HmD 2 - Deon

1289 Words
Deon menghempaskan tubuhnya di atas ranjang, dengan lengan yang ia gunakan untuk menutupi wajahnya, ia ingin berteriak saat itu juga apalagi saat membayangkan beberapa saat lalu saat ia berceloteh ria mengenai sosok yang membuatnya terkagum-kagum pada putri semata wayangnya. Sosok yang selama ini berhasil membuatnya lupa dengan segalanya, lupa dengan dunianya dan hanya terfokus pada dia. Deon tak pernah tau rasa berdebar itu senikmat ini. Rasa yang seolah enggan untuk Deon raih selama ini ternyata begitu berbahaya hingga menjadi candu untuk dirinya. Deon mentertawakan dirinya sendiri, bahkan ia tau kenapa Reina juga mentertawakan dirinya tadi, mungkin karena kebodohannya yang seolah menjadi ABG abal-abalan atau malah ini yang namanya puber kedua? Jangan bercanda! bahkan selama ini Deon tak pernah merasakan puber pertama, selama ini ia hanya fokus untuk kebahagiaan putrinya dan tak ingin membagi kasih sayang kepada yang lain, alasan kenapa seorang Deon tak menikah hingga sekarang dan alasan kenapa ia membangun tembok kokoh agar tak pernah sekalipun menyentuh rasa cinta, hingga sosok itu datang dan menghancurkan tembok tinggi di dalam hati Deon. Sekali lagi Deon tertawa sebelum dering ponsel menyadarkannya, itu Dani sahabat dekat Deon yang selalu menjadi tempat rusaknya selama ini. "Halo?" "Bro, Lo dimana?" "Di rumah, kenapa?" Deon beranjak, memilih duduk di tepi ranjang untuk menajamkan pendengarannya terlebih suara di sebrang sana terdengar begitu bising hingga suara sahabatnya itu sama sekali tak terdengar. "Nggak ngebar? Betah amat perasaan?" "Nggak, males gue, anak gue di rumah?" "Aelah, biasanya Lo pergi-pergi Ae walau ada anak Lo di rumah!" "Libur dulu gue!" Deon mematikan ponselnya malas berdebat dengan sahabatnya itu, kemudian melempar benda pipih itu ke atas ranjang, ia terdiam sesaat sebelum beranjak untuk berbenah. Tak lama Deon keluar dari dalam kamar dengan penampilan rapih ala Deon, celana jeans belel, kaos distro dengan gambar DJ monyet, sepatu Vans, serta jam G-Shock merah yang melingkar di tangannya, belum lagi rambut yang di kuncir rapih dan anting yang sudah di lepas, dengan mantap dia melewati ruang keluarga, di sana Reyn tengah fokus menatap layar plasma yang menayangkan serial Boruto favoritnya. Deon memangkas jarak, memeluk Reyn dari belakang lalu mengecup pipi putri kesayangan. "Daddy mau kemana?" Tanya Reina dengan mata memincing tak percaya dengan penampilan yang rapih untuk seorang Deon. Deon tersenyum sebelum beranjak dari sana. "Mau cari makan!" Ucap Deon sedikit berteriak saat sudah menjauh dari Reyn. "Titip martabak keju!" Deon melambaikan tangan mengiyakan permintaan sang putri. Setelah nya ia menuju mobil kesayangannya yang terparkir rapih di garasi sebelah rumah nya. Honda CR-Z full modif yang menjadi kesayangannya ia keluarkan untuk berjalan-jalan hari ini. Tak lama setelahnya kendaraan dengan kecepatan yang sudah di tune-up itu meliuk dengan gesit di sela padatnya jalanan malam itu. Di temani suara penyiar dari radio langganan, Deon menuju ke sebuah kafe kecil di sebuah tempat makan yang lumayan jauh dari rumahnya. Deon memarkirkan kendaraannya cukup jauh dari tempat parkir umum, dengan penampilan yang terlihat seperti ABG Deon berlari kecil lalu masuk kedalam sebuah kafe bernuansa nyaman dan sendu itu, lampu tamaram dan musik klasik menjadi pelengkap suasana. Deon memesan segelas kopi hitam kesukaannya dan sepiring kentang goreng, ia duduk dengan tangan sibuk dengan ponselnya tapi tidak dengan tatapannya, tatapan yang menatap lurus kedepan tepat di belakang meja kasir terlihat sosok perempuan tengah duduk di kursi dan sibuk melayani beberapa pelanggan yang datang dengan senyum dan sapaan ramah. Hanya dengan melihat sosok itu tersenyum kepada pelanggan saja sudah membuat hati Deon menghangat, ada desir aneh yang merambat dan itu selalu membuatnya ketagihan, Deon bisa menghabiskan beberapa waktu di meja tempatnya duduk hanya untuk menatap senyum tulus yang tak pernah di tunjukan sekalipun padanya, dan hanya cara ini lah yang bisa Deon raih hanya untuk bisa melihat keindahan yang tak pernah bosan Deon tatap. Sorot mata indah itu tak sengaja bertemu langsung dengan tatapan Deon, membuat pria garang dengan banyak tato hampir di separuh tubuhnya memalingkan wajah, menekuni ponsel yang menyala entah menunjukan apa, ia mencoba mengintip kembali melalui ekor matanya, saat di rasa sosok itu tak menatapnya, Deon kembali menikmati apa yang menjadi tujuannya. Hingga tatapan itu kembali menemukan tatapan Deon, seolah sudah menjadi sifat alami manusia yang selalu merasa saat dirinya di perhatikan atau di tatap, Deon mengalihkan tatapannya lagi, kali ini ia seolah mengedarkan pandang untuk menilik tiap sudut ruang dengan gaya elegan dan santai, lalu sibuk lagi dengan ponselnya, dan mengintip lagi melalui ekor matanya, deon sedikit terkejut saat melihat sosok itu sudah berganti orang yang membuat Deon mendesah pasrah dan luruh di kursinya. Mungkin perlakuannya membuat sosok itu tak nyaman hingga memilih berganti peran di pekerjaannya. Hilang sudah indah malah hari ini bagi Deon, malam yang ia harap bisa tidur nyenyak sembari membawa indah bayang itu ke dalam mimpi kini sirna, lalu ucapkan selamat datang pada mimpi buruk yang sudah hampir 3 bulan ini ia enyahkan hanya karena senyum indah dari sosok itu. "Cari apa mas?" Suara merdu nan indah itu membuat Deon mendongak tak percaya, ia paham betul dengan suara itu bahkan suara yang selalu ada di kepalanya, suara yang mampu menghasilkan getar kecil di hatinya. "Eh... Anu.. it. Nggak mbak, cuma iseng aja tadi cek sepatu masih ada apa enggak," jawab Deon asal, ia bingung harus berkata apa di depan gadis ini, apalagi jantungnya yang tak bisa di ajak kompromi ini malah berdetum semakin kencang. "Loh, emang sepatunya ada kaki ya, mas. Bisa lari gitu?" Tanya polos dari gadis di hadapannya membuat Deon menggaruk kepala yang tak gatal, ia bingung sendiri dengan tingkahnya yang seperti ABG baru mengenal apa itu cinta saja. "Nggak mbak, itu tadi... Itu saya takut lupa, soalnya kebiasaan lepas sepatu kalo liat lantai keramik gini," Kekehan pertama kali yang di tujukan untuk Deon membuat bapak satu anak itu salah tingkah, seolah tumbuh sayap kecil di hatinya yang siap membuatnya seolah melayang. "Bapak ada pesanan yang belum di antar?" Tanya gadis itu lagi saat melihat di meja Deon hanya ada segelas kopi dan juga piring kentang goreng kentang menjadi makanan kesukaan Deon selama ini. "Enggak, mbak. udah cukup. Cuma...?" "Ya?" Tanya mbak itu sabar dengan kalimat yang di gantung oleh Deon. "Pesanan jodoh aja, mbak. Yang belom di antar." Ingin rasanya Deon menyentil mulutnya sendiri karena sudah lancang berkata yang bukan-bukan, hanya saja pesona dari sosok bernama Ratna, dari name tag yang Deon baca begitu menarik perhatiannya, bahkan suara lembut mendayu itu seolah menjadi nada merdu di telinganya. "Baik pak kalo begitu saya permisi dulu." Sosok itu menunduk sopan sebelum berlalu yang membuat Deon sedikit kecewa karena pertemuannya yang cukup singkat tadi. "Anu, mbak!" Ratna menoleh, menatap sembari memasang senyum tulus di wajahnya. "Mbak sibuk?" Ada sedikit kerut tercipta di kening Ratna saat mendengar ucapan Deon, "ya, Alhamdulillah cukup ramai hari ini." Mendengar itu Deon mendengus tipis saat kecewa kembali ia dapatnya. "Ada yang bisa di bantu, bapak?" Astaga suara ini, kenapa begitu lembut dan melukai, pikir Deon tak lepas menatap Ratna yang berdiri agak jauh dari tempat duduknya. "Engg... Sebenernya saya pengen ngobrol sih sama mbak_" Deon mengintip lagi name tag yang ada di baju Ratna untuk memastikan. "Ratna... Saya pengen gitu di temenin sama mbak Ranta ngobrol di sini," ucap Deon kikuk menundukkan kepala karena malu. dan itu herhasil membuat seorang Ratna tertawa kecil. tawa yang bisa membuat seorang Deon semakin terpesona melihat gurat merah di pipi wanita di hadapannya itu. "tapi saya sedikit sibuk, pak." ucap Ratna setelah tawanya berganti dengan senyum tipis. mendengar itu tentu saja Deon kecewa, tapi melihat bagaimana ramainya pengunjung Deon hanya bisa mendesah pasrah, mungkin sekarang memang bukan waktu yang tepat untuk mengganggu Ratna. "baiklah." desis Deon kecil. melihat itu Ratna hanya tersenyum ramah lalu meninggalkan Deon yang masih menatap dirinya. Deon masih saja terpukau dengan semua yang di lakukan oleh Ratna. Entahlah wanita itu memiliki apa hingga membuat perhatiannya selalu tertuju padanya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD