2. Bertemu lagi

1314 Words
Suara alarm membangunkan gadis muda berambut pendek dari tidur nyenyaknya. Ia membuka matanya dengan berat sebelum kemudian mengambil ponsel yang tergeletak di meja samping tempat tidur. “ Ya Allah. Ini sudah jam setengah enam, aku belum shalat, “ seketika ia bangun dan bergegas ke kamar mandi. Tak butuh waktu lama ia segera meraih mukena dan sajadah yang terletak tak jauh dari kasur. Ia melaksanakan ibadah dengan khusyu, selesai melaksanakan shalat tak lupa ia menengadah memohon kepada Allah agar di lancarkan segala urusannya hari ini. Terdengar suara ketukan pintu dari luar, Rumi segera bangkit dari duduknya setelah sebelumnya iya mengusapkan kedua telapak tangannya pada wajahnya. “ Mi, lu udah bangun belum? Ini udah mau jam enam loh! Lu juga harus sarapan dulu kan?! “ Di luar Stela mengetuk sambil berteriak, berharap si penghuni kamar segera keluar. Rumi membuka pintu kamarnya setelah melipat mukena yang ia kenakan. “ Iya, ini gue baru selesai shalat La, gue kesiangan! “ Melongokan kepalanya keluar pintu. “ Oh. Ya sudah sekarang lu mending buruan mandi deh! Daripada kesiangan berangkat kerjanya! Semangat berjuang di hari pertama Rumiku, “ Stela mencubit Rumi gemas, kemudian meninggalkannya. Rumi bergegas kekamar mandi untuk membersihkan diri dan bersiap- siap. Ia memakai kaos over size warna hitam di padukan dengan boyfriend jeans berwarna biru laut. Setelah memoles make up tipis-tipis, tak lupa kacamatanya yang setia bertengger di atas hidung peseknya. Rumi bergegas keluar kamar menuju ruang makan. Beruntung Rumi memiliki sahabat yang baik hati yang mau menampung dirinya selama sebulan pertama ia bekerja. Bahkan Stela tak keberatan bila Rumi terus tinggal bersamanya selama di Jakarta, pasalnya ia sering merasa kesepian tinggal sendirian di apartemennya. *** Rumi melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya, sambil berjalan lurus tanpa melihat sekeliling. Brukkk… Rumi menabrak seseorang di hadapannya, semua kertas, serta ponsel berhamburan dari tangan Rumi. Rumi segera berjongkok dan memunguti barangnya takut terinjak oleh kaki orang yang lewat, namun nahas ia terlambat. Ada sepatu high hills berwarna merah yang sudah menginjak kertas yang kini Rumi pungut. “ Maaf, bisakah anda bergeser? “ Rumi mendongak melihat orang yang sedang berdiri di hapannya itu. “ Lo, ga punya mata ya? Sampe nabrak gue yang lagi buru-buru!“ hardik wanita cantik berambut panjang dan lurus itu. “ Maaf, saya tidak sengaja, saya juga sedang buru-buru Mba. Ini salah saya karena tidak melihat Mba yang sedang jalan di depan saya, “ ucap Rumi masih berusaha menarik kertas yang terinjak. “ Ish, lo pasti anak baru ya? Pantesan payah! “ Hinanya. “ Ya Allah, mimpi apa aku semalam? Kok bisa pagi-pagi ketemu mahluk kau yang sepeti ini ?! “ Batin Rumi menahan kesal, Rumi berusaha tersenyum menanggapi hinaan wanita sombong yang ada di depannya, dengan posisi kaki yang sepertinya tak ingin ia rubah. Rumi menarik paksa kertas yang masih ia pegang ujungnya dengan keras, Sampai sobek menjadi dua bagian. Setelah melihat robekan kertas Rumi segera berdiri. “ Iya saya, memang anak baru disini. Saya memang salah dan saya meminta maaf dengan TULUS pada anda. Saya harap anda bermurah hati pada anak baru ini.“ sambil berucap Rumi menatap wanita itu jengah. “ Siapa nama Lo? Biar gue aduin Lo sama bos Lo nanti! “ matanya mendelik menatap jijik pada Rumi. “ Ada apa ini? “ suara bariton seorang pria terdengar diantara riuh manusia yang tengah menonton drama di pagi hari ini. “ Abi, orang ini karyawan baru dan dia sudah bikin aku kesal pagi ini. Sepertinya aku harus memberinya pelajaran berharga untuk dia, “ suaranya berubah menjadi lembut dan manja saat berbicara dengan lelaki ganteng. Berbeda dengan saat berbicara dengan Rumi tadi, dia terdengar angkuh dan kasar. “ Kau… “ mata Abi membola, lalu kembali memindai Arumi mulai dari atas hingga bawah. Ia seperti sedang meneliti gadis berambut pendek dengan hidung pesek dan kacamata yang terlihat melorot dari tempatnya itu. Sementara Rumi yang merasa di perhatikan segera membetulkan letak kacamatanya. Abi kemudian menatap Bagas dengan tatapan meminta