7. Sisi lain Rumi

1208 Words
“ Mi, besok Abi ada jadwal ke luar kota. Lu bisa ikutkan? “ Bagas menoleh ke arah Rumi yang sedang memijat pelipisnya karena pusing. “ Hah? Kok dadakan kak? Biasanya kan selalu ngabarin dulu seminggu sebelumnya. “ Rumi terkejut, matanya membola. “ Ini jadwal dadakan Mi, gue aja baru reschedule. Terus ini acara santai gitu, karena ponakannya ulang tahun dan dia harus banget datang. Bisa ya Mi lu siapin baju buat dia besok, dan lu harus ikut juga jaga-jaga takut dia butuh Lu nanti pas di sana, “ Bagas memberi penjelasan. “ Aku sih bisa kak. Tapi buat fitting bajukan butuh waktu. Aku ga yakin kalau bajunya bisa siap sebelum berangkat. “ Rumi menatap Bagas tak yakin. “ Kamu bisa cari baju saya yang ada di apartemen untuk besok. Tinggal kamu sesuaikan dengan tema pestanya aja. Lagi pula saya masih punya beberapa setel baju baru di dalam lemari. “ tiba- tiba suara Abi menganggetkan mereka. “ Nah, cocok itu. Lo tinggal ke apartemen dia aja Mi “ Bagas menatap Rumi dan Abi bergantian sambil tersenyum Bahagia. “ Tapi… “ Rumi menatap tak percaya pada Abi. “ Eh, gue ada perlu ke luar sebentar. Kalian mau titip sesuatu? “ tiba-tiba saja Bagas pamit keluar. Setelah Bagas pergi menjauh Abi menyeret Rumi ke dalam ruangannya lalu mengunci pintu. Rumi yang terkejut diseret Abi protes. “ Mas, bisa tolong lepaskan! “ Rumi melepas pegangan tangan Abi. Sadar ia telah berbuat kasar Abi meminta maaf. “ Maaf Mi, Saya tidak sengaja.“ “ Mas, kenapa mengubah jadwal mendadak? Sayakan jadi pusing ini. “ Rumi kembali memijit pangakal hidungnya dengan pelan. Hari ini memang Rumi terlihat kurang sehat. Abi menatap Rumi tajam. “ Kamu masih sakit? Ya sudah kamu pulang ke apartemen saya terus istiraha dulu. Setelah baikan kamu baru siapkan baju untuk saya. “ Rumi melayangkan tatapan maut ke arah Abi sambil menggeleng kuat. “ Mas suka ada- ada aja deh! Saya itu lagi kerja ini, masa disuruh pulang dan tidur di apartemen Mas Abi lagi. Saya makan gaji buta dong, saya ngga mau Mas. “ Rumi menyampaikan penolakannya. Abi yang melihat tingkah Rumi hanya tersenyum lucu. “Siapa yang akan protes sih Rumi? “ sambil mengacak pelan rambut pendek gadis itu. “ Ada pasti. Bentar lagi orangnya pasti datang. Kita hitung ya, satu ,dua, tiii….“ Belum sempat Rumi menyelesaikan kalimatnya sudah ada yang menggedor pintu dengan kasar. Abi dan Rumi saling tukar pandang, Rumi tersenyum merasa menang. Sementara Abi memasang raut kesal. “ Buka dulu Mas, nanti dia tantrum. Aku juga mau siapain baju buat besokkan. “ Abi yang mengerti maksud Rumi segera menyerahkan kunci pada Rumi. “ Ini kuncinya. “ “ Beneran nih mas Abi percaya sama saya? Memang Mas Abi ga takut kalau saya maling, atau apa gituh di rumah Mas Abi ? “ Rumi melirik Abi. “Saya percaya kamu, lagian kalau kamu mau maling juga saya ikhlas Rumi. “ “ Kenapa iklas Mas? “ tanya Rumi kebingungan. “ Lah wong saya juga pencurikan?! Saya sudah mencuri sesuatu yang sangat berharga untuk kamu Rumi! “ menatap lekat gadis di hadapannya itu. “ Mas. Stop! “ Rumi membekap mulut Abi dengan tangannya. “ Mas Abi, bisa tidak jangan bahas masalah itu lagi. Aku malu Mas, “ Rumi menundukkan wajahnya lalu melepas tangannya dari mulut Abi . “ Oke, maafkan saya Rumi! “ Abi menyentuh lembut bahu Rumi. “ Abi buka pintunya! “ suara Jessica dari luar mengagetkan Rumi dan Abi. “ Mas, cepet buka dulu! “ wajah Rumi terlihat panik. “ Iya, ya sudah kamu pulang duluan, nanti saya nyusul! “ Abi berjalan mendekati pintu. “Baik mas, tapi ini kuncinya yang mana ya? “ Rumi mengangkat kunci yang lumayan banyak macamnya itu. “ oh, yang ini, “ Abi menunjuk salah satu kunci yang ada di tangan mungil Rumi. “ Oke, aku pergi dulu ya Mas, “ memegang handel pintu yang kini sudah tidak terkunci, berbarengan dengan Jesicca yang juga membuka pintu dengan kasar. Rumu yang terkejut berdiri mematung tepat di depan pintu, alhasil hidung dan jidatnya mencium daun pintu. Ia meringis merasa kesal. “ Mba Jess, pelan- pelan dong. Jidat saya sakit ini. Ini juga hidung saya bisa tambah pesek nanti, “ protesnya pada Jessica. Jessica tersenyum puas, sementara Abi terkejut menatap Rumi yang menggosok- gosok jidatnya yang memerah. Abi hendak mendekat ke arah Rumi namun segera digandeng mesra oleh Jessica. Rumi enggan memperpanjang masalah memilih segera pergi dari ruangan itu. Ia berjalan cepat sambil terus mengusap keningnya. “ Dasar cah gendeng. Masa ada orang juga main jedukin aja. Sengaja banget sih dia. “ sepanjang jalan menuju parkiran Rumi terus mengomel sendiri, seudah seperti orang tak waras. *** “ Jess, lain kali jangan kasar- kasar sama Rumi. Sampe nyakitin fisik segala. Lagian ngapain kesini? “ Abi memberi peringatan pada gadis cantik yang kini sedang duduk di hadapannya dengan anggun. “Gue ga tahu kalau ada si itu di belakang pintu! “ Kilah Jessica santai. “ Rumi, nama dia Rumi. Jess mendingan kamu balik ke tempatmu deh, bentar lagi aku take adegan akhir! “ tiba- tiba Abi berdiri dan meninggalkan Jessica sendirian. Jesica mengepalkan tangannya dengan kuat setelah Abi pergi begitu saja, ia sakit hati dengan perlakuan Abi padanya. Ia juga iri pada Rumi yang berstatus bawahannya Abi, tapi dia selalu punya kesempatan untuk dekat dengan Abi. *** Sesuai janjinya pada Rumi, setelah menyelesaikan beberapa adegan di lokasi syuting Abi segera bergegas pulang ke apartemennya. Hanya butuh setengah jam ia sudah sampai di apartemennya. Abi membuka pintu apartemennya yang ternyata tak dikunci, yang berarti Rumi masih ada di dalam. Dari luar terdengar suara musik yang lumayan keras. Timbullah ide jahil dalam otak Abi. Ia berjalan masuk perlahan tanpa suara, dari pintu utama ia bisa melihat tubuh Rumi yang kini sedang meliuk- liuk menikmati musik yang sedang diputar. Rumi tak menyadari kehadiran si pemilik rumah, ia dengan asiknya terus meliukan badannya dengan lincah. Abi menikmati aksi Rumi yang kini terlihat ceria dan bahagia, ia tak pernah menyangka akan melihat sisi lain dari Rumi yang ternyata ia pencinta K-Pop dan juga suka dance. Tak ingin melewatkan momen langka Abi mengeluarkan ponselnya dan mulai merekam gadis mungil yang masih terus berjoget bahagia, sambil sesekali menyanyi mengikuti irama. Setelah selesai merekam akhirnya Abi mulai memberi kode akan kehadirannya pada Rumi. “ Ekkheem…. “ Abi mulai memasang wajah datar, seolah ia baru datang dan tak melihat apa- apa. Rumi yang terkejut seketika membeku saat menyadari kehadiran Abi. Ia merasa malu saat terpergok oleh Abi. Rumi tersenyum malu. “ Ekh, Mas Abi sudah pulang? “ Rumi memencet tombol stop di layar ponselnya. “ Kamu sedang apa? “ Abi menatap Rumi penuh selidik. Rumi yang salah tingkah malah gelagapan. “ Emm, anu Mas . Itu aku sedang beberes Mas. “ Jawab Rumi gelisah. “ Terus barang buat besok sudah? “ Abi melewati Rumi yang kini di ruang tv sedang menyedot debu dengan vaccum cleaner. “ Eh, sudah kok Mas, tapi masih di sana! “ Rumi menunjuk sebuah pintu, semetara Abi hanya mengangguk mengerti. “ Lalu kamu kenapa ngga istirahat? “ Abi memindai setiap sudut ruangan yang kini sudah terlihat bersih. “ Nanti aku istirahat di kosan aja Mas, biar sekalian. “ “ Kamu sudah makan? Saya mau pesen makan, kamu mau pesen apa? “ Abi mendaratkan bokongnya di atas sofa di depan ruang tv.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD