizinkan saya untuk memegang tangan Mas?! “ Rumi yang tak terima dengan ucapan Abi terlihat jengkel.
Ia pikir lelaki asing di sebelahnya menolong dengan iklas, tapi ternyata dia malah mendengarkan protes darinya. Sebenarnya ucapan lelaki itu ada benarnya juga.
“ Harusnya kamu mikir dulu sebelum bertindak, kamu itu sudah membahayakan dirimu sendiri. Saya itu bicara begini karena saya merasa peduli padamu. Coba pikir kalau tadi saat kamu kambuh tapi tidak ada orang lain di sebelahmu, atau orang di sebelahmu tidak mengizinkan kamu memegang tangannya. Atau bahkan orang di sebelahmu itu orang jahat yang suka memanfaatkan keadaan. Kamu pasti dalam masalah besar saat ini. “ Abi melirik sekilas pada wanita di sebelahnya .
Arumi yang mendengar penuturan Abi membenarkan semua kemungkinan itu, tapi apa boleh buat. Ia tak bisa pergi lewat jalur darat karena nanti akan ketahuan oleh orang tuanya. Dan rencana pelariannya bisa gagal total.
“Lihatlah, ini semua karena ulahmu tadi. Bagiaman caramu bertanggung jawab sekarang? “ Abi mengangkat lengannya yang kini terdapat banyak tanda merah akibat kuku Rumi tadi.
Muka Rumi yang semula cuek kini berganti terkejut. Matanya membola saat melihat lengan si pria berkacamata itu sudah terdapat luka karena ulahnya.
Tanpa banyak berkata Rumi bangkit dan menyeret Abi untuk keluar dari pesawat.
Abi yang diseret merasa kebingungan. “ Hey. Berhenti! Mau kemana? “ segera ia menghempaskan tangan Rumi.
“ Ayo, turun dan segera obati itu. “ Rumi akan menarik lagi lengan Abi, namun Abi segera mundur.
“ Sudahlah, aku bisa mengobatinya sendiri, “ Abi bergegas mengambil koper dalam kabin.
Seakan diingatkan Rumi pun ikut mengambil kopernya yang masih dalam kabin.
“ Mas, maafkan saya, ayo saya obati dulu tangannya. “ Rumi mengekor di belakang Abi yang kini tengah berjalan menyusuri kursi kosong di kabin.
“ Mas! “ Teriak Rumi karena merasa di abaikan.
tak menyerah Rumi mterus menyeret kopernya mengikuti Abi hingga di depan toilet.
Abi membalikan badannya menghadang langkah Rumi. “ Kamu masih mau mengikuti saya? “ Matanya melirik ke arah atas di mana ada tanda bahwa toilet itu hanya untuk pria.
Rumi yang mengikuti arah mata Abi seketika tersenyum kikuk. “ Akh, baiklah saya akan menunggu disini. “
“ Sungguh, saya baik-baik saja. Kamu boleh pergi sekarang, dan untuk ini, “ Abi mengangkat tangannya sejajar dengan muka Rumi. “ saya bisa mengobatinya sendiri. Ini hanya luka kecil. “
“ Tapi…. “ belum sempat Rumi menyelesaikan ucapannya ia segera di tarik mendekat oleh Abi, menyisakan jarak beberapa centi saja.
“ Diamlah, aku butuh bantuanmu.hanya lima menit saja, Setelah ini kau boleh pergi! “ Mata Abi menatap ke arah belakang Rumi.
Rumi yang terkejut hanya mematung dengan patuh ia menuruti perkataan pria di hadapannya tanpa protes.
Setelah memastikan keadaan sudah aman akhirnya Abi segera memundurkan badannya dari hadapan Rumi. “ Terimakasih, kau sudah boleh pergi sekarang. “ ucapnya seraya meninggalkan gadis berkacamata yang masih mematung.
Sadar Abi sudah tak di hadapannya Rumi mendengus kesal. “ Dasar lelaki aneh. Ga jelas sekali dia itu, “ tangannya menunjuk kearah pintu toilet.
“ Rumi! Kau di sini rupanya. Aku sudah mencarimu kemana- mana, “ seorang gadis cantik di belakang Rumi menepuk bahunya pelan dan segera memeluk Rumi.
“ Stela? Ya ampun, maaf. Aku lupa kalau kamu sedang menungguku, “ Rumi membalas pelukan sahabatnya itu.
Setela segera menyeret Rumi menjauh dari toilet menuju pintu keluar bandara. Rumi yang di seret terpaksa mengikuti langkah stela tanpa perlawanan.
“ Tunggu, aku melupakan sesuatu. Dia masih di dalam toilet. Aku harus mengobatinya.“ Rumi menghentikan langkahnya, membuat stela kebingungan.
“ Siapa? Kau kesini bareng siapa? “ Stela menoleh mencari orang yang di maksud Rumi.
“ Dia pria berkacamata hitam. Dia tadi yang menolong aku saat kena serangan panik di dalam pesawat, “ Rumi menatap ke arah pintu keluar yang telah ia lewati, Berharap pria tadi melewati pintu itu. Tapi ternyata dia tak juga tampak setelah lima menit Rumi dan stela berdiri sembari menunggu mobil yang akan menjemput mereka datang.
“ Semoga suatu hari kita bertemu kembali, dan aku akan meminta maaf dan berterimakasih untukmu sekali lagi. “ batin Rumi masih setia menatap ke arah pintu masuk bandara.
***
“ Jadi kamu besok sudah mulai kerja Mi? “ Stela bertanya di tengah kegiatannya mengunyah cemilan.
“ Iya. Semoga hari pertamaku lancar ya La, “ Rumi tampak lesu.
“ Loh, kenapa Mi? Kamu harus semangat dong. Kamu kan kesini buat buktiin ke orang tua kamu bahwa kamu bisa sukses tanpa mereka. “ Stela berbicara serius.
“ Iya aku tahu. Tapi kok aku ga yakin ya La. Aku takut malah jadi kacau dan tidak sesuai harapanku. “ Rumi mulai memilih ujung bajunya.
“ Rumi. Aku yakin kamu pasti bisa! Kamu juga harus yakin dong. Jangan pantang menyerah gini, kaya bukan Rumi yang aku kenal! “ Stela segera merangkul dan memeluk Rumi yang tampak rapuh.