penjelasan. Bagas yang mengerti arti tatapan Abi segera mendekat dan berbisik. “ Dia, Arumi Bi. Dia fashion stylist yang baru gue kontek buat lu! “ bisik Bagas sambil tersenyum kaku. Abi melirik Bagas lagi sebelum kemudian maju beberapa langkah menuju Arumi dan Jessica yang masih berdiri berhadapan. “ Dia anak baru yang kerja sama gue Jess, jadi gue yang akan urus masalah ini. Gue minta maaf atas nama dia, dan Lo bisa lanjutkan kegiatan Lo. Gue harap Lo berbesar hati maafin gue, “ tegas Abi menunjuk Rumi, sambil memandang Jesicca lembut dengan senyuman manis yang terukir jelas di wajah tampannya. Jessica yang menerima tatapan lembut Abi seketika luluh dan menurut. “ Baiklah kalau gitu. Gue percaya sama Lo Bi. “ Jesicca mendekat mengikis jarak dengan Abi, ia berbisik di telinga pria itu. “ Jangan lupa nanti malam kita ada janji ya Bi. “ suaranya terdengar lembut dan menggoda. Abi hanya mengangguk menanggapi Jessica. Puas dengan respon Abi, wanita itu segera bergegas pergi meninggalkan Rumi dan Abi yang masih berdiri di tempatnya dengan langkah anggun. “ Lo Rumi ? Ikut gue! “ Meninggalkan Rumi dan Bagas yang masih memunguti kertas yang berserakan di lantai. Bagas mendekat seraya menyodorkan kertas yang ia pungut , disambut oleh Rumi dengan senyuman. “ Rumi, perkenal gue Bagas. Asisten pribadi Abi. Ayo kita susul dia! “ setelah bersalaman Bagas bergegas menyusul Abi yang sudah tak terlihat batang hidungnya. Begitu pula dengan Rumi yang segera mengekor di belakang Bagas. *** “ Jadi ini fashion staylist yang lu kontek buat gue Gas? “ Abi menatap Rumi dari atas hingga bawah dengan senyuman meremehkan. Bagas tersenyum sambil mengangguk, membenarkan. “ Iya, dia Arumi. Dan Rumi ini Abi aktor yang akan kamu pegang! “ Tersenyum ramah pada Rumi. Rumi mengulurkan tangannya pada Abi. “ perkenalkan nama saya Arumi widyaningtyas. Kalian bisa panggil Rumi saja. " Abi hanya melirik acuh pada tangan Rumi. Rumi yang merasa ditolak segera menarik tangannya kembali dari hadapan pria tampan itu. “ Lu yakin gas, dia yang akan mengatur semua gaya gue? Dia aja kelihatan culun seperti itu! “ Rumi tak percaya aktor hebat yang memiliki citra baik dan ramah di layar televisi sedang menghinanya saat ini. Rumi mengepalkan tangannya, berusaha meredam amarah yang kian meletup. Setelah tadi ia berhadapan dengan model sombong dan menyebalkan, kini ia harus menghadapi aktor yang bermulut pedas dan menyebalkan. Rumi hanya bisa menghirup nafas panjang agar sesak di dadanya segera hilang. “ Lo lihat deh, tuh dia aja bentukannya begitu Gas. Yang ada gue nanti terlihat katro lagi karena ulah dia! “ Abi megarahkan jari telunjuknya ke arah Rumi dengan pandangan jijik. Wajah Rumi kian memerah merasa geram mendengar hinaan yang semakin keterlaluan dari pria berwajah oriental dengan mata monolid dan hidung mancung sempurna bak perosotan TK itu. Bagas yang mendengarkan Abi terus menghina gadis mungil itu segera memutar otak untuk menghentikannya. “ Bi, lu harus percaya sama pilihan gue, “ menepuk pundak kekar Abi yang kini sedang duduk nyaman di sofa. “ Memang kenapa dengan saya? Anda belum mengenal saya, kenapa harus berbicara jahat dan merendahkan saya? Anda seharusnya melihat terlebih dahulu pekerjaan saya! “ dengan d**a yang bergemuruh akhirnya Rumi buka suara juga. Ada kilatan amarah di dalam matanya. “ Baiklah, buktikan kalau lo layak! Gue beri Lo waktu dua Minggu untuk membuktikan itu, tapi kalau ternyata kerja Lo tak layak. Lo harus tahu diri bukan? “ Tantang Abi. “ Baiklah, saya setuju. Jadi kapan saya harus memulai? “ Tanpa berpikir lagi Rumi menerima tantangan dari aktor tampan pujaan kaum hawa. “ Jadi namanya Arumi? Siapa sangka kita akhirnya bertemu kembali gadis culun! “ gumam Abi dalam hati matanya masih betah menatap gadis polos berambut pendek di hadapannya itu. Melihat Abi yang melamun Bagas menoel lengan Abi pelan. Abi yang tersadar langsung menjawab. “ Sekarang juga. Lu pasti udah punya jadwal kegiatan gue kan ? “ Abi menatap mata bulat milik Rumi. Rumi mengangguk sebelum menggeleng sambil meringis kebingungan. “ Itu. Tadi kertasnya sobek “ Rumi tersenyum kecut sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD