"Mah pulang besok aja ya, jangan sekarang. Atau enggak kapan-kapan aja." ucap Jordan memohon.
Bagaimana enggak memohon kalau tiba-tiba saja Frida bilang jika dia harus pulang ke Jogjakarta. Neneknya sedang sakit dan masuk rumah sakit, enggak mungkin juga kakeknya yang nunggu. Apalagi udah tua juga, takut kebawa sakit juga.
Akhirnya Frida pun memilih jika dia harus pergi saat ini juga. Sebenarnya Jordan nggak mau Mamah nya ini pergi, apalagi mengurus dua anak ini nggak mudah. Lagian dia enggak sewa jaga babysitter karena trauma. Evelyn pernah di beri obat tidur, sedangkan Milo pernah dipukul berkali-kali.
Masih mending dia tahu dan langsung melapor pada Polisi. Dan setelah itu tidak ada lagi babysitter di rumahnya, kecuali pembantu rumah tangga yang setiap hari masakin Jordan dan juga kedua anaknya.
"Nggak bisa, Mamah harus pergi," jawab Frida. "Lagian Amelia nanti juga datang kok ngurusin kamu. Jadi nggak usah bingung ya."
Jordan mendengus, mana bisa diandalkan. Amelia suka makeup, bahkan dia jarang sekali merespon Evelyn saat bermain dengan Evelyn. Belum lagi dia paling sibuk dengan ponselnya dibanding dunia nyata.
Belum sempat Jordan ingin protes Mamanya ini sudah lebih dulu masuk ke kereta. Dan mau nggak mau dia harus menanggung beban dua kali lipat, dari sebelumnya.
Jordan pun membalik badannya dan menatap Amelia yang berdiri gegap disana. Dengan rasa malas dia pun langsung Menghampiri Amelia, kayak apapun Amelia pernah baik dengan keluarga Jordan.
"Hai.." sapa Jordan.
Amelia tersenyum, "Hai, Tante Frida udah berangkat? Aku telat datangnya?"
"Mama udah berangkat kok, barusan masuk kereta."
Amelia menampakkan wajah cemberutnya. Dia pun langsung menghimpit lengan Jordan dan mengajaknya pergi.
Jordan pun menurut dia juga ingin pergi, tapi pergi ke kantor. Tapi sampai di mobil ternyata Evelyn sudah bangun dari tidurnya. Milo juga sudah berangkat sekolah bersama dengan supir rumahnya, Mang Ujang.
"Hai Evelyn." sapa Amelia.
Evelyn hanya diam saja tanpa mau membalas sapaan Amelia. Jangankan membalas, menatap Amelia sama dia rasanya engan.
Jordan yang nggak enak hati pun langsung menggendong Evelyn, dan meminta maaf atas perlakuan Evelyn. Dia juga merasa nggak enak saat kedua anaknya nggak ada yang suka dengan Amelia.
"Papa... Mama..." ucap Evelyn.
Jordan tersenyum, "Sayang, Papa mohon jangan panggil Tante Ashley Mama. Dia bukan Mama kamu."
"Mama...." panggil Evelyn lagi.
Jordan memijat pelipisnya pusing. Lagian mau kayak apa lagi, kalau sudah begini pasti Jordan akan sibuk sendiri.
Beda lagi dengan Amelia yang langsung merajuk dan meminta penjelasan pada Jordan. Siapa yang dimaksud Mama oleh Evelyn.
Lagian Amelia bersama dengan Jordan hampir satu tahun ini, nggak pernah Evelyn menyebut dirinya Mama. Jangankan memanggil seperti itu, menatap saja Evelyn rasanya nggak mau. Belum lagi Milo yang langsung pergi saat Amelia datang kerumah mereka.
"Yang dimaksud Evelyn Mama itu Ashley sekretaris baru aku. Mahasiswa universitas X yang lagi magang di kantor aku karena mau skripsi." jelas Jordan.
"Tapi kenapa Evelyn malah manggil dia Mama?" tanya Amelia curiga.
"Enggak tahu, tanya ke dia aja jangan aku."
"Kamu deket sama dia ya?" tuduh Amelia.
"Jangan ngarang, kita hanya sebatas atasan dan bawahan."
Amelia bernafas lega. Dia pun langsung meminta Evelyn dan menggendongnya. Lagian Amelia juga nggak mau mati konyol cuma karena Jordan sibuk menggendong anak lalu mereka tabrakan.
Akhirnya nggak butuh waktu lama pun Jordan, Amelia dan juga Evelyn pun sampai di kantor. Evelyn pun langsung meronta minta turun.
Karena merasa berat, Amelia pun langsung menurunkan Evelyn dari gendongannya. Membuat Evelyn langsung berlari ke masuk ke kantor.
Jordan yang tahu pun langsung mengejar Evelyn, dia hanya takut Evelyn masuk ke lift dan tidak ada yang tahu dia dimana.
Dan masih syukur Evelyn hanya menunggu Jordan hingga ke ruang tunggu lobby.
"Evelyn jangan di ulangi lagi oke. Papa enggak suka Evelyn lari-larian kayak tadi." ucap Jordan lembut membuat Evelyn mengangguk.
"Mama..." lirih Evelyn lagi menatap Jordan.
Jordan menatap prihatin pada Evelyn. Setelah itu menggendong Evelyn untuk masuk ke ruangannya. Dia cukup lelah apalagi sejak semalam Evelyn rewel, karena sedikit demam.
Dan lagi, tak biasanya Evelyn seperti ini. Kalaupun dia sakit dia hanya minta gendong saja. Tapi sejak semalam dia terus memanggil Mama, Mama, dan Mama. Jordan merasa nggak enak dengan Ashley, apa mungkin Jordan nikah aja ya dengan Amelia? Agar Evelyn bisa memiliki Mama?
Tapi Milo dan Evelyn-
****
Sedikit telat Ashley pun sampai di kantor sekitar jam 07.15 menit. Dia pun langsung duduk di samping Agnes dengan nafas tersenggal.
"Ya ampun Ash, aku pikir kamu nggak masuk karena kapok banyak kerjaan." ucap Agnes.
"Nggak Mbak. Tadi di jalan bemonya mogok, jadi nunggu lama sampek dapat bus."
"Kantor sama kos kamu jauh ya Ash?"
"Lumayan sih Mbak setengah jam."
Ashley langsung disuguhkan dengan tumpukan berkas berwarna putih, merah, hijau dan kuning. Dia pun langsung membuka laptop di hadapannya dan mengerjakan satu persatu.
Semalam dia sudah lembur. Ashley pikir pekerjaan telah selesai tapi nyatanya tidak, tidak ada kata selesai di kampus Ashley.
Dengan cekatan sambil sarapan, Ashley pun mengerjakan berkas yang lebih penting dulu. Hingga pintu kerja Jordan terbuka lebar pun, Ashley lebih memilih menatap layar komputernya. Di banding harus menatap orang yang baru saja keluar dari ruangan Jordan.
"Selamat pagi Bu." sapa Agnes.
Reflek Ashley berdiri dan membungkuk sambil mengucap selamat pagi pada orang itu. Walaupun nggak sopan tapi kerjaan Ashley lebih penting dibanding ucapan selamat pagi untuk orang itu. Mungkin saja tadi itu Mama Jordan, toh dia udah nggak suka dengan Ashley. Tugas Ashley hanya membuat orang itu semakin nggak suka dengan Ashley.
Dia bukan tipe wanita yang suka cari muka. Harus berpenampilan baik, agar dipandang baik. Harus berperilaku sopan, agar dilihat memiliki tata krama. Harus memiliki ucapan yang lembut, agar terlihat dia dididik dengan baik.
Ashley ya Ashley dia nggak suka mencari muka. Dia lebih suka dengan orang yang memang menyukai dia dengan sikap dan tingkah laku Ashley. Entah sopan atau enggak, tapi walaupun suka itu tidak akan menjadi masalah. Beda lagi kalau sukanya hanya sebatas baik di depan.
Ashley langsung kembali duduk, melanjutkan apa yang seharusnya dia kerjakan. Hingga tarikan dari arah samping membuat Ashley menoleh.
"Evelyn," lirih Ashley, "Ya ampun sayang kamu kenapa ada disini? Papa kamu mana?" tanya Ashley panik.
"Papa bobok." jawab Evelyn dengan suara cadelnya.
Tidak hanya Ashley yang tertawa kecil tapi Agnes juga ikutan tertawa. Apa lagi suara imut Evelyn membuat stres Ashley hilang.
Ashley pun langsung menggendong Evelyn, agar duduk di pangkuannya. Dia pun langsung memberi roti selai yang dia bawa tadi pada Evelyn.
Langsung saja Evelyn menghabiskan sarapan paginya sekali makan. Anak ini suka makan kali ya, pipinya chubby banget gemesin juga.
Lagi-lagi sambil bekerja Ashley pun mengajak Evelyn bermain. Apa lagi Ashley dengan sengaja mendudukkan Evelyn di atas meja dekat dengan laptopnya.
"Evelyn nggak boleh ngompol ya." ucap Ashley memperingati.
Evelyn mengangguk hingga dia pun mengambil ponsel Ashley dan memainkannya. Lagian ponsel itu hanya di gigit bagian ujung, nggak mungkin juga dibuka. Anak seusia dia nggak ngerti apa nama kata sandi. Jadi amanlah.
Ashley tertawa kecil saat Evelyn berceloteh ria. Dia ternyata bawel juga, apalagi saat Evelyn menceritakan apa yang dialami pagi tadi.
"Ketemu siapa Evelyn tadi pagi" tanya Agnes.
"Mak mampir.." ucap Evelyn dengan logat gak jelasnya.
Langsung saja Agnes tertawa terpingkal. Mungkin yang dimaksud disini mak lampir. Tapi nyatanya Evelyn malah mengucapkan mak mampir.
Lagian ini duda kemana sih, nggak tahu apa kalau anaknya hilang kayak gini jadi tenang begini.
Satu berkas pun selesai, Ashley menutup berkasnya dan mengajak Evelyn main. Apa lagi Evelyn yang sudah mulai mengucek kedua bola matanya sampai merah. Belum lagi merengek minta s**u. Ya ampun duda come here.
"Nah Ash minta s**u itu, kamu susuin deh." kekeh Agnes.
"Hiks Mbah Agnes ma.." rengek Ashley dan membuat Agnes tertawa kecil.
****
Karena panik Ashley pun mulai menggendong Evelyn dan mengembalikan pada Bapaknya. Lagian Bapaknya enak bener, anak rewel begini malah tidur.
Sambil menggendong Evelyn, Ashley pun masuk ke dalam ruangan ini. Dan ternyata sepi tiada orang sama sekali.
"Pak Jordan." panggil Ashley.
Tidak ada sahutan sama sekali. Dengan berani Ashley pun langsung masuk ke sebuah ruangan, di dalam ruangan ini dan terkejut.
Disana Bosnya sedang tidur terlelap dengan tengkurap. Ashley menjadi keki kalau suruh bangunin orang tidur, apalagi laki-laki.
"Pak..." panggil Ashley menggoyangkan badan Jordan.
"Pak Jordan." panggil Ashley lagi.
Jordan yang merasa disentuh pun langsung membuka matanya lebar. Menatap sekeliling kasur ini dan Evelyn tidak ada sama sekali.
Dia pun langsung terjingkat kaget. Reflek dia pun langsung berdiri dengan mata merahnya. Ashley yang takut pun langsung menunduk dan mundur, takut saja kalau Bosnya ini akan main tangan.
"Ash kenapa Evelyn ada sama kamu? Bukannya tadi dia tidur sama aku?" tanya Jordan.
Ya Jordan masih ingat saat Amelia pergi. Saat itulah Jordan tidur bersama dengan putrinya. Sedangkan sekarang putrinya malah bersama dengan Ashley.
Ashley pun langsung menceritakan apa yang terjadi. Apa lagi saat Amelia pergi, mungkin saja Evelyn mengikuti Amelia keluar ruangan tanpa menutupnya kembali. Jadilah Evelyn keluar dan menemui Ashley.
"Ah maafkan saya Ash, saya enggak tahu." ucap Jordan.
Jordan melirik Evelyn sudah tidur dalam gendongan Ashley. Tapi saat disentuh Jordan, Evelyn langsung menepis tangan Jordan dan membuat Jordan gemas.
"Kamu marah sama Papanya." ucap Jordan.
Evelyn masih diam. Dia tidak menjawab apapun yang di ucapan Jordan. Ditambah lagi, sogokan sebuah ice cream dan juga coklat pun tak berpengaruh untuk Evelyn.
"Kalau segitu coklatnya sama ice creamnya buat kakak ini, kan Evelyn nggak mau?" ucap Jordan sedikit berteriak.
Ashley yang dengar pun tertawa kecil. Dia pun langsung meminta jordan untuk mengambil s**u dan juga gendongan.
Evelyn sejak tadi minta s**u dan di gendong. Mungkin maksudnya dia ingin minum s**u sambil di gendong.
Berhubung Jordan ini enggak bisa bikin s**u, akhirnya dia pun meminta Ashley untuk membuatkan s**u untuk Evelyn. Tentunya sambil menggendong Evelyn, karena dia nggak mau di gendong sama Papanya.
Masih mending tadi Jordan bawa gendongan. Jadi bahu Ashley tidak terlalu capek dengan hal ini.
"Ash kalau kamu capek, Evelyn tidurin aja di kamar. Maaf ya dia agak rewel." ucal Jordan nggak enak hati.
Ashley digaji untuk bekerja di perusahaan dia, mengabdikan diri disini. Tapi nyatanya Ashley malah lebih sibuk mengurus Evelyn, anaknya.
"Gak papa Pak. Biar bobok dulu, nanti baru di taruh kamar."
"Terus kerjaan kamu?"
"Saya bisa bawa pulang Pak."
Jordan mengangguk dia pun menatap Ashley yang melepas sepatunya. Apalagi dengan telaten Ashley mengayunkan Evelyn di gendongannya.
Mungkin saja kalau Jordan punya istri nggak bakalan seribet ini. Tapi untuk menikah kedua kalinya membuat Jordan takut, dan trauma. Dia takut gagal lagi seperti dulu.
Walaupun dulu di jodohkan dan enggak ada cinta. Tapi Jordan juga maunya nikah sekali seumur hidup, nggak malah gagal kayak gini terus nikah lagi.
Setelah tidur dengan pulas, Ashley pun langsung menaruh Evelyn di kamar yang berada di ruangan ini. Masih mending saat ditidurkan Evelyn nggak rewel lagi.
Ashley keluar dia pun langsung berjalan ke arah sofa dan mengambil sepatunya.
"Udah tidur?" tanya Jordan pada Ashley.
"Udah sih. Lagian itu Mamanya kemana sih Pak, kok enggak ada?" tanya Ashley tanpa sadar.
Walaupun Ashley tahu. Tapi dia ingin dengar langsung dari Jordan. Nggak mungkin dia ini duda anak dua.
Jordan tersenyum kecut, dia pun berjalan ke arah Ashley dan duduk di samping Ashley.
"Saya Duda." jawab Jordan.
Langsung saja Ashley menoleh menatap Jordan tidak percaya. Detik berikutnya dia pun tertawa terbahak, masa bodo jika Jordan akan ilfil atau mengusir dia.
Hingga dia sadar di ruangan ini tidak hanya dirinya saja. Melainkan juga Evelyn yang sedang tidur.
Ashley langsung menutup mulutnya dan menatap Jordan. Apalagi yang ditatap malah menatap Ashley bingung.
"Ada yang lucu ya, dengan jawaban saya?" ucap Jordan bingung.
Tentu saja lucu, mana ada duda sekeren dia. Kulit putih kumis dan brewok tipis yang mungkin lupa di cukur. Belum lagi lengan berotot udah di pastiin dalamnya juga sama bergelombang.
Menatap dia saja membuat Ashley berpikir yang iya-iya.
"Hmm, nggak percaya aja sih Pak. Lagian saya ragu kalau Bapak duda. Sekeren ini kok duda." jelas Ashley.
Sudah diduga banyak orang yang nggak tahu kalau Jordan ini duda. Dia pun langsung mengambil kartu tanda penduduk miliknya dan dia berikan pada Ashley.
Awalnya Ashley bingung, tapi dia juga menerima kartu tanda penduduk itu dan membacanya dalam hati.
Dari nama Jordan Zion Anderson, alamat rumah lengkap Rt/Rw sampai Kota. Lalu pindah ke pekerjaan dia hanya ditulis wiraswasta, seharusnya ditulis CEO ternama. Pindah lagi ke kewarganegaraan WNA, itu tandanya Jordan bukan orang indonesia asli. Lalu pindah lagi ke status yang langsung membuat Ashley kaget plus bingung.
Untuk memastikan tuliskan itu nyata Ashley sampai mengedipkan matanya berkali-kali, hanya memastikan kalau apa yang di lihat ini nyata dan tulisannya nggak berubah.
Ya nggak berubah.
Duda jadi bujang.
Seketika itu juga Ashley langsung, menatap Jordan tidak percaya. Kalau dihitung usia Jordan belum genap tiga puluh lima tahun. Tapi kenapa dia udah jadi duda? Padahal Tuhan menciptakan dia dengan sangat sempurna.
Walaupun Ashley jadi Istri Pak Jordan udah di pastiin tinggal ongkang-ongkang kaki, sampai berkhayal beli ini-itu. Udah tajir melintir, ganteng lagi buat pajangan juga nggak malu-maluin.
****
Gimana, gimana?
Jangan lupa Vote dan komen ya.
Intinya kalau kalian mikir ini cerita ada esek*nya, mungkin kalian salah lapak.
Aku nggak akan selipin esek* mungkin cuma ciuman ringan. Dimohon yang 17- kalau mau baca skip dulu. Takutnya nanti diikuti berabe. Aing nggak tanggung jawab sama sekali.
Intinya bijak dalam membaca. Apa lagi Wp udah ketat banget. Cerita yang ada esek*nya akunnya akan di blok, kan sayang segala kenangan terhapuskan.
Jadi kalau mau baca cuma sekedar saran aja ya, blur di baca dengan seksama kadang cover biasa isi cerita esek* doang. Ada juga cover berani tapi cerita biasa aja. Pokok intinya baca blur dengan seksama dan juga Bab 1 biar lebih yakin.
Kasihan yang di bawah umur. Takutnya nanti ikutan kayak cerita ?
Sekian dan terima kasih, aing kebanyakan cuap-cuap.