bc

He's My Daddy

book_age16+
194
FOLLOW
1.1K
READ
goodgirl
drama
comedy
humorous
serious
highschool
school
slice of life
chubby
like
intro-logo
Blurb

Reina harus memilih, mengakhiri hubungannya dengan Galuh untuk kebahagiaan sang ayah atau mempertahankan. Di saat ia bimbang sang ayah memutuskan untuk mengakhiri hubungannya dengan Renata yang tak lain adalah kakak dari kekasihnya. Di tengah kebimbangan akhirnya Reina memilih mengakhiri hubungannya dengan galuh, menekan semua ego demi kebahagiaan sang ayah.

Lalu apakah ia bisa bertahan dengan kesendiriannya?

Ataukah Reina akan menyerah dan kembali pada Galuh, yang berarti menentang hukum dan norma yang ada?

Semua tentang bagaimana memperjuangkan sesuatu yang berharga untuk kita. Karena sejatinya kita tidak tahu dengan siapa kita berjodoh.

chap-preview
Free preview
HmD 1_ Reina
Senja, banyak orang akan terkesima dengan corak merah kekuningan yang selalu memanjakan mata di setiap waktunya, hanya saja senja akan muncul di waktu tertentu membuat gadis yang tengah duduk di sebuah ayunan taman tengah kota tak pernah bosan untuk menatapnya, sesuatu yang jarang terlihat tentu saja akan selalu dinanti setiap waktunya. Gadis itu tersenyum memuja pada jingga kemerahan sore itu, kedua tangannya sibuk memegangi sebuah liontin kecil dengan kaki yang menapak dan mengayunkan kecil ayunan yang ia duduki. Sejuk, damai dan tenang semua seolah berbaur menjadi satu menghasilkan sebuah harmoni yang selalu menjadi candu untuk gadis bernama Reina Laksa Jayandra, gadis berusia 15 tahun dengan rambut lurus kulit putih kemerahan jika terkena sinar matahari, mata sipit, bibir tipis dan hidung mancung selalu menambah kadar kecantikannya. Ia larut dalam lantunan melodi yang indah melalui headphone yang bertengger indah di kedua telinganya, dengan senyum yang sedari terukir di sana membuat siapa saja yang menatapnya terpana untuk beberapa detik. Lalu saat warna jingga kemerahan itu memudar tertelan gelap malam, Reina tersadar jika ia sudah menghabiskan beberapa waktu di sini, ia mengintip jam yang melingkar di tangannya lalu beranjak sembari mengeluarkan ponsel dari saku celananya. Beberapa notifikasi panggilan tak terjawab menjadi pemandangan pertama saat tatapan netra lembut itu tertuju pada layar ponsel. Reina baru sadar bahwa sejak tadi ia larut dalam kenyamanan hingga tak menyadari ponselnya berdering. Benar saja, baru saja kakinya melangkah ponselnya kembali berdering dan dana bapak bawel tertera di sana. "Reyn, dimana kamu?" suara tegas berat itu menjadi sambutan pertama yang Reyna dengar, gadis itu tersenyum kecil sebelum berbicara dengan santainya. "Di taman, dad. Kenapa?" "Kamu tanya kenapa? Kamu nggak sadar sekarang jam berapa? Dan kenapa panggilan Daddy nggak kamu anggap sejak tadi?!" Suara berat ala Omelan nenek itu kembali menjadi hiburan untuk Reina, bukan inginnya untuk membuat Daddy nya cemas hanya saja tiap kali Reina menikmati jingga ia akan lupa dengan segala hal. Bahkan Daddy-nya sendiri. Reina terkekeh pelan mendengar Omelan panjang dari sang Daddy. "Reyn, jangan ketawain Daddy! Cepat pulang!" "Iya, dad. Iya ini Reyn udah di depan rumah kok!" Ucap Reina memutuskan panggilan telpon dan kembali terkekeh pelan saat kakinya sudah menginjak halaman rumah dan di sana ia bisa melihat raut cemas dari mak Nini art di rumahnya yang sudah merawat Reyn dari bayi. Sosok ibu bagi Reina yang selalu menjadi tempat berkeluh kesah. "Assalamualaikum, mak. Kok di luar?" Tanya Reina polos lalu menyalami tangan Mak Nini yang langsung mendapat pukulan pelan di pindah dari Mak Nini. "Waalaikumsalam, Reyn. kenapa kamu nggak pulang dulu sih, emak khawatir loh, apalagi Daddy kamu dari tadi sibuk aja, cerewet nyuruh nyari kamu, la wong emak nggak tau kamu di mana kok di suruh nyari, bisa kesasar emak nanti." Senyum Reina kembali terbit saat melihat raut cemas dan ocehan panjang dari Mak Nini, "maaf, Mak. Reyn tadi ke taman dulu sebentar, biasalah capek pulang les terus mampir." "Mampir sih boleh, tapi ya mbok pulang dulu atau Ndak kabari bapak, biar bapak nggak ngomel aja dari tad_" "Mak, Reina udah pulang?!" Teriakan itu membuat Reina terkekeh untuk kesekian kalinya. Tumbuh besar di lingkungan yang terkesan lebay dan rame membuat Reina selalu suka dengan keadaan ini. "Baru aja di sebut udah teriak aja!" Mak Nini menggerutu pelan sebelum membalas teriakan Daddy Reyna. "Udah, pak. Ini baru pulang!" Mak Nini menggiring Reina masuk kedalam rumah, "ini loh, pak. Reyn udah pulang, teriak terus dari tadi nggak capek emang?" Ketus Mak Nini menatap majikannya yang berkacak pinggang dengan wajah galak yang bisa saja membuat orang bungkam hanya dengan melihat tatapannya yang tajam. "Dari mana aja kamu, Reyn! Jam berapa sekarang kok baru pu-" Reina beranjak tanpa memperdulikan ocehan panjang dari Daddy-nya, "Reyn kamu kamu kemana, Reyn. Daddy belom selesai ya!" ia menuju kamar dan langsung membuka pintu sebelum suara rengekan dari Deon Laksa Jayandra yang membuntuti nya hingga kedalam kamar. "Reyn... Reyn, Reina... Kan udah Daddy bilang jangan pergi terlalu lama tanpa ngabarin Daddy, Daddy tuh cemas tau!" Reina menoleh sebentar lalu membereskan tas dan masuk kedalam walk in closed meloloskan baju seragamnya dan memasukan kedalam keranjang kotor, tangannya membuka lemari di paling ujung dan memilih kaos merah ukuran XL yang kebesaran di badannya. "Reyn..." Reyn menghembus nafas pelan lalu menghampiri Deon yang tengah duduk di ranjang menatap sedih kearahnya, "Reyn cuma ke taman, dad. lagian tamannya juga masih di dalam komplek" ucapnya pelan berdiri menjulang di depan Deon laku mengusap pelan puncak kepala sang Daddy. "Ya tetep Daddy cemas Reyn. Di telpon Sampek beberapa kali nggak di anggap, di chat nggak di bales, Daddy Sampek mikir kamu di culik loh!" "Astaga dad, siapa sih yang mau nyulik aku? Siapa coba yang berani ngulik anak seorang Deon Laksa Jayandra?" tanya Reina menatap Deon dengan sebelah alis terangkat seolah menegaskan setatus dari Deon. Kadang Reina selalu heran dengan tingkah Deon kepadanya yang selalu saja berlebihan, apalagi dengan penampilan besar tinggi, rambut gondrong dan tubuh yang hampir penuh dengan tato sepertinya tak mencerminkan sosok Deon yang terkesan kasar dan galak. "Ya tapikan Daddy kamu ini tetep aja cemas, Reyn. Apalagi anak gadis kayak kamu keluyuran Sampek sore, magrib malah." Reyn menghembus nafas pelan ia tau berdebat dengan Deon tak akan pernah selai dan memilih untuk mengalah. "Iya deh iya, maafin Reina ya, dad. Janji deh nggak akan ngilangin lagi." Ucap Reina tulus memeluk tubuh besar Deon, mengusap punggung Deon dengan sabar. "Janji?" Deon membalas pelukan Reina dengan sayang, bahkan intonasi suaranya seperti anak kecil. Reina mengangguk pelan. "Janji!" Ucapnya, melepas pelukan Deon dan menata Lamat. "Keluar yuk, Reyn laper." Deon mengangguk lalu beranjak dan keluar dari kamar menuju kamarnya dan membiarkan Reyna ke meja makan sendirian, di sana Mak Nini sudah menyiapkan semua makanan di atas meja makan. "Masak apa, Mak?" Tanya Reyn yang kemudian duduk di sana. "Masak kesukaan kamu, Reyn. Ada cumi saus tiram sama ati ayam goreng." Ucap Mak Nini yang kemudian mulai melayani Reina dengan telaten, mengambilkan nasi sesuai ukuran Reina beberapa sayur dan juga lauk yang menjadi favorit anak majikannya itu. "makan yang banyak, Reyn." Reyn mengangguk lalu melahap tanpa banyak suara, tatapannya masih fokus pada makanannya sebelum suara derit kursi bergesekan dengan lantai membuatnya menoleh, di sana Deon duduk lalu mengulurkan piring nya pada Mak Nini. "Makan juga dong, Mak." Ucapnya pelan. Membuat Mak Nana mengerut pelan sebelum angkat suara. "Tumben, pak. Biasanya ambil sendiri?" Deon memberenggut, "kan pengen kayak Reyn juga Mak, di layani gitu." Reyn terkikik pelan mendengar ucapan Deon yang terkesan kekanakan, "makanya cari mommy buat aku dong, dad. Betah banget sendiri mulu." Ledek Reina yang langsung mendapat plototan dari Deon. Reina tak pernah habis pikir dengan Deon yang selalu betah dengan kesendiriannya, beberapa kali Reyn menanyakan prihal kenapa Deon tak ingin menikah lagi, atau merajut kisah cinta lagi setelah perpisahan dengan mommy beberapa tahun silam, dan alasan Deon selalu saja sama malas dan ingin fokus pada Reina dan tak ingin membagi kasih sayang kepada yang lain. "Iya ini bapak, anak udah besar umur udah hampir menginjak kepala empat masih aja betah sendiri," sindir Mak Nana yang dengan telaten menyiapkan makanan di piring Deon. Terdengar dengkusan pelan dari bibir Deon dan tatapan yang melembut, Reyn tahu tatapan itu, tatapan keraguan dan tak percaya diri dari seorang Deon. Reyn meletakan sendok, tangannya terulur mengelus lengan Deon dengan sayang. "Kalo emang udah ada, jangan ragu, dad. Pepet aja, Reyn dukung kok." Deon menatap lembut Reyn, yang di balas senyum tulus dari putrinya. "Walaupun Reyn ngerasa Mak Nini aja udah cukup, tapi Daddy juga butuh seorang pendamping." Ucap Reyn tulus yang membuat Deon luluh dan terharu. "biar nggak selalu bawa perempuan diem diem tanpa sepengetahuan Reyn!" Deon bungkam di tempatnya, rasanya agak sakit baru saja di lambungkan dan kini di jatuhkan, Reyn menatap Deon tajam, jangan berpikir Reyn bodoh yang tak menyadari kelakuan Deon di belakangnya selama ini. "Biar nggak berbuat dosa terus! Cari bini sana!" Sentak Reyn kemudian walau hanya bercanda tentu saja itu membuat Deon sedikit terpukul. "Kasih tau siapa perempuan yang berhasil buat Daddy tunduk." Lanjut Reyn kemudian, melanjutkan acara makannya dalam diam, Reyn tak bodoh, perkataanya tadi hanya untuk meledek sang Daddy, dan melihat sudah hampir 3 bulan Deon tak membawa perempuan di tambah melihat kelakuan Deon yang sering murung jelas Reyn sadar ada sosok yang berhasil mendobrak dinding kokoh yang di bangun Deon selama ini. Reyn berharap jika suatu saat Daddy-nya akan menghentikan semua kelakuan buruknya yang selalu bersenang-senang dengan perempuan malam. Kelakuan buruk yang sudah dari remaja Deon lakoni, bahkan perbuatannya itu sukses membuat sosok Reina hadir di dunia ini tanpa ikatan yang sah. Deon yang masih berusia 35 tahun sudah memiliki anak berusia 15 tahun yang artinya Reina lahir sejak Deon berusia 20 tahun, dan semua karena kenakalan remaja yang belum bisa Deon tinggalkan hingga sekarang, walau poin terburuk sudah ia tinggalkan tapi tetap saja, mengencani banyak perempuan belum sekalipun Deon tinggalkan. ?? Setelah acara makan dan sindiran halus atau malah terkesan kasar tadi, kini Reina sudah duduk dengan santai di depan tv yang menampilkan film anime kesukaannya, ia menoleh saat sofa di sebelahnya bergerak, menemukan Deon yang duduk dan bersandar di sana dengan kepala mendongak. "Ada yang mau di ceritain, dad?" Tanya Reyn pelan, melihat tingkah gelisah dari Deon saja Reyn bisa menebak itu. "Kalo Daddy bilang Daddy suka sama anak remaja berusia 23 tahun, kamu bakal percaya nggak, Reyn?" Kening Reyn berkerut sesaat sebelum kekehan pelan keluar dari mulutnya, astaga jadi yang membuat Daddy-nya galau selama ini adalah gadis remaja berusia 23 tahun? Gadis yang bahkan pantas di sebut kakak oleh Reyn? "Daddy p*****l? Jauh banget masa sama umur Daddy." Deon mengerang lalu menegakan tubuhnya, menubruk dan bersandar pada pundak Reyn dengan manja. "Dia tuh sepesial," Deon terdiam sesaat seolah memikirkan sesuatu, Reyn diam menunggu. "Dia itu sesuatu yang sulit Daddy jangkau, keras dan tertutup." Reyn masih diam dengan sabar mendengar curhatan seorang Daddy yang selama ini tak pernah mau membahas seorang perempuan seolah hatinya susah tertutup rapat-rapat, dan kini Deon dengan semangat menceritakan sosok itu, sesuatu pembahasan yang sangat langka bagi seorang Reyn. "Dia cantik, mungil, dan kamu tau El, tingginya bahkan cuma sepundak kamu yang berarti cuma sedada, Daddy." Deon menjeda. "Dia lemah, tapi tak pernah mau menunjukan sisi kelemahannya, dia selalu ingin terlihat kuat supaya nggak ada orang yang berbelas kasih sama dia. Dia kecil dan rapuh seperti barang antik yang bisa aja pecah kalo kita memperlakukannya dengan kasar." Reyn masih mendengarkan, dari ekor matanya, Reyn bisa melihat kekaguman di mata Deon saat menceritakan sosok itu. "Dia lembut dan hangat, senyumnya selalu terbayang di otak Daddy, seolah parasit yang susah di hilangkan dari sana." "Daddy jatuh cinta?" Tanya Reyn dengan senyum di bibirnya yang di tanggapi dengan anggukan lucu dari Deon. "Kejar sebelum terlambat." Ucap Reyn kemudian yang membuat keduanya terdiam.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

The crazy handsome

read
465.4K
bc

Sweetest Diandra

read
70.5K
bc

PEMBANTU RASA BOS

read
16.3K
bc

Over Protective Doctor

read
475.2K
bc

Dosen Killer itu Suamiku

read
312.1K
bc

Istri Kecil Guru Killer

read
156.7K
bc

JODOH SPESIAL CEO JUDES

read
289.2K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook