3 SURAT PERJANJIAN KEDUA (2)

921 Words
Mereka duduk berhadapan di atas sofa dengan wajah serius. Dua lembar kertas putih, satu bolpen dan sebuah kunci cadangan sudah berjejer rapi di atas coffee table. “Siapa duluan?” tanya Cristan. Raut wajahnya datar tanpa ada perubahan sedikitpun. “Aku….” Arissa segera menyambar kertas dan bolpen di hadapannya dan langsung menulis beberapa pasal dengan cepat. Tidak sampai 5 menit kemudian, kertas itu sudah terisi beberapa kalimat yang tertulis dengan rapi layaknya ditik di atas mesin tik. Cristan mengambil kertas tersebut dan tersenyum nakal sambil bersiul kecil. “Wow… tulisanmu rapi sekali. Pekerjaanmu apa sih? Apakah kau seorang guru?” Ia bertanya sambil matanya menelusuri setiap baris kalimat dengan hati-hati. Lalu matanya berhenti di pasal 3 dan 4. “Apa maksudnya…. Penyewa kedua berhak untuk memperoleh tempat untuk bersantai di dekat jendela favoritnya di pasal ke 3?” Tanpa banyak bicara, Arissa menunjuk sebuah sudut di dekat jendela dimana ia bisa mengamati pemandangan di luar dengan bebas. Ya, itu jendela favoritnya. Sayangnya, sudut itu penuh terisi oleh 3 rak sepatu Cristan yang berukuran cukup besar. “Disana…” Melihat ke arah jari yang ditunjukkan oleh Arissa, mulut Cristan hanya menunjukkan huruf O besar dengan santainya,” Oh….” Cristan segera menggeser salah satu rak sepatunya ke dekat dinding dan tersenyum jahil. “Mission accomplished…” katanya sambil menunjukkan sebuah ruang kosong sempit yang benar-benar pas hanya untuk sebuah kursi di dekat jendela. OMG!!! Arissa hanya bisa melongo sambil melihat kejadian tersebut. Raut mukanya kesal sekali. Di dalam kepalanya, ia membayangkan kalau ia sedang menghajar Cristan habis-habisan tanpa ampun. “Oia, aku juga tidak setuju dengan pasal nomor 4. Apa maksudnya kalau aku sama sekali tidak boleh membawa orang asing ke sini? Bagaimana kalau orang asing itu keluargaku atau pacarku? Atau teman dekatku? Pasal ini benar-benar konyol…” Arissa menghela nafas panjang. Belum pernah ada orang yang menguji kesabarannya sampai ke titir nadir seperti ini. Cristanlah orang pertama yang benar-benar membuatnya harus menahan murka sampai ia harus mengepalkan tinjunya erat-erat. Jari-jari tangannya malah mulai terasa kebas sekarang. “Mungkin kau harus belajar membaca dari kelas dasar lagi. Aku yakin kau pasti mengerti siapa itu “orang asing”….” Cristan menggelengkan kepalanya sambil tersenyum jahil lagi. “Keluargaku orang asing bagimu. Pacarku orang asing bagimu. Teman-temanku juga orang asing karena kamu tidak kenal mereka semua. Begitu juga kalau kau membawa ayah atau ibumu, mereka orang asing bagiku. Posisi kita di sini sama jadi, aku mau coret pasal ini..” Tanpa menghiraukan Arissa, Cristan langsung mencoret pasal tersebut dan menulis beberapa coretan baru di atasnya. “Kedua penyewa diperkenankan untuk membawa siapapun masuk ke dalam apartemen asalkan orang asing tersebut tidak mengganggu privasi dan kenyamanan salah satu pihak. Penyewa bertanggung jawab atas semua tindakan tamu yang bersangkutan dan sekaligus keamanan apartemen.” Arissa membaca pasal yang baru tersebut dengan bersuara. “Bagaimana?” tanya Cristan lagi dengan gaya tak acuhnya. “Cukup adil…” “Baiklah, kita sepakat kalau begitu…” “Oia… satu lagi…” Cristan menyambar kertas di tangan Arissa dengan cepat dan menambahkan pasal terakhir. “Pasal 5. Urusan diantara kedua penyewa murni urusan bisnis selama 1 tahun tanpa melibatkan perasaan pribadi sama sekali dan kedua penyewa dilarang untuk ikut campur dalam masalah-masalah pribadi yang melibatkan salah satu pihak yang bersangkutan.” Arissa lalu membaca pasal terakhir ini dan menganggukkan kepalanya dengan tegas. Walaupun gaya bocah ini urakan, tapi ketika berurusan dengan urusan bisnis atau masalah pribadi, ia kelihatannya cukup konsisten. Terlihat dari gaya bahasanya saat menambahkan sebuah pasal baru yang tadinya tak terpikirkan oleh Arissa sama sekali. “Aku setuju….” kata Arissa datar. Tanpa banyak bicara, Cristan langsung menandatangani surat perjanjian tersebut dan diikuti dengan tanda tangan Arissa di sampingnya. “Pasal 1 . Kedua penyewa sepakat untuk membagi rata uang sewa apartemen setiap bulannya dengan jumlah yang sama.” “Pasal 2. Pengaturan ruangan akan disesuaikan nanti sesuai dengan kebutuhan kedua penyewa.” “Pasal 3. Penyewa kedua berhak untuk memperoleh tempat untuk bersantai di dekat jendela favoritnya.” “Pasal 4. Kedua penyewa diperkenankan untuk membawa siapapun masuk ke dalam apartemen asalkan orang asing tersebut tidak mengganggu privasi dan kenyamanan salah satu pihak. Penyewa bertanggung jawab atas semua tindakan tamu yang bersangkutan dan sekaligus keamanan apartemen” “Pasal 5. Urusan diantara kedua penyewa murni urusan bisnis selama 1 tahun tanpa melibatkan perasaan pribadi sama sekali dan kedua penyewa dilarang untuk ikut campur dalam masalah-masalah pribadi yang melibatkan salah satu pihak yang bersangkutan.” Cristan dan Arissa membaca surat perjanjian yang baru saja mereka tanda tangani dengan cermat dan sangat teliti. Mereka berdua masih saling curiga satu sama lain kalau-kalau salah satu pihak berbuat curang dalam surat tersebut. Setelah mereka berdua cukup yakin, Arissa dan Cristan lalu menyimpan masing-masing surat ke dalam tas mereka. Tanpa mereka sadari, langit senja mulai menjelang dan udara malam yang dingin mulai bertiup. Arissa lalu segera menutup jendela dan Cristan segera masuk ke dalam kamarnya sambil menguap. Pindahan rumah hari ini benar-benar melelahkan baginya. Sementara Arissa terduduk di sofa dengan wajah bingung. Yah.. ia belum sempat memesan kasur dan lemari untuk kamar tidurnya. Tidak mungkin ia tidur di atas lantai dingin malam ini kan? Belum lagi besok adalah hari pertamanya bekerja. “Kau bisa tidur di atas sofaku dulu kalau belum ada kasur di dalam kamarmu.” kata Cristan sebelum memasuki kamar tidurnya sambil membawa cangkir besar berisi coklat panas. Tapi, langkahnya tiba-tiba terhenti di depan kamar. “Oia… kalau misalkan kau mau, kasurku cukup besar untuk dua orang dan malam ini kelihatannya cukup di…” BLAMM!!! Cristan cepat-cepat menutup pintu kamarnya ketika melihat 3 buah bantal terbang dengan kecepatan kilat menuju ke arahnya. …………………………………………………………………………………………….. BRUKKKKK!! Ketiga bantal malang itu membentur pintu kamar dengan suara cukup keras secara bersamaan lalu jatuh di atas lantai sementara Arissa membenamkan kepalanya di atas bantal sofa yang tersisa sambil menjerit kesal sekeras-kerasnya. Entah kesalahan apa yang pernah diperbuatnya di masa lalu sehingga Tuhan menghukumnya seperti ini. Malam itu, Arissa bertekad bulat untuk bekerja sekeras mungkin dan mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya lalu segera pindah dari apartemen ini. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD