bc

Renjana Cinta

book_age18+
22
FOLLOW
1K
READ
HE
age gap
arranged marriage
playboy
heir/heiress
lighthearted
mystery
office/work place
poor to rich
love at the first sight
like
intro-logo
Blurb

SPINOFF CERITA 'MUHASABAH CINTA' buku ke #3Buku 1 : Senja di Ujung RamadhanBuku 2 : Muhasabah CintaBuku 3 : Renjana CintaBuku 4 : Suami WarisanBuku 5 : Mempelai Bayaran_______BLURB :Setiap Amira dalam bahaya, seseorang selalu muncul untuk menyelamatkannya. Ia seperti Jaelangkung, datang tak diundang, pergi tak diantar. Sangat misterius.Hingga suatu hari, penyelamatnya kembali datang dalam sebuah insiden di tempat kerja yang nyaris merenggut kehormatan Amira.Samar, Amira melihatnya. Seorang pria bertato naga di lengannya. Amira sama sekali tidak tahu, ia telah lama diincar, ke mana-mana diikuti. Gerak-geriknya selalu diawasi sejak ia duduk di bangku kuliah.Siapakah pria itu, dan apakah tujuannya mengawasi Amira?

chap-preview
Free preview
PROLOG
“Sofia, jangan lari-lari, nanti jatuh!” Alih-alih Sofia yang terjatuh, justru Amira sendiri yang terjengkang. Sibuk mengejar bocah dua tahun yang sudah mulai aktif, membuatnya kehilangan fokus pada sekeliling dan menabrak seseorang di depannya, hingga tasnya terpental jauh. Meringis, pantat Amira terasa berdenyut menghantam lantai di bawahnya. Sebuah tangan besar terulur padanya, bermaksud membantunya berdiri. Amira menengadah, seketika ia terkesip mendapati tato naga yang menyembul keluar dari balik kemeja pemilik tangan itu. Ternganga mulutnya mengamati kepala naga yang cukup besar di dada pria itu, sedikit menyembul ke leher. Angkuh dengan cakarnya yang berkuku panjang, seolah tengah memancarkan ancaman berbahaya untuk mengintimidasi lawannya. Jantung Amira berdetak keras. Entah, setiap melihat tato naga, ingatannya kembali pada malam itu, malam di mana ia nyaris kehilangan kehormatannya. Seorang pria datang menyelamatkannya. Pria itu juga memiliki tato naga, hanya saja di lengannya. Hingga kini ia terus bertanya-tanya. Amira tidak sempat mengcapkan terima kasih, pria itu telah pergi. Hanya tato naganya yang tertanam dalam benaknya. Ia begitu misterius, menghilang sangat cepat sebagaimana kedatangannya. Tahu-tahu ia ada dan menyelamatkan Amira. “Apakah kamu tidak ingin bangun?” Berat dan serat suara pria itu, menyentakkan Amira dari lamunannya akan tato di dada pria itu. Naik pandangan Amira, ia tersentak mendapati raut rupawan beraura suram, terlebih netranya yang sepekat malam, menatapnya tajam. Sangat tampan, mengingatkan Amira akan tokoh utama dalam film vampir yang pernah ditontonnya sembunyi-sembunyi bersama Fatiha. Posturnya tinggi dan tegap. Rahang perseginya memberi kesan kokoh. Hidung mancung sempurna, dengan sepasang alis tebal. Ia sangat tampan kalau saja sorot kelamnya sedikit hangat, alih-alih dingin seperti kuburan. Terkatup rapat bibirnya, tak ada senyuman di sana. Amira buru-buru bangkit, ia sedikit membungkukkan badan, meminta maaf. “Maaf, aku tidak sengaja. Keponakanku lari-lari, aku harus mengejarnya.” Menyambar tas berisi keperluan Sofia, Amira segera melesat lincah, mengejar biang rusuh yang gemar membuat masalah di mana saja. Si kecil Sofia sudah menaiki anak tangga. Amira berseru mencegahnya. “Sofia, Sofia, ayo, turun! Papa akan marah kalau Sofia nakal!” Alih-alih mendengarkan omelan sang tante, Sofa justru kian semangat menaiki anak-anak tangga dengan kaki-kaki pendeknya. Dua tahun usianya, tapi banyak sekali tingkahnya. Bergergas Amira menyusulnya, mengambil tubuh cebol bocah nakal itu, lantas membopongnya paksa agar turun dari tangga darurat. Sofia menjerit-jerit tidak mau. Turun dari tangga, Amira masih mendapati pria itu berdiri di tempatnya semula. Berdiri menatap intens padanya. Amira merasakan bulu-bulu romanya berdiri. Memaksakan sebuah senyuman, Amira mengangguk ramah padanya. Mungkin saja pria itu tengah kebingungan di kantor ini. Kali pertama kedatangannya pun, Amira dibuat bingung dengan banyaknya lantai di kantor milik kakak iparnya ini. Penampilan pria itu tidak menunjukkan seorang pegawai kantor yang diwajibkan untuk berpenampilan rapi. Alih-alih mengenakan setelan formal sebagaimana para pegawai di sini, penampilan pria itu tidak bisa dibilang rapi. Ia hanya mengenakan celana katun abu-abu dan atasan kemeja putih. Kedua kancing teratas dibiarkannya terbuka, menampakkan tato yang sempat dilihat Amira. Lagi pula, sejak kapan ada pegawai yang boleh membuat tato di tubuhnya? “Apakah kamu tersesat?” tanyanya sembari tersenyum ramah. Pria itu berkedip, tak langsung menjawab. “Ruangan Airlangga Kusumawardana?” “Oh, ada di lantai paling atas. Lewat lift itu saja,” tunjuknya pada lift yang digunakannya untuk turun, menamani Sofia agar tidak merusuh di ruang kerja ayahnya. Tak mengucapkan terima kasih, pria itu berbalik dan masuk ke dalam lift. Amira tak melihatnya, ia sibuk dengan keponakannya yang meronta-ronta minta diturunkan. Sofia bahkan berteriak histeris. Kala menoleh kembali, pria itu telah mengilang. Seperti Jelangkung saja, batin Amira. Julukan yang juga ia sematkan untuk penyelamatnya. Bersambung …

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Rocking With The Bratva Brat

read
30.3K
bc

The Slave Who Owned The Moon

read
2.1K
bc

Road to Forever: Dogs of Fire MC Next Generation Stories

read
21.8K
bc

The Baby Clause

read
2.9K
bc

Crazy Over My Stepdad

read
1.1K
bc

Ava

read
2.6K
bc

The Lost Heiress's Glorious Return

read
6.2K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook