BAB 1 - Melakukan Kesalahan

1044 Words
Halo, Fellas. Kembali lagi dengan cerita bertema remaja dan misteri dariku. Berharap kalian menyukainya. Akan sangat menyenangkan jika kalian dapat menyukai dan memberikan komentar membangun pada ceritaku yang berjudul "Ten Reasons Why She's Gone." ini. Atas kekurangan yang akan kalian temukan dalam cerita ini, penulis memohon maaf. Terima kasih. *** • Selamat Membaca • Enam hari sebelum Valerie menghilang. Laman media sosial menjadi wadah bagi para remaja untuk mengungkapkan perasaan mereka akhir-akhir ini. Termasuk Valerie, yang notabene nya memang cukup aktif di beberapa platform online. Termasuk ** dan twitter. Valerie menjadi salah satu murid dengan banyak pengikut di sekolahnya. Namanya memang cukup popular di SMA Harapan. Lagipula, siapa yang tidak iri dengannya. Memiliki wajah cantik, tubuh proposional, prestasi mentereng dan orang tua yang kaya. Para gadis selalu membicarakannya. Kebanyakan dari mereka iri, berandai-andai jika saja suatu hari mereka bisa menjadi seorang Valerie. Menjadi seorang murid terkenal yang diidolakan banyak murid laki-laki di sekolah. Jangan tanya, karena delapan puluh persen murid laki-laki di salah satu sekolah elit ini sudah berusaha untuk mendekati Valerie. Sayang, hanya satu orang yang berhasil. Itupun hanya bertahan selama tiga bulan saja. Hanya sampai Valerie melihat Andreas berciuman dengan sahabatnya sendiri, Raina. Tangan-tangan kurus Valerie mulai asyik memainkan ponsel. Ia membuka aplikasi **. Membuka bagian profil miliknya sendiri dan mulai menimbang-nimbang, apa yang seharusnya ia lakukan pada beberapa foto yang diunggah di sana. Sebenarnya, Valerie tak terlalu suka berada di bawah lampu yang terang. Ia tak begitu menyukai sorotan. Namun semua ketenaran itu terjadi begitu saja kepadanya. Sayangnya, wajah Andreas ikut memenuhi ketenarannya di sana. Valerie tak bisa membiarkan ini. Gadis itu pun mulai menghapus satu persatu foto dengan wajah Andreas di akun instagramnya. Ia tak ingin terganggu dengan masa lalu. Baginya, Andreas bukanlah apa-apa. Valerie menerima perasaannya hanya karena berpikir bahwa kapten basket SMA Harapan itu mungkin bisa membantunya dalam beberapa pelajaran. Nyatanya, laki-laki itu tidak lebih baik darinya. "Cuma modal tampang aja belagu," batin Valerie saat akhirnya menemukan foto terakhir dirinya dan Andreas di laman **. Tanpa berpikir panjang, gadis itu langsung menghapusnya. Ia kemudian tersenyum miring. Pekerjaannya telah selesai. Atau ... hampir selesai. Andreas sudah bermain-main dengannya, bukankah seharusnya manusia mendapatkan karma atas apa yang mereka perbuat? Jika Tuhan memberikan karma itu di waktu yang tepat, maka Valerie akan memberikan Andreas sebuah karma di waktu tercepat. Jari-jari lentik berhias cat kuku berwarna ungu itu lantas menutup aplikasi tersebut dan berpindah untuk membuka yang lain, twitter. Anak tunggal dari Wina dan Edwin itu memiliki nama yang cukup terkenal di sana, pengikutnya mencapai ribuan, sepertinya hampir semua dari murid SMA Harapan yang memiliki aplikasi tersebut mengikutinya, penasaran dengan apa yang ditulisnya di sana. Orang-orang bilang aplikasi ini adalah tempat yang tempat untuk berkeluh kesah. Namun tentu saja, Valerie tak akan membuang-buang waktunya untuk melakukan hal tidak berguna seperti itu. Senyuman licik itu masih terlihat jelas di salah satu sudut bibirnya. Tampak kepuasan memenuhi jiwanya. Namun ... ini belum seberapa. Valerie akan menghancurkan Andreas seperti yang dilakukannya. Manusia dengan karma buruk yang mereka ciptakan sendiri. Gadis berambut cokelat itu lantas menuju ke halaman utama, bersiap menulis sesuatu yang dianggapnya sebagai pelampiasan atas apa yang sedang terjadi. Tentang Andreas dan Rain. Dan setelah melakukannya, Valerie pun menutup aplikasi tersebut. Ia mematikan ponselnya, menyimpannya di dalam saku rok seragamnya. Mata hitamnya yang bulat kembali melihat ke depan, pada bunga warna-warni yang sengaja dirawat di halaman sekolah. Sambil terus menyedot s**u cokelat di dalam gelas plastik, Valerie mulai membayangkan apa yang akan terjadi kepada dua manusia tak bertanggung jawab yang sudah menjadi benalu di hidupnya itu. "Valerie!" Tidak sesuai ekspektasinya, ternyata Rain datang lebih cepat. Ia bahkan harus repot-repot mencarinya sampai ke halaman belakang sekolah sekarang. Atau mungkin, sebenarnya Rain tidak benar-benar repot, karena tempat itu memang selalu menjadi tempat yang dicari oleh Valerie tiap-tiap jam kosong pelajaran berlangsung. Gadis berambut pendek itu berlari mendekat, tampak sekali jika dia sedang terburu-buru saat menghampiri. Dan begitu sampai di depan Valerie ... "Ini apa?" Rain langsung mencecar Valerie dengan menyodorkan ponselnya. Terlihat jelas di layar, bahwa gadis itu sedang menunjukkan tweet yang diunggah oleh Valerie beberapa saat lalu. Dan dari ekspresinya, Rain tampak kesal sekaligus cemas. "Kenapa lo nulis kaya gini di akun lo, hm?" Sayangnya, Valerie tak peduli dengan ekspresi milik Rain. Ia melempar gelas plastik yang sudah kosong itu ke tempat sampah, yang memang cukup dekat dengannya. Seperti melakukan headshot, masuk dalam satu lemparan. Sebelum kemudian menyilang kedua tangannya di d**a dan mendelik sinis ke arah Rain yang berdiri di sana. "What's wrong? Bukannya lo sendiri yang bilang kalau twitter itu tempat yang cocok buat ngebacot? And i did it, i use it wisely like you want, Rain." Rain mendengus pendek dan menarik ponselnya, menggenggamnya erat-erat di sisi kanan. "Apa maksud lo nulis kalau lo udah nggak temenan lagi sama gue? Gue ada salah apa sama lo, Val?" Valerie cukup merasa lucu mendengar itu dari seseorang yang melakukan kesalahannya secara terang-terangan. Ia bahkan tak mau mengakui kesalahannya sendiri. Membuatnya harus repot-repot memperjelas situasi di antara mereka. Gadis bertubuh langsing itu pun berdiri, membuatnya menjadi semakin terlihat tinggi karena Rain jauh lebih pendek darinya. Valerie menyilang kedua tangannya di d**a, lagi. Tujuannya jelas, untuk mengintimidasi lawan bicaranya. Valerie memang ahli dalam melakukan hal seperti itu. Dan ... kini sengaja melakukannya untuk Rain. Siapa sangka, suatu hari nanti, persahabatan mereka akan berakhir dengan cara yang seperti ini. Pengkhianatan adalah kesalahan yang tak termaafkan di matanya. Kebohongan, menjadi sifat manusia yang telah masuk ke daftar hitam di dalam hidupnya. Dan bodohnya, Rain melakukan kesalahan-kesalahan itu secara bersamaan. Plus, tidak merasa bersalah atas kesalahan yang ia lakukan. "Rain, bukannya lo sendiri yang bilang kalau kita bebas menentukan hidup kita? Kita bisa pilih teman yang kita mau, kita bisa pilih mau pacaran atau enggak, kita bisa pilih mau lanjut kuliah atau kerja. That's what you said. Okay?" Rain mencebik, sama sekali belum paham ke arah mana Valerie akan membawa percakapan di antara mereka ini. "Dan inilah yang gue lakuin. Gue pilih untuk nggak berteman lagi sama lo." "Ya tapi kenapa, Val?!" Valerie mulai kesal sekarang. "Lo belum paham juga? Lo udah nikung gue, ciuman sama Andreas, pura-pura nggak terjadi apa-apa sampai detik ini dan lo masih tanya kenapa?" Ia pun mendengus geli karena melihat sikap Rain. "You're the reason, Rain. You are the reason why we're not friends anymore."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD