Part 1_kacau

978 Words
"butet." Airin menghentikan sepedah bututnya menatap Ani wanita sexy yang berumur dua puluh lima tahun dan dia adalah wanita cantik yang merupakan kembang desa ditempatnya tinggal. Janda cantik yang selalu diperebutkan kaum hawa dikampungnya, bohong jika pria yang menemuinya bilang tidak tertarik, parasnya yang cantik, boddynya yang aduhai dan bibirnya yang sexy membuat wanitapun iri jika melihat penampilan janda sexy bernama Ani itu. "Tante sexy." sapa Airin. "ada keperluan apa manggil butet?" tidak biasanya wanita modis macam dia dekat dengan anak sebatang kara yang hidupnya saja tidak jelas mau dibawa kemana, kecuali jika wanita itu menanyakan prihal tuan mudanya. Ani berjalan mendekat lalu memberikan sepucuk surat"tolong kau kasihkan ini kepada tuan muda Delano.." Tidak salah jika apa yang Airin fikirkan benar, memang tuan mudanya terkenal akan ketampanannya dan setiap gadis cantik yang mendekati Airin jika tidak mengirimkan surat cinta kalau tidak ya mengirimkan salam kenal. Huft! bukankah dunia ini terlalu kejam bagi manusia dilahirkan dengan wajah yang sangat pas-pasan?  Airin menatap sekilas lalu mengangguk. "surat cinta lagi tante..?" tanyanya sambil meraaih surat cinta yang diberikan Ani. Ani tersenyum malu lalu memberikan beberapa lembar uang kepada Butet. "nanti kalau tante sudah menjadi nyonya besar. Butet bakal dapet lebih banyak dari ini." ucapnya dengan penuh rasa percaya diri. "Terimakasi tante. Ya sudah butet berangkat kerja dulu..." Airin kembali mengayuh sepedahnya,kali ini ia tidak boleh telat lagi. Meski tuan mudanya tergolong pria yang sangat pendiam dan pelit, Airin harus tetap bekerja secara profesional jika ia masih ingin tetap bertahan disana. Bukan karena gaji yang ia kejar namun kenangan nenek Hilton yang dulu selalu menolong dan menyayanginya layaknya cucu sendiri.  Tidak butuh waktu lama sepeda butut Airin sampai dipekarangan mansion keluarga besar Hilton. "Pagi tuan muda!" Airin melangkah masuk kedalam kamar Delano tanpa memperdulikan wajah lempeng pria itu. Pria yang selalu cuek dan tidak banyak bicara dan Airin lebih suka wajah Delano yang seperti itu dari pada wajah yang terlihat songong dan menyebalkan. Namun terkadang Airin sangat suka mengamati expresi wajah lempeng tuan mudanya, bukan karena persaan suka kelain jenis namun lebih tepatnya tatapannya menujunkearah heran. Ada ya orang macam dia yang sangat susah mengekspresikan dirinya? Entah kenapa bisa pria mapan dan juga tampan sepertinya tidak juga kunjung mendapat pendamping?  Bahkan mantan nyonya besar keluarga Hilton selalu mengultimatum dirinya, jika tuan muda tidak kunjung menikah ia tidak akan pernah mendapatkan warisan sepeserpun. Menakutkan bukan?hari gini hidup tanpa harta? yakin masih ada yang setia mendampinginya? termasuk dirinya mungkin juga berfikir dua kali untuk itu. Bukannya munafik namun lebih tepatnya ingin memperbaiki nasib, masak ia hidup tidak ada kemajuan? ya setidaknya masih bisa berusaha untuk merubah keadaan meski harus mencari pria kaya yang mau dengannya Andai Airin berada diposisinya bisa dipastikan jika Airin akan segera mencari pasangan meski umurnya masih tergolong muda namun Airin masih membutuhkan harta. Ia sudah lelah hidup menderita seorang diri, sungguh! Ayahnya meninggalkannya dan kini ibunya pun melakukan hal yang sama mencari keluarga baru lagi, meski terkadang masih sering menelfon untuk meminta bantuan keungan. bangkek! "Apa yang lo lakuin hah?" Delano menutup layar laptopnya lalu melangkah mendekati Airin yang tengah membetulkan letak vasbunga kesayangan Delano. Tanpa Rasa takut Airin meletakkan kembali vas bunga kesayangan tuan mudanya lalu menatap Delano tanpa rasa takut sedikitpun. "tuan! Airin cuma membetulkan vas bunga yang tadi agak tergeser." "Alasan! gue tidak suka jika barang dikamar gue disentuh." Ck! Kenapa tuan muda masih tetap saja menyebalkan? tidak berubah sedikitpun. Dengus Airin dalam hati lalu melangkah pergi begitu saja. lebih baik menghindar dari pada sakit hati mendengar ocehan pedasnya. "Tunggu!" Airin menatap pergelangan tangannya yang ditahan oleh Delano."ada apa lagi tuan? saya masih banyak pekerjaan." Sadar akan kenyolannya, Delano segera melepas genggaman tangannya. "abaikan tugas yang lain." gumamnya canggung. "gue ingin lo bersihin kamar mandi gue." "Baik!" tanpa basa basi lagi Airin segera melangkah kekamar mandi dan mulai mengepel sesuai intruksi tuan muda. Namun teriakan dari luar kembali membuat Airin ingin sekali melempar sikat wc yang berada ditangannya. "Airin! Jangan boros air! Ingat tagihan bulan ini terlalu besar. Jika lo berani membuang air percuma akan pastiin gaji bulan depan terpotong." "Apa tuan bercanda?bagaimana bisa saya tidak menggunakan air banyak banyak jika setiap pagi sore dan malam tuan menyuruh saya membersihkan kamar mandi?" kesal Airin sembari melampar sikat wc sembarangan. "gue gak perduli! itu urusan lo. Cepat selesaikan! Gua mau mandi." "Sebentar lagi tuan!!" Sepertinya Airin kembali menguji kesabaran Delano, sudah hampir dua jam lamanya gadis belia itu membersihkan kamar mandinya dan sampai sekarang gadis itupun tidak ada suaranya kecuali gemirik air yang kian deras. "Apa dia tertidur?" Fikir Delano lalu melangkahkan kakinya kedalam kamar mandi. "Dasar bocah" Melihat Airin yang tertidur pulas diatas closet yang tertutup rapat dan mau tidak mau Delano harus memopongnya karena dirinya tidak tega melihat Airin tertidur pulas. Delano merebahkan tubuh mugil Airin tepat diatas ranjangnya,setelah menyelimuti Airin,Delano melanhkah kedalam kamar mandi. Hari ini Delano cukup sibuk tidak ada waktu senggang apalagi mengurusi anak kecil seperti Airin. Mana mungkin?merepotkan saja. Tidak butuh waktu lama Delano sudah rapi dengan penampilannya,Delano hanya melirik sekilas kearah Airin yang masih tertidur pulas. Delano mulai melangkah keluar dari dalam kamarnya menuju anak tangga. "Pagi sayang!"  Delano menghentikan langkahnya menatap Andera wanita yang sudah lama menjadi ibu tirinya menyapanya dengan sangat anggun. Cih! masih tetap saja bermuka dua. "Tidak usah berbasa-basi. Katakan apa yang kau inginkan?" Seperti biasa, Delano selalu bisa menebak isi kepala Andera. "kau memang anakku yang terbaik." "Jaga ucapanmu tante. Sampai kapanpun aku tidak sudi menganggapmu ibu!" Mendengar itu, Leon adik tirinya menggebrak meja. "bisakah kau bersikap manis kepada orang yang lebih tua? Apa ibumu tidak pernah mengajarkan sopan santun?" "apa pedulimu?" Melihat Andera dan juga Leon naik darah, Delano tersenyum sinis dan segera melangkah pergi mengabaikan kekacauan rumah tangga yang tidak bisa dikatakan baik. Rumah tidak terasa rumah, rumah seharusnya menjadi tempat ternyaman saat kita membutuhkan perlindungan namun, semua hanyalah hanyalah bayangan semu yang tidak akan mungkin terkabulkan. Bersambung... Jika kalian suka...tinggalkan love dan komennya...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